kaltimkece.id Sembari berjalan kecil, Wakil Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara, Raja Juli Antoni, menunjuk Bendungan Sepaku-Semoi di belakangnya. Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang itu kemudian menguraikan profil waduk yang disebut sumber air bersih bagi 1,5 juta penduduk IKN.
Jumat, 9 Agustus 2024, sepekan sebelum perayaan HUT ke-79 Republik Indonesia, Raja Juli memaparkan bahwa kapasitas tampung bendungan adalah 16 juta meter kubik. Luas genangannya 322 hektare atau setara 460 lapangan sepak bola. Bendungan Sepaku-Semoi tersebut telah diresmikan Presiden Jokowi pada Juni 2024.
Raja Juli melanjutkan bahwa dam ini dilengkapi instalasi pengolahan air minum atau water treatment plant. Pipa sepanjang 25,8 kilometer sedang dibangun untuk mengalirkan air dari bendungan ke Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN. Sebuah penampungan air atau reservoir disiapkan di IKN untuk menerima aliran air. Dari penampungan itu, air dialirkan ke berbagai tempat di KIPP IKN mulai rumah susun ASN, perumahan menteri, hingga istana presiden.
"Mulai hari ini (Jumat), air sudah mengalir. Tetapi target kami, air ini benar-benar layak diminum. Masih ada proses pengolahan sampai air dapat dikonsumsi," sebut Raja Juli kepada kaltimkece.id yang mengikuti kunjungan media ke IKN.
Politikus Partai Solidaritas Indonesia tersebut mengklaim bahwa kualitas air Bendungan Sepaku-Semoi lebih baik dari air kemasan. Selain sumber air baku bersih penduduk IKN, Raja Juli menyebutkan bahwa akan ada 13 titik penyaluran air bagi masyarakat. Ia mengklaim Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tengah mengidentifikasi desa serta komunitas masyarakat yang bakal menerima fasilitas air bersih siap minum.
"Nanti dapat dijadikan sumur umum untuk masyarakat di sekitar IKN," janjinya.
Risiko di Balik Pembangunan Bendungan
Menilik ke belakang, Pembangunan Bendungan Sepaku-Semoi di IKN sempat dipersoalkan dan belum selesai hingga sekarang. Sebermula pada Februari 2023, Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim mengajukan gugatan informasi tujuh dokumen pembangunan bendungan.
Ketujuh dokumen itu adalah salinan dokumen persyaratan administratif identitas pembangunan bendungan, salinan dokumen permohonan izin penggunaan sumber daya air, dan salinan dokumen persetujuan prinsip pembangunan bendungan. Selanjutnya adalah salinan dokumen analisis mengenai dampak lingkungan bendungan, salinan dokumen analisis jaringan pipa, salinan dokumen teknis pembangunan bendungan, serta salinan dokumen teknis pembangunan jaringan pipa.
"Dari ketujuh dokumen tersebut, Komisi Informasi mengabulkan gugatan untuk lima dokumen termasuk dokumen amdal," terang Dinamisator Jatam Kaltim, Mareta Sari, kepada kaltimkece.id, Sabtu, 10 Agustus 2024.
Bukannya memberikan dokumen tersebut, sambung Mareta, Kementerian PUPR mengambil langkah banding atas putusan Komisi Informasi. Mareta menegaskan, pengajuan banding masih berlangsung hingga dua pekan lalu.
Dokumen lingkungan pembangunan bendungan disebut penting bagi publik. Menurut penelitian Jatam Kaltim, pembangunan bendungan ini membawa risiko yaitu kekeringan. Mengutip laporan Tempo pada November 2023 berjudul Paceklik Air Terdampak Proyek Ibu Kota, Mareta mengatakan, 96 keluarga yang tinggal di sekitar proyek bendungan Sepaku-Semoi mengalami krisis air bersih.
Kekeringan disebabkan Sungai Sepaku yang selama ini menjadi sumber air bersih warga dibendung untuk proyek. Warga pun kekurangan air bersih untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk kegiatan pertanian. Memang, kontraktor proyek bendungan memasok air bersih bagi warga. Akan tetapi, jatahnya terbatas untuk kebutuhan mandi, cuci, dan kakus. Warga mesti membeli dari depo penjernih air untuk memasak dan air minum. Sawah mereka juga dilaporkan mengering.
Ketersediaan air memang masalah genting setelah proyek pembangunan IKN dimulai. Merujuk penelitian Rossana Margate Kadar Yanti dari Fakultas Teknik Sipil, Institut Teknologi Kalimantan, ketersediaan air di Penajam Paser Utara makin menurun melihat proyeksi pertambahan penduduk di IKN. PPU dan IKN, sebut hasil riset itu, diprediksi mengalami defisit ketersediaan air bersih pada 2026.
Kembali ke Mareta dari Jatam Kaltim, ia mengatakan bahwa risiko lain dari pembangunan bendungan adalah bencana banjir. Skala dampak itu sukar diketahui dan diteliti gara-gara Kementerian PUPR tidak membuka dokumen amdal kepada publik. Padahal, kata dia, jamak diketahui bahwa banjir ketika curah hujan tinggi sering menjadi dampak ikutan dari pembangunan bendungan.
Dampak lain pembangunan bendungan yang perlu diketahui publik dari dokumen amdal adalah risiko bendungan runtuh. Penelitian dari Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, memberikan gambarannya. Riset yang menghitung keruntuhan Bendungan Sepaku-Semoi ini menyatakan, wilayah yang terdampak bisa mencapai radius 22 kilometer dari bendungan dengan kedalaman 12 meter tersebut. Penelitian ini menggunakan simulasi untuk menghitung kerugian. Total kerugian banjir bisa mencapai Rp17 miliar yang terdiri dari Rp9 miliar untuk bangunan, Rp7 miliar untuk jalan, Rp29 juta untuk tata guna lahan, serta Rp658 juta kerugian terhadap penduduk. Bahaya Bendungan Sepaku-Semoi pun disebut tingkat tinggi.
Di samping itu, dokumen amdal bendungan Sepaku-Semoi penting diketahui publik karena sebagian kawasan Sepaku kerap dilanda banjir sepanjang musim hujan. Catatan Forest Watch Indonesia pada Maret 2023, pelepasan lahan di kawasan sekitar IKN menyebabkan air yang seharusnya ditampung di kawasan hutan membanjiri permukiman.
Mareta menegaskan bahwa gugatan informasi bertujuan agar risiko-risiko di atas dapat diteliti dan diketahui publik. Sayangnya, Kementerian PUPR dinilai cenderung bersikap tidak terbuka. Menurutnya, jika dokumen amdal sudah dibuat, publik berhak mengetahuinya.
Dikonfirmasi tudingan tersebut, Juru Bicara Kementerian PUPR, Endra S Atmawidjaja, membantah pembangunan Bendungan Sepaku-Semoi disebut berisiko. Ia menegaskan bahwa pembangunan bendungan telah melewati proses analisis dampak lingkungan.
"Soal gugatan informasi, akan saya kroscek ke Komisi Informasi. Yang jelas, (dokumen) amdal sudah pasti kami miliki," sebutnya. (*)
Senarai Kepustakaan
https://interaktif.tempo.co/elnino/krisis-air-bersih-akibat-pembangunan-ikn
Frederik, Y., Andre Primantyo Hendrawan, & Linda Prasetyorini. (2023). Analisis Keruntuhan Bendungan Sepaku Semoi Kabupaten Penajam Paser Utara Melalui Simulasi HEC-RAS Dan Berbasis InaSAFE. Jurnal Teknologi Dan Rekayasa Sumber Daya Air, 4(1), 250â263. https://doi.org/10.21776/ub.jtresda.2024.004.01.021
Yanti, R. M. K., & Fauzi, M. (2023). Pengaruh Pembangunan Bendungan Sepaku Semoi terhadap Ketersediaan Air Baku di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Pemindahan Ibu Kota Negara Indonesia. Jurnal Manajemen Aset Infrastruktur & Fasilitas, 7(2).