kaltimkece.id Gambar seekor ikan berwarna emas dan zaitun itu terpampang di sebuah ruangan di Kompleks TVRI, Sempaja, Samarinda. Tubuh ikan tersebut melengkung seperti gerakan berbelok dengan sirip atasnya mengembang. Mulutnya terbuka lebar dan hendak menyantap sesuatu yang terlilit di mata kail.
Dalam gambar tersebut tertera keterangan bahwa ikan tersebut bernama ikan walleye. Ikan walleye merupakan salah satu ikan buruan paling populer di Amerika Serikat. Hari itu, Ahad, 21 Mei 2023, lukisan yang dibuat menggunakan pensil warna dan krayon itu tengah dipamerkan dalam sebuah pameran bertajuk Cakrawala Sekolah Terapung. Bukan tanpa alasan gambar tersebut dipamerkan.
“Gambar ini memenangkan sayembara internasional,” terang seorang pria bernama Sandi Kurnia kepada reporter kaltimkece.id di ruangan tersebut.
Sandi adalah seorang guru yang mengajar di SMP 6 Anggana, Kutai Kartanegara. Gambar ikan tadi dibuat oleh salah seorang anak didiknya bernama Idul. Adapun sayembara yang dimaksudnya adalah Fish Art Contest yang diadakan Wildlife Forever, sebuah lembaga swadaya masyarakat di bidang konservasi lingkungan asal Amerika Serikat.
Dalam pameran tersebut, karya Idul bersanding dengan sejumlah gambar dan fotografi yang juga dibuat oleh murid-murid SMP 6 Anggana. Pameran yang berlangsung selama dua hari sejak Sabtu, 20 Mei 2023, ini digagas oleh Samarinda Design Hub dan Pertamina Hulu Mahakam.
Ada dua murid SMP 6 Anggana yang mengikuti Fish Art Contest yaitu Idul dan Sulaiman. Sandi bersama dua guru lainnya, Hana dan Adri, menjadi pendamping Idul dan Sulaiman selama mengikuti kompetisi tersebut. Idul disebut merupakan pelajar kelas VIII.
Sandi menjelaskan, proses pembuatan gambar ikan walleye tidak sebentar. Timnya lebih dulu melakukan riset dan mencari referensi tentang ikan yang mau digambar. Wildlife Forever pun disebut turut memberikan daftar jenis ikan yang dapat digambar. Dari daftar itulah Idul mendapat ide menggambar ikan walleye.
“Dari pemilihan hingga riset, sebenarnya lebih banyak dilakukan Idul. Kami hanya memfasilitasi,” kata Sandi. Fasilitas tersebut berupa krayon, cat air, hingga buku gambar.
Setelah selesai dikerjakan, karya Idul dan Sulaiman dikirimkan ke Wildlife Forever melalui daring. Pada awal 2023, karya milik Idul diumumkan meraih juara satu Fish Art Contest, kompetisi berskala internasional untuk regional Indonesia di kategori kelas 7-9.
Ditemui di lokasi pameran, Idul mengaku senang dengan kegiatan berkesenian terutama menggambar. “Suka coret-coret meja,” ucapnya dengan nada pelan sambil tersipu. Penikmat film kartun animasi asal Jepang seperti Naruto itu punya cita-cita sederhana yaitu menjadi seniman.
Cakrawala Sekolah Terapung merupakan rangkaian pameran Design and Diversity yang akan berlangsung hingga pertengahan Juni nanti. Founder Samarinda Design Hub, Ramadhan S Pernyata, menjelaskan, pameran ini diselenggarakan untuk mewadahi kreasi murid-murid SMP 6 Anggana. Pameran merupakan bagian dari misi inklusivitas yang dicita-citakannya. “Salah satu ciri diversitas itu ‘kan inklusi,” sebutnya.
Selain itu, pameran ini diadakan untuk mewujudkan pesan yang disampaikan dosen Ramadhan saat kuliah di Bandung. “Indonesia bisa melaju ke kancah internasional melalui dua hal yaitu olahraga dan kesenian,” ucapnya mengenang pesan dosen tersebut.
Suasana Desa Sepatin, Kecamatan Anggana, Kukar. FOTO: ISTIMEWA
Kondisi Muram SMP 6 Anggana
SMP 6 Anggana bukanlah sekolah yang memiliki fasilitas memadai. Sekolahan ini berdiri di atas sebuah perairan di Desa Sepatin, Kecamatan Anggana, Kukar. Desa ini masuk kawasan Delta Mahakam yang bersisian dengan Sungai Mahakam dan laut. Berada di lokasi terpencil membuat SMP 6 Anggana memiliki banyak kendala dari sumber daya manusia hingga infrastruktur.
“Satu sekolah idealnya diisi 11 guru. Akan tetapi, sekolah kami hanya mempunyai tujuh guru,” sebut Sandi Kurnia. Selain itu, tambahnya, SMP 6 Anggana juga terkendala listrik. Setiap harinya, listrik di Desa Sepatin hanya menyala selama 12 jam dari petang hingga fajar. Walhasil, kegiatan belajar-mengajar di SMP 6 Anggana pada siang hari dilakukan tanpa listrik.
“Kalau ingin memakai printer, hanya bisa pada malam hari,” imbuhnya.
Sandi merupakan guru dari program Guru Penggerak yang digagas oleh Indonesia Mengajar dan Pertamina. Setiap tahun, Indonesia Mengajar mengirimkan guru secara bergantian ke SMP 6 Anggana. Sandi masuk sekolah berstatus negeri tersebut pada awal tahun ini untuk menggantikan guru yang masa tugasnya telah habis.
Keterbasan fasilitas sempat membuat Idul kesulitan membuat gambar. Sandi mengatakan, riset dan referensi yang dilakukan Idul kebanyakan menggunakan sarana internet. Sedangkan internet di Desa Sepatin cukup sulit didapatkan. Tak jarang pula, internet di desa tersebut hilang selama 1-2 jam.
Kondisi SMP 6 Anggana. Sekolahan ini disebut memiliki sejumlah kekurangan dari guru hingga infrastruktur. FOTO: ISTIMEWA
Ragam kendala yang dipaparkan Sandi itu diamini Kepala SMP 6 Anggana, Tandarman. Ia menambahkan, sejumlah muridnya juga menghadapi masalah infrastruktur jalan. Murid-murid yang tinggal di ibu kota kecamatan harus menempuh perjalanan yang lama untuk sampai di SMP 6 Anggana. Hal ini disebabkan tak ada jalan darat yang menghubungkan kedua tempat tersebut.
“Kalau pakai speedboat, waktu tempuhnya sekitar satu hingga 1,5 jam. Kalau naik kapal yang biasa dipakai nelayan, bisa tiga hingga empat jam,” bebernya.
Masalah berikutnya adalah ongkos sewa speedboat. Tandarman menyebutkan, tarif penyewaan speedboat terbilang mahal dan bervariasi, mulai dari Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta untuk sekali perjalanan. Faktor infrastruktur ini juga disebut menjadi penyebab jumlah guru SMP 6 Anggana sedikit.
Tandarman mengungkapkan, anak-anak Desa Sepatin kerap tak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Salah satu penyebabnya adalah permintaan orangtua. Para orangtua di desa itu disebut lebih menginginkan anaknya segera membantu pekerjaan mereka. Rata-rata, warga Desa Sepatin berprofesi sebagai nelayan.
Tandarman berharap, kondisi tersebut dapat berubah. Anak-anak diyakini lebih baik bila melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi. Mengingat, berkaca dari prestasi yang diraih Idul di Fish Art Contest, setiap anak disebut memiliki banyak keahlian.
“Para orangtuan perlu diyakinkan bahwa anak-anak mereka mempunyai bakat-bakat lain selain menangkap ikan dan kepiting,” tutup Tandarman. (*)