kaltimkece.id Pemilihan legislatif tingkat kabupaten di Kutai Kartanegara selalu didominasi Partai Golkar dalam dua dekade belakangan. Pada Pemilu 2024 ini, PDI Perjuangan berhasil menghentikan dominasi tersebut. Pengurus PDIP Kukar bahkan berani mengklaim memperoleh 18 kursi di DPRD sekaligus menjadi pemenang pemilu.
Keunggulan PDIP di Kukar sudah tergambar dari Sistem Informasi Rekapitulasi Pemilihan Umum (Sirekap). Pada Kamis, 22 Februari 2024, pukul 18.00 Wita, data yang masuk Sirekap untuk Pemilihan Legislatif DPRD Kukar mencapai 34,60 persen. PDI Perjuangan meraih 31.446 suara (35,62 persen) atau yang tertinggi. Adapun Partai Golkar, meraih 13.993 suara (15,78 persen) dan berada di posisi kedua.
Sementara itu, PDI Perjuangan unggul di lima daerah pemilihan (dapil) di Kukar. Partai berlambang banteng moncong putih itu hanya tertinggal di satu dapil yaitu Kukar I. Di dapil tersebut, Partai Golkar untuk sementara masih unggul.
Keberhasilan PDIP dalam pemilu legislatif di Kukar bukan hal yang biasa. Meminjam catatan Komisi Pemilihan Umum Kukar, Partai Golkar punya tradisi kuat di kabupaten ini. Tiga pemilu legislatif terdahulu adalah contohnya. Partai tersebut selalu menang di Kukar. Pada Pileg 2009, Partai Golkar memperoleh 12 kursi dari 45 kursi di DPRD Kukar. Selanjutnya, pada 2014, Partai Golkar memperoleh 19 kursi dan pada 2019 meraih 13 kursi.
Pemilu 2024 nampaknya berbeda. Menurut klaim pengurus DPC PDIP Kukar, partai banteng moncong putih diperkirakan memperoleh 18 kursi. Posisi ketua DPRD Kukar pun diklaim menjadi milik PDIP kali ini.
Dalam konferensi pers pada Sabtu, 17 Februari 2024, Wakil Ketua Bidang Politik DPC PDI Perjuangan Kukar, Aulia Rahman, mengatakan bahwa PDIP unggul telak di Kukar berdasarkan hitung cepat di 20 kecamatan. Kemenangan ini disebut bukan hanya milik DPC PDIP Kukar melainkan seluruh masyarakat Kukar.
"Kami akan bekerja keras memenuhi aspirasi dan kepentingan masyarakat sesuai visi misi partai," tutur Aulia,
Ketua Badan Saksi Pemilu Nasional (BSPN), DPC PDI Perjuangan Kukar, Effendi, menambahkan bahwa hitung cepat tersebut berasal dari 2.269 tempat pemungutan suara. Ditambah pula, 210 koordinator desa dan 20 koordinator kecamatan yang mengawal suara di TPS. Data hitung cepat ini dikirim para saksi dari seluruh TPS kemudian diolah oleh tim data PDIP Kukar.
Penentu Keunggulan PDIP di Kukar
Setidaknya, ada dua faktor utama yang menyebabkan PDIP mampu menggerus suara Partai Golkar di Kukar. Pertama, pengaruh bupati dan wakil bupati Kukar yang merupakan kader PDIP. Faktor kedua adalah sejumlah calon legislatif (caleg) dari Partai Golkar yang berpindah ke PDIP. Padahal, caleg-caleg tersebut adalah peraup suara besar pada Pemilu 2019.
Faktor yang pertama yaitu pengaruh kepala daerah, diamini akademikus dari Universitas Kutai Kartanegara, Zulkifli. Menurutnya, Bupati Kukar Edi Damansyah dan Wakil Bupati Rendi Solihin jelas mendompleng popularitas PDIP. Visi, misi, dan realisasi program kerja bupati dan wabup berpengaruh di tengah masyarakat.
Pengaruh serupa sebenarnya juga terasa ketika Partai Golkar berkuasa di Kukar sejak 2004 hingga 2019. Pada masa pemerintahan Bupati Syaukani Hasan Rais hingga Rita Widyasari, akar beringin menancap kuat di tanah Kukar.
