kaltimkece.id 'Zairin Zain pulang kampung.' Begitu bunyi sejumlah baliho yang dipasang di beberapa kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Bekas pelaksana tugas wali kota Samarinda itu memang pernah berencana mengikuti Pemilihan Bupati Kukar 2024.

"Niat itu akhirnya saya batalkan," jelas Zairin ketika ditemui kaltimkece.id di Sekretariat Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) Kaltim, Selasa, 28 Mei 2024. Ia kini menjabat sebagai ketua di lembaga tersebut.

Zairin menjelaskan beberapa penyebab batal maju di Kukar. Pertama, pria kelahiran Tenggarong tersebut mengaku, telah menghabiskan banyak waktu di Samarinda. Kariernya sebagai pegawai negeri sipil Pemprov Kaltim adalah kepala Biro Humas kemudian kepala Dinas Perhubungan.

Ia juga ditunjuk sebagai pelaksana tugas wali kota Samarinda selama enam bulan pada Februari 2018. Sebelum pensiun Agustus 2019, jabatannya adalah kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kaltim.

Penyebab kedua Zairin tidak maju di Pilbup Kukar adalah tidak berjodoh dengan tokoh maupun politikus setempat. Beberapa figur yang ia temui menolak ketika diajak maju ke pemilihan bupati. Sementara itu, beberapa partai urung mencalonkan dirinya.

Zairin, yang sempat mengikuti Pilwali Samarinda 2020, menambahkan bahwa biaya kampanye di Kukar terbilang cukup tinggi. Kabupaten tersebut punya luas wilayah 27 ribu kilometer persegi. Banyak sekali waktu dan biaya yang diperlukan untuk mendatangi masyarakat di sekujur kabupaten. Berbeda dengan Samarinda yang hanya 718 kilometer persegi atau 37 kali lebih kecil dari Kukar.

"Itu yang membuat saya memutuskan mencoba maju di (Pilwali) Samarinda," sebutnya.

Biaya kampanye bukan satu-satunya penyebab. Zairin melanjutkan, ia lebih menguasai arena politik di Samarinda. Beberapa koleganya disebut telah siap membantu. Salah satu contoh bantuan itu melalui pemasangan baliho yang menampilkan foto Zairin dengan tulisan 'Siap Mengabdi untuk Samarinda.'

"Kebanyakan (mereka) adalah dari tim yang dulu membantu saya di Pilwali sebelumnya," jelas dia.

Pada Pilwali Samarinda 2020, Zairin Zain maju bersama Sarwono. Pasangan tersebut harus mengakui keunggulan Andi Harun-Rusmadi Wongso dengan selisih suara hanya 1,53 persen. Menjelang Pilwali 2024, Zairin telah mendaftar ke Partai Gerindra yang dipimpin wali kota petahana, Andi Harun. Ia bakal memperebutkan posisi bakal calon wakil wali kota yang akan mendampingi Andi Harun. Partai Gerindra telah menetapkan mengusung wali kota petahana sebagai bakal calon wali kota.

"Andi Harun, bagi saya, selaras dengan program serta visi-misi yang saya usung," kata Zairin.

Ia memberikan beberapa contoh seperti revitalisasi pasar. Pada masa kepemimpinannya sebagai pelaksana tