kaltimkece.id Berau memiliki beragam potensi wisata alam yang belum termaksimalkan. Beragam upaya dari para pemangku kepentingan terus dilakukan. Sinergi yang baik ternyata belum bisa membuat wisata Bumi Batiwakkal mendunia. Pekerjaan rumah masih terlalu banyak untuk diselesaikan. Memajukan pariwisata, memang tidak bisa dilakukan secara instan.
Tepuk tangan meriah mengiringi gerakan gemulai Anna Bogdanova yang baru saja mempertontonkan kepiawaiannya menari Bali. Meski tidak dengan balutan pakaian adat, Anna berhasil memukau para wartawan yang pada akhir pekan di awal Mei lalu bersilaturahmi dengan Bupati Berau, Sri Juniarsih. Anna, dan 9 orang turis mancanegara lain, hadir dalam ramah tamah di salah satu rumah makan di Tanjung Redeb, Sabtu 6 Mei 2023. Kehadirannya di Berau, dalam rangkaian promosi wisata yang disponsori pengusaha lokal Berau, H Abidinsyah.
“Ini pertama kali saya ke Berau, sambutan luar biasa bagi saya, juga teman-teman lain. Terima kasih Ibu Bupati, juga Pak Haji yang memberikan kemudahan kami bisa mencoba berwisata ke Berau,” ungkap Anna.
Sri Juniarsih, Bupati Berau. FOTO: RJ PALUPI
Perempuan kelahiran St Petersburg, Rusia itu menjadikan Bali sebagai destinasi wisata yang selalu dikunjunginya, setiap tahun. Sejak 2011 lalu, Anna hilir mudik Rusia-Indonesia. Perempuan berambut pirang itu mengaku jatuh cinta pada pesona alam dan keramahan masyarakat Indonesia. Bahkan, saat usianya kala itu baru 11 tahun, Anna sudah mulai belajar untuk belajar ragam tarian Bali. Saat berkenalan dengan kaltimkece.id, Anna dengan bangga menyebut dirinya dengan nama; Kadek Anna.
Kesibukannya keliling objek wisata di pulau-pulau sekitar Bali, membuatnya bertemu dengan Abidinsyah. Haji Bidin, begitu pria itu biasa disapa, adalah pengusaha asal Berau yang saat ini sedang fokus membangun resor di wilayah Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Bagi Haji Bidin, Berau tetaplah rumah yang juga harus dikenalkan ke masyarakat internasional.
“Saya dengan biaya sendiri, membawa turis mancanegara ke Berau, dengan harapan mereka akan menjadi influencer untuk mengenalkan potensi wisata yang kita miliki. Selama di Berau, mereka saya ajak ke Maratua, dan mengunjungi pulau-pulau di sekitarnya,” ungkap pria berkaca mata itu.
“Memang, ada banyak hal yang masih kurang dari daya dukung wisata di Berau. Ini yang harus segera dicarikan solusinya oleh pemerintah,” lanjut Haji Bidin.
Faktor yang dinilai sangat penting untuk segera dicarikan solusi adalah mahalnya biaya menuju objek wisata di Berau. Tiket penerbangan dari Bali ke Maratua, bisa menghabiskan Rp 4 juta per orang untuk sekali jalan. Belum lagi untuk keperluan penginapan dan akomodasi selama di Maratua. “Jika ditotal, per kepala, untuk satu minggu di Maratua, bisa menghabiskan 20 juta rupiah. Apalagi kalau mau menyelam, yang tentu harus ada biaya tambahan lagi. Ini tentu sangat memberatkan bagi kebanyakan wisatawan,” ungkap Haji Bidin.