kaltimkece.id Sudah sejak awal tahun ini, kasus malaria terus ditemukan di Penajam Paser Utara. Sepanjang Januari hingga Juli 2020 ini, sudah tercatat 931 kasus malaria. Kabupaten yang menjadi calon ibu kota negara ini pun menempati posisi pertama dalam hal jumlah penderita malaria terbanyak di Kaltim.
Kepada koresponden kaltimkece.id, Pengelola Program Malaria dari Dinas Kesehatan PPU, Ponco Waluyo, memberikan penjelasan. Ponco mengatakan, warga yang terjangkit malaria tersebut sebenarnya kebanyakan warga luar PPU yang berdomisili di daerah perbatasan kabupaten. Mereka kemudian dirawat di puskesmas yang dinaungi Pemkab PPU.
“Mayoritas adalah warga dari Desa Muara Toyu, Kecamatan Long Kali, Paser, serta warga Kecamatan Bongan, Kutai Barat,” jelas Ponco, Rabu, 22 Juli 2020. Dinas Kesehatan PPU, sambungnya, telah mencatat 931 kasus malaria yang ditangani di pusat-pusat pelayanan kesehatan di kabupaten tersebut. Kasus malaria paling banyak ditemukan di Puskesmas Sotek dan Petung, Kecamatan Penajam. Jumlah penderita malaria tahun ini di PPU, tambah Ponco, meningkat hampir 50 persen dibanding tahun sebelumnya. Pada periode Januari hingga Juni 2019, hanya 633 kasus malaria ditemukan di PPU.
Dengan 931 kasus, PPU menjadi daerah dengan angka malaria tertinggi di Kaltim. Menurut catatan Dinas Kesehatan Kaltim, pada periode Januari hingga Maret 2020, ditemukan 683 kasus malaria di sekujur provinsi. Sebanyak 360 kasus di antaranya berasal dari PPU.
Malaria adalah penyakit yang menyerang sel darah. Ia disebabkan oleh parasit plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah tropis seperti Afrika, Asia Tenggara, serta Amerika Tengah dan Selatan. Pada 2018, organisasi kesehatan dunia, WHO, memperkirakan 228 juta kasus malaria di seluruh dunia. Kematian akibat malaria pada rentang waktu tersebut mencapai 405 ribu orang.
Dari lima spesies parasit plasmodium yang menyebabkan malaria, Plasmodium falsifarum dan Plasmodium vivax menjadi ancaman terbesar. Plasmodium falciparum merupakan malaria yang paling berbahaya sementara Plasmodium vivax tersebar paling luas terutama di Asia. Infeksi parasit malaria ini dapat mengakibatkan berbagai gejala yang berbeda-beda, bergantung daya tahan tubuh. Gejala yang muncul tidak spesifik seperti lemah, lesu, ketidaknyamanan perut dan nyeri otot, demam. Biasanya diikuti dengan tubuh menggigil dan berkeringat, sakit kepala, dan muntah (Malaria, Fact Sheet WHO, 2020).
Upaya Pencegahan
Kembali ke PPU, dinas kesehatan setempat telah mengambil langkah pencegahan penyebaran malaria. Pemkab PPU bekerja sama dengan Global Fund membagikan 15 ribu kelambu dan insektisida antimalaria. Pembagian kelambu antimalaria diperuntukkan kepada warga di daerah yang terindikasi endemi.
“Kami usulkan 4.000 lembar kelambu,” terang Ponco Waluyo
Ia mengatakan, kendati pasien malaria bukan di wilayah PPU, kelambu tetap dibagikan sebagai antisipasi. Adapun wilayah pembagian kelambu antimalaria di antaranya Mentawir, Maridan, Bukit Subur, dan Tengin Baru. (*)
Dilengkapi oleh: koresponden kaltimkece.id di PPU