kaltimkece.id Hari baru beranjak malam. Suasana Balikpapan yang cukup terik pada Selasa 8 Agustus 2023 tak menyurutkan ratusan pemuda berjubel di kedai Kopi Rumah Mantan, di Jalan Soekarno Hatta, Kilo Meter 3, Balikpapan Utara. Di tempat itu, sedianya digelar diskusi yang menghadirkan tiga bakal calon legislatif yang masih terbilang muda. Juga, kontestasi pada 2024 mendatang adalah kesempatan perdana untuk unjuk kemampuan diri menjadi wakil rakyat.
Diskusi itu mengulas arti politik bagi anak-anak muda di Balikpapan. Mengusung tajuk Yang Muda Nyaleg Nggak Bahaya Ta?, diskusi diharapkan bisa jadi ajang pemanasan bagi para bakal calon legislatif, dan menyerap harapan audiens. Event ini digagas oleh sebuah perusahaan rintisan di bidang digital marketing, Corelate, dan berkolaborasi dengan komunitas Suara Pemuda Balikpapan.
Dipandu Pemimpin Redaksi kaltimkece.id, Robithoh Johan Palupi, diskusi menghadirkan tiga narasumber. Mereka adalah Muhammad Hafiduddin Ramdhani Caleg DPR RI Daerah Pemilihan Kaltim, Cindy Claudia Permatasari Caleg DPRD Balikpapan Dapil Balikpapan Tengah, dan Adelina Caleg DPRD Balikpapan Dapil Balikpapan Selatan. Satu per satu narasumber memperkenalkan dan menyampaikan alasan mencalonkan diri. Mereka menyebut dirinya sebagai representasi pemuda. Punya banyak Impian, cita-cita dan suka tantangan, ketiganya juga berusaha meyakinkan audiens bahwa mereka adalah pilihan yang tepat.
Dalam kesempatan itu, Hafid, sapaan karib Muhammad Hafiduddin Ramdhani, mengatakan bahwa dirinya sebagai pemuda yang berasal dari Berau, Kaltim, tergerak hatinya setelah mengetahui ketimpangan pembangunan. Hafid melihat sejumlah kampung di Berau belum dialiri listrik, ditambah akses yang begitu sulit karena jalan yang rusak. Apalagi kata dia, beberapa DPR RI Dapil Kaltim hari ini itu kebanyakan bukan dari orang Kaltim.
"Itu menjadi tamparan bagi orang Kaltim," ujar lelaki berusia 25 tahun itu.
Lanjutnya, polemik seperti tiket pesawat Berau-Samarinda, atau Berau-Balikpapan yang mahal, juga jadi isu yang akan diperjuangkannya. Menurutnya, kegelisahan warga akan lebih didengar jika disuarakan lebih keras melalui parlemen di level tertinggi, DPR RI. Karena itu pula, dirinya mantap maju sebagai bakal calon legislatif lewat Partai Keadilan Sejahtera.
"Ketua wakil rakyat adalah rakyat itu sendiri. Anak muda juga bagian dari rakyat," jelas pengusaha muda asal Berau itu.
Sementara itu, Cindy Claudia Permatasari juga mengaku punya banyak kegelisahan. Sebagai pengusaha kecil, Cindy juga ingin UMKM mendapat perhatian lebih. Cindy mengungkapkan, sebagai anak muda dirinya suka akan tantangan dan dinamika. Perempuan yang mendapat julukan Acil Banteng itu mengatakan bahwa menjadi anggota legislatif harus memiliki mental yang kuat, layaknya menjadi pengusaha seperti yang dilakoninya selama ini.
"Anak muda itu sebenarnya banyak idenya, tapi tidak tersalurkan," ucap perempuan dewasa berusia 27 tahun itu.
Cindy juga menyampaikan bahwa pemuda, khususnya mahasiswa, sering melakukan demonstrasi tetapi sering tidak mendapat perhatian. Karena itu, memilih wakil rakyat yang responsif menjadi satu keharusan. Dia berharap pemuda memberikan suara pada pemilu 2024 nanti dengan tulus. Cindy juga mengatakan tidak mau memberi banyak janji. Dia hanya meminta pemuda untuk terlebih dulu mengenal siapa orang yang akan dipilih.
"Yang jelas anak muda harus bersatu dan perhatikan pilihannya dengan betul-betul," jelas Cindy.
Sementara itu, Adelina, mengatakan bahwa jika ingin melakukan perubahan dan perbaikan, maka harus masuk ke dalam sistem. Sistem yang dimaksud adalah dewan perwakilan rakyat derah. Lanjutnya, anak muda bisa menjadi representasi untuk memperjuangkan setiap aspirasi, karena kata dia, pemuda memiliki semangat dan energi yang segar.