"Dari kesamaan tersebut, faktor ketokohan dan program kerja kepala daerah membawa pengaruh dalam mendulang suara partai," sebut dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Unikarta, tersebut.
Pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, Samarinda, Budiman, menjelaskan faktor yang kedua. Menurutnya, beberapa caleg PDIP saat ini merupakan pindahan dari Partai Golkar. Fenomena ini jelas membawa pengaruh besar karena caleg memiliki konstituen riil di akar rumput.
kaltimkece.id mengonfirmasi Sekretaris DPD Partai Golkar Kukar, Ahmad Zais, mengenai hal tersebut. Zais tak membantah bahwa dominasi partai Golkar selama 20 tahun terakhir segera tergeser. Ia setuju bahwa Bupati Kukar, Edi Damansyah, membawa pengaruh besar dalam pemilu kali ini.
Zais juga menilai bahwa caleg-caleg PDIP di Kukar sudah berpengalaman dalam kontestasi politik daerah. Ia mengaku, tidak sedikit caleg PDIP adalah bekas kader Partai Golkar di Kukar. Beberapa di antaranya bahkan anggota DPRD dari Partai Golkar pada periode sebelumnya. Pengalaman selama satu-dua dekade belakangan disebut betul-betul teruji.
Ia berpesan agar kader atau caleg PDIP tak jemawa atas keberhasilan ini. Sebab, Partai Golkar adalah tempat mereka belajar dunia politik.
"Sedikit banyaknya, ilmu politik mereka serap dari Partai Golkar," terang Zais.
Mengenai klaim 18 kursi yang direbut PDIP, Zais menilai, informasi tersebut masih terlampau dini. Perolehan suara dan jumlah kursi tersebut hanya berdasarkan hasil hitung cepat internal partai. Perhitungan resmi dari KPU Kukar baru dimulai dan masih memerlukan waktu untuk memastikan jatah kursi di DPRD Kukar.
"Kami, caleg dan kader Partai Golkar, sudah bekerja maksimal meraih suara masyarakat. Tentu semua akan ditentukan KPU," imbuhnya.
Caleg PDIP Sebut Efek Bupati
Sejumlah caleg PDIP yang hampir dipastikan duduk di DPRD Kukar periode mendatang turut memberikan pernyataan. Mereka menilai, Bupati Edi Damansyah selaku ketua DPC PDIP Kukar, termasuk wabup Rendi Solihin yang juga bendahara DPC PDIP Kukar, menjadi faktor yang menentukan.
Andi Faisal, caleg PDIP dari dapil Kukar II menyatakan, tangan dingin Edi Damansyah sangat luar biasa dalam memotivasi para caleg. Menurutnya, sekalipun caleg sudah punya akar rumput, potensi menang, dan menguasai geografis di wilayah masing-masing, peran ketua partai tidak boleh disepelekan.
"Masyarakat sekarang ini menilai siapa yang layak diperjuangkan dan yang tidak. Kepercayaan masyarakat bertambah ketika caleg di bawah kepemimpinan sosok yang mampu menciptakan kekompakan sebagaimana figur Pak Edi Damansyah," jelasnya, Kamis, 22 Februari, 2024.
Ia menyinggung bahwa Edi Damansyah sebagai bupati menerapkan kebijakan yang berdampak positif kepada masyarakat. "Jadi linier sekali dengan pergerakan di bawah. Program bupati ini menyentuh lapisan masyarakat bawah," beber caleg yang mengaku berhasil mengumpulkan tujuh ribuan suara tersebut.
Fatlon Nisa, caleg PDIP dari dapil I Kukar, mengatakan hal yang senada. Sebagai caleg perempuan, Fatlon sering berkumpul dengan kaum perempuan di Kukar. Di berbagai komunitas, masalah UMKM kerap dibicarakan. Permasalahan itu disebut terjawab lewat program bupati seperti Kredit Kukar Idaman.
Sementara itu, Miftahul Jannah, caleg dari dapil V Kukar, menilai bahwa masyarakat puas atas program Edi Damansyah-Rendi Solihin. Hal itu memperkuat kerja tim para caleg di setiap dapil.
"Khusus di dapil saya, kepuasan masyarakat sangat tinggi. Salah satunya, pembangunan infrastruktur sehingga antarkecamatan kini terkoneksi," tutupnya. (*)