kaltimkece.id Sejumlah tenaga pendidik dan pejabat Pemkot Samarinda berkunjung ke Bandung, Jawa Barat, pada 13–14 Desember 2021. Rombongan berjumlah 30 orang ini melakuan studi tiru. Persisnya, mereka menggali ilmu tentang pembelajaran jarak jauh (PJJ), pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT), hingga soal honorarium guru honorer.
Rombongan yang dipimpin Wakil Wali Kota Samarinda, Rusmadi Wongso, itu terdiri dari kepala sekolah dasar dan sekolah menengah pertama (SMP). Selain itu ada Koordinator TP UKS/M, Herli Warsita; pegawai Dinas Kesehatan, PMI, dan Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (TP UKS/M) Dinas Pendidikan. Pada hari pertama, mereka berkunjung ke kantor Dinas Pendidikan Bandung.
Kepada kaltimkece.id, Rusmadi menjelaskan, studi tiru ini mempelajari kebijakan-kebijakan tentang pendidikan yang digagas Pemkot Bandung. Konsep kerja UKS yang dikembangkan di sekolah-sekolah di Bandung, adalah materi utama yang mereka pelajari. Mengingat, peran UKS dinilai amat penting dalam mengembangkan pendidikan.
“Suasana sekolah yang bersih, sehat, dapat menjadikan siswa-siswi lebih kreatif dan berprestasi. Tak kalah penting adalah pendidikan moral, sopan santun, yang terkadang dianggap sepele tapi perannya sangat luar biasa,” jelas Rusmadi yang juga menjabat Ketua Pembina UKS/M Samarinda.
_____________________________________________________PARIWARA
Sekretaris Disdik Bandung, Cucu Saputra, menyebutkan sejumlah kebijakan strategis pendidikan yakni menjadikan Kota Kembang yang unggul, nyaman, sejahtera, dan agamis (UNSA). Seluruh kebijakan dimuat di peraturan daerah dan 16 peraturan wali kota. Ketentuan ini disebut sebagai keinginan Wali Kota dan Wawali Kota Bandung periode 2018-2023.
“Tentunya ada perioritas sehingga belum semua dituntaskan. Pendidikan Bandung memiliki berbagai inovasi,” sebut Cucu. Invoasi tersebut seperti Metropolitan Area Network (MAN), yang membuat pembelajaran tidak parsial dan tidak banyak mengandalkan guru. Di MAN, terdapat konten bahan pelajaran seperti pusat sumber belajar (puber) dan pembelajaran dalam jaringan (padaringan). Program ini dibuat untuk menghadapi tuntutan digitalisasi 4.0 dan pembatasan akibat pandemi Covid-19.
“Semua sekolah di sini sudah dipasang pemancar internet. Dari jarak satu kilometer, siswa masih bisa mengkoneksikan internet,” tambahnya.
Mengenai pemabayaran insentif guru honorer, Disdik Bandung membuat konsep penamaan honorarium peningkatan mutu (HPM) atau tambahan upah dari hasil kinerja. Setiap kepala sekolah di tempat mereka mengabdi, menjadi penilainya. Dengan konsep seperti itu, para guru honorer mendapatkan honor sebesar upah minimum kota (UMK) Bandung.
“Para guru honorer pun memiliki peluang mengembangkan kariernya di dunia pendidikan,” terang Cucu.
_____________________________________________________INFOGRAFIK
Belajar di Sekolah
Selesai dari kantor Disdik Bandung, rombongan dari Samarinda mendatangi SMP 13 Bandung dan SD Terpadu Krida Nusantara. Rombongan yang didampingi Kepala Disdik Samarinda, Asli Nuryadin, ini mempelajari tata kelola lingkungan, area terbuka, UKS, ruang bimbingan konseling, kantin, kondisi toilet, hingga kegiatan ekstrakurikuler yang ada di kedua sekolahan tersebut.
Rusmadi mengapresiasi SMP 13 Bandung dan SD Terpadu Krida Nusantara karena memiliki program Pojok Baca. Pojok Baca adalah satu tempat khusus untuk siswa-siswi membaca. Di tempat itu, disediakan buku-buku tentang pendidikan, ilmu pengetahuan, serta karya pelajar. Wawali menginginkan program tersebut juga diterapkan di sekolah-sekolah di Samarinda.
Asli Nuryadin menjelaskan, Pojok Baca menjadi salah satu program unggulan sekolah. Lewat program tersebut, karakter para pelajar bisa dibentuk lebih baik. “Dengan begitu, mereka bisa berprestasi di sekolah ataupun di luar sekolah,” tutup Kadisdik Bandung. (*)
Editor: Surya Aditya