"Tetapi kita tetap harus berkolaborasi dengan siapa pun. Dengan berkolaborasi kita pasti bisa salurkan apa yang kita mau untuk kepentingan masyarakat Balikpapan," jelas pelaku ekonomi kreatif itu.
Memperhatikan masyarakat dan membuat mereka senang, menjadi salah satu alasan Adelina maju sebagai calon anggota legislatif. Lanjut Adelina, tentunya dengan berkolaborasi dan berbuah untuk rakyat. âBerangkat dari kekhawatiran dan kepedulian anak muda itu sendiri. Kalau tidak peduli maka tidak bisa berbuat apa-apa,â ujar Adelina
Selepas tiga caleg muda selesai menyampaikan semua itu, mereka kemudian dihujani sejumlah pertanyaan dari peserta dialog. Salah satunya dari Fajar, mahasiswa Universitas Balikpapan. Dia menyinggung mengenai suara mahasiswa yang sulit didengar oleh dewan perwakilan rakyat daerah saat ini. Dia juga sedikit menyampaikan mengenai sistem pendidikan di indonesia yang terus berganti dan menjadikan siswa sebagai kelinci percobaan.
"Sebagai pemuda juga harus memberikan jaminan jika kalian terpilih. Kebijakan dan gebrakan apa yang akan kalian buat jika terpilih?" tanya mahasiswa berkacamata itu kepada tiga narasumber.
Bgegitu juga Andra, sebagai perwakilan Forum Penyandang Disabilitas Balikpapan ia mendapat kesempatan bertanya. Dia mengungkapkan bahwa disabilitas sering mendapat perlakuan yang berbeda, dan mengarah ke hal yang negatif. Apalagi, kata Andra, dalam hal mencari pekerjaan. âWadah apa yang akan kalian buat jika terpilih nanti untuk para kaum disabilitas di Balikpapan?,â tanya Andra.
Setelah peserta audiens bertanya, giliran tiga caleg muda itu menjawab. Hafid menjawab terkait dengan sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia. Menurutnya, sistem pendidikan di Indonesia membuat siswa kesusahan karena dipaksa harus menerima berbagai mata pelajaran, sedangkan gurunya hanya satu mata pelajaran saja. Dia memberi contoh salah satu sistem pendidikan di Finlandia yang lebih fokus pada keinginan murid. Ditambah tidak adanya pekerjaan rumah atau PR. Hal ini kata dia bisa dicoba, sebagai gebrakan baru.
"Ini salah satu gebrakan yang bisa dicoba, jadi apa yang disuka siswa itu yang mereka pelajari," jelasnya.
Giliran Adelina menjawab, perempuan berhijab itu menyampaikan gebrakan yang akan dilakukan ketika duduk sebagai anggota dewan nantinya. Dia mengatakan akan membuka ruang dialog seluas-luasnya. Tujuanya untuk menyerap semua aspirasi masyarakat. Lanjutnya, jika sudah diserap, maka akan melakukan pemetaan untuk menentukan isu prioritas yang menjadi fokus. Selanjutnya kata dia, melakukan evaluasi dan pemantauan.
"Kolaborasi bersama masyarakat, DPRD dan pemerintah dibutuhkan sekali agar memberikan dampak bagi masyarakat. Nanti setelah itu dilihat apakah membutuhkan aksi selanjutnya," jeas Adelina.
Sementara itu, Cindy menjawab pertanyaan terkait dengan disabilitas. Menurutnya, meski penyandang disabilitas itu terbatas secara fisik, akan tetapi tidak terbatas dalam ide dan imajinasi. Dia menyebut bahwa nantinya akan memperjuangkan keterwakilan satu persen penyandang disabilitas bekerja pada perusahaan swasta, seperti tertuang dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016.
"Itulah yang tidak terbuka sekarang, karena tidak ada yang bersuara," ujar Cindy.
Sementara itu, ditemui setelah kegiatan diskusi selesai, Direktur Corelate Rio Taufiq Adam menyampaikan alasan dilaksanakannya diskusi itu. Dia mengatakan bahwa ingin mengetahui dan menguji seberapa berkompetensinya para calon legislatif muda tersebut melalui forum dialog. Sebagai pemuda kita tentunya menginginkan orang-oramg yang bertarung itu memiliki kompetensi dan bukan hanya gimmick politik saja.
"Apakah niatnya memang ingin bergerak untuk mewakili rakyat atau hanya mabok politik aja," ucapnya kepada kaltimkece.id.
Masih di tempat diskusi, Agung Syahrir, perwakilan komunitas Suara Pemuda Balikpapan yang juga turut membantu terlaksanannya kegiatan dialog itu. Dia berharap melalui forum itu dapat memantik para caleg-caleg muda lainya untuk muncul dan bisa berdialog langsung. "Yang terpenting suara-suara yang disampaikan tadi bisa didengar dan diserap untuk dilakukan nantinya," ujar Agung kepada kaltimkece.id.(*)