kaltimkece.id Pemerintah terus berupaya menyempurnakan sistem pendidikan nasional, salah satunya melalui pendekatan pembelajaran mendalam atau deep learing yang kini mulai dikenalkan di Kalimantan Timur. Rabu, 11 Juni 2025, Komisi X DPR RI menginisiasi workshop pendidikan bertajuk "Membangun Pembelajaran Mendalam yang Efektif dan Inovatif" di Hotel Harris, Jalan Untung Suropati, Samarinda.
Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian menegaskan bahwa pendekatan ini bukanlah pengganti dari program Merdeka Belajar, melainkan sebuah pengembangan untuk menjawab tantangan zaman yang semakin dinamis.
Hetifah menjelaskan bahwa sebagaimana Merdeka Belajar yang bukan bertujuan mengganti kurikulum lama, pembelajaran mendalam hadir untuk melengkapi dan memperkuat sistem yang sudah ada. Menurutnya, Kaltim membutuhkan pendekatan pendidikan yang adaptif agar lulusannya mampu bersaing, tidak hanya secara nasional tapi juga global.
"Anak-anak Kaltim harus siap jadi pengusaha, pekerja unggul, atau melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi. Pemerintah provinsi sudah memfasilitasi, dan dari pusat juga kami terus memberikan dukungan melalui berbagai bentuk beasiswa," ujarnya.
Ia menekankan pentingnya memastikan bahwa proses pembelajaran mampu mencetak generasi produktif. Dalam hal ini, tenaga pendidik menjadi kunci. Para guru, walaupun sudah berpengalaman, dituntut untuk terus meningkatkan kapasitas melalui reskilling dan adaptasi terhadap konsep pendidikan terbaru.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia juga diarahkan pada peningkatan skor Programme for International Student Assessment (PISA). PISA dipilih karena menjadi standar internasional dalam mengukur kemampuan peserta didik, terutama dalam memahami dan menerapkan informasi, bukan hanya sekadar membaca.
"Kalau anak-anak kita hanya bisa membaca tapi tidak memahami, apalagi tidak bisa memanfaatkan informasi itu, maka kita akan terus tertinggal. Tes-tes seperti PISA itulah yang mengukur kemampuan tersebut," jelas Hetifah.
Selain aspek akademik, pembelajaran mendalam juga memperhatikan aspek non-akademik seperti kesehatan mental. Menurut Hetifah, tekanan yang dirasakan siswa saat ini banyak dipicu oleh lingkungan sekitar, termasuk orang tua dan guru yang belum memahami cara belajar anak masa kini.
Ia mencontohkan penggunaan aplikasi kecerdasaan buatan atau artificial intelligence (AI) seperti ChatGPT oleh siswa. Jika digunakan sebagai alat belajar, maka hal itu seharusnya didukung, bukan dicurigai sebagai tindakan mencontek. "Anak-anak sekarang punya pendekatan belajar yang berbeda, kita harus memahami dan menyesuaikan diri," katanya.
Pendekatan pembelajaran mendalam mengharuskan guru mengenali kondisi dan karakteristik masing-masing siswa. Tidak semua anak bisa belajar dengan kecepatan dan metode yang sama. Maka dari itu, guru dituntut untuk menyusun strategi pembelajaran yang personal dan fleksibel.
Namun, Hetifah mengakui bahwa belum semua wilayah di Kaltim memiliki akses pendidikan yang merata. Program pendidikan gratis dan peningkatan bantuan operasional sekolah daerah (Bosda) diharapkan bisa menjadi solusi. Model pembelajaran mendalam bukan kurikulum baru, tapi pendekatan untuk menutup kesenjangan kualitas pendidikan yang masih ada.
Kepala Bidang Pembinaan SMK, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kaltim, Surasa, turut menambahkan. Ia menyebut, keberhasilan pembelajaran mendalam tidak hanya ditentukan oleh infrastruktur. Harus ada sistem pendukung yang solid, termasuk peran guru, ekosistem pendidikan yang sehat, dan perencanaan yang matang, seperti yang diterapkan di Jepang dalam sistem pendidikan vokasional mereka.
Dengan kolaborasi antara kebijakan pusat, pemerintah daerah, dan berbagai pihak, diharapkan pendekatan pembelajaran mendalam bisa mempercepat peningkatan kualitas pendidikan di Kaltim.
"Kami ingin menciptakan anak-anak yang tidak hanya tahu dan paham, tapi mampu mencipta. Karena dari sanalah muncul kesejahteraan masyarakat yang diamanatkan undang-undang," pungkasnya. (*)