kaltimkece.id Diskusi kelompok terpumpun itu diadakan Otorita Ibu Kota Nusantara di Hotel Gran Senyiur, Balikpapan. Bertajuk Penyusunan Rencana Induk Pemajuan Kebudayaan di IKN, focus group discussionselama dua hari, 3-4 April 2024, mengungkapkan sejumlah penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN.
Sastri Sunarti, perwakilan bidang Riset Arkeologi, Bahasa dan Sastra, BRIN, mengatakan dalam diskusi tersebut bahwa timnya telah meneliti identitas kebudayaan dan peradaban Nusantara. Penelitian ini mencakup upaya pelestarian budaya di Kalimantan.
Secara lebih terperinci, Sastri menjelaskan, penelitian berfokus terhadap beberapa sektor budaya. Pertama, mengkaji vitalitas dan upaya melestarikan bahasa dusun di Kabupaten Paser. Kedua, pelestarian warisan budaya tak benda. Ketiga, dilema yang dihadapi kelompok minoritas muslim Tionghoa di Kalimantan Barat. Terakhir, upaya menjaga kontinuitas nilai budaya dan transformasinya.
"Penelitian ini menggunakan (teknik) natural research processing," kata Sastri.
Hasil penelitian mendapati berbagai cerita rakyat yang melibatkan Suku Dayak, Suku Balik, dan Suku Paser. Salah satu hasilnya, beberapa nama suku dan wilayah, termasuk toponimi desa atau dusun, berasal dari pendekatan linguistik dan tradisi lisan masyarakat. Ditemukan pula bahasa dusun yang terancam punah.
Penelitian ini turut menjelaskan pola spasial dan temporal peninggalan kerajaan Islam di Ibu Kota Nusantara. Sastri menjelaskan bahwa tanah di IKN lebih tua ketimbang tanah di Pulau Jawa. Sementara itu, bahasa Melayu disebut pertama kali menyebar di Indonesia melalui Kalimantan. Atas dasar penemuan arkeologi itu, Sastri menilai, Kalimantan merupakan bagian penting di negeri ini.
"Ada pula multikulturalisme peradaban nusantara masa lalu. Bagaimana terbentuknya identitas Kaltim dengan memverifikasi bidang sosiologis dan virologis," bebernya.
FGD dihadiri sejumlah pejabat Otorita IKN, pakar kebudayaan, serta tokoh adat dan pelaku budaya di Kaltim. Direktur Kebudayaan, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif, Otorita IKN, Muhsin Palinrungi, menjelaskan, acara ini merupakan bagian dari penyusunan rencana induk pemajuan kebudayaan di IKN. Pendapat dan masukan yang mengemuka akan ditampung untuk mewujudkan rencana tersebut.
"Hasil FGD ini kelak bisa dijadikan sebagai pedoman bagi Otorita IKN menyusun program pengembangan kebudayaan di IKN serta strategi dalam kebijakan kebudayaan di Nusantara," kata Muhsin.
Ia mengingatkan pentingnya memahami Undang-Undang 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. UU ini mengakui dan menghormati keberadaan lebih dari 700 budaya di Indonesia. Ini menunjukkan bahwa negara ini memiliki kekayaan dan keragaman budaya yang perlu dipromosikan dan dilestarikan secara aktif oleh semua pihak.
Otorita IKN, kata Muhsin, amat mengharapkan warga Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara--bagian dari IKNâdapat memberikan pemikiran tentang pemajuan kebudayaan di Nusantara. Dengan begitu, kebudayaan di Nusantara diyakini dapat mengalami perkembangan yang signifikan.
"Tentu kebudayaan lokal juga bisa dikombinasikan dengan budaya nasional sehingga kita dapat mewujudkan kota Nusantara sebagai kota dunia yang layak huni," terangnya.
Muhsin juga berharap, kebudayaan lokal berperan aktif dalam pembangunan IKN. Ia menyampaikan, berbagai suku di Kaltim akan diundang untuk tampil dalam HUT RI pada Agustus 2024 yang untuk pertama kalinya diselenggarakan di IKN. (*)