kaltimkece.id Hujan beberapa hari terakhir di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, membuat sejumlah perkampungan terendam banjir selama beberapa hari. Akan tetapi, hujan diyakini bukan penyebab pemicu utama bencana ini. Sejumlah kalangan meyakini pembangunan fasilitas Ibu Kota Nusantara memperparah kondisinya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah PPU, Muhammad Sukadi Kuncoro, mengatakan, banjir terjadi sejak Rabu, 27 November 2024. Setidaknya dua kampung di Sepaku yang terendam yakni Desa Suka Raja dan Kelurahan Sepaku Lama.
Berdasarkan catatan BPBD PPU, banjir tersebut merendam 184 rumah, terdiri dari 142 rumah di Desa Suka Raja dan 40 rumah di Kelurahan Sepaku Lama. Adapun korban terdampaknya berjumlah 682 jiwa. Sebanyak 479 jiwa di antaranya berasal dari Desa Suka Raja dan 203 jiwa dari Kelurahan Sepaku Lama.
Banjir pada hari pertama disebut yang terparah dengan ketinggian rata-rata 140 sentimeter. Pada Jumat, 29 November 2024, banjir mulai surut dengan rerata ketinggian 50 cm di halaman rumah dan 20 cm di dalam rumah warga.
Sementara itu, Sabtu, 30 November 2024, banjir dilaporkan telah surut. Warga yang sempat mengungsi pun telah kembali ke rumah mereka. Walau demikian, BPBD dan instansi lainnya dipastikan terus memantau situasi di Sepaku. Bahan pokok dan air bersih disebut telah didistribusikan kepada korban terdampak banjir. Sejumlah sarana penanganan banjir seperti perahu karet juga masih disiagakan.
"Kami terus memantau setiap jam hingga situasi benar-benar terkendali," kata Kuncoro melalui keterangan tertulis.
Banjir kali ini tidak hanya membawa air yang tampak kotor namun juga reptil. Kuncoro mengaku mendapat laporan bahwa seekor buaya kecil sempat masuk dapur salah satu rumah warga di Sepaku. Hewan predator tersebut dipastikan telah dievakuasi dengan baik.
"Kami mengimbau kepada masyarakat agar waspada dan berhati-hati terhadap serangan buaya," ujarnya.
Kecamatan Sepaku merupakan bagian dari Ibu Kota Nusantara. Sejumlah fasilitas tengah dibangun di kawasan ini. Beberapa di antaranya yakni kantor presiden, istana presiden, hunian ASN, rumah sakit, sekolah, hingga mal. Termasuk Intake Sungai Sepaku dan Bendungan Sepaku Semoi yang akan menyuplai air bersih ke IKN.
Banjir tersebut mendapat perhatian oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara atau AMAN Kaltim. Ketua AMAN Kaltim, Saiduani Nyuk, menyebut, dampak banjir di Sepaku bukan hanya membuat aktivitas warga lumpuh namun juga memicu kerugian materiil. Sejumlah sawah disebut terendam dan hewan ternak milik warga terseret banjir.
AMAN Kaltim pun meyakini hujan bukan penyebab utama terjadinya banjir ini melainkan pembangunan intake Sungai Sepaku dan Bendungan Sepaku Semoi. Pembangunan itu disebut telah menutup sebagian aliran Sungai Sepaku dan membuat tembok beton yang mengelilingi kampung. Tinggi tembok itu disebut melebihi tinggi jalan sehingga air dari permukiman warga tak bisa masuk sungai. Pada tahun ini, Sepaku disebut telah empat kali dilanda banjir.
"Kalau melihat kondisi tersebut, Kampung Sepaku Lama seakan sengaja mau ditenggelamkan," kritiknya. (*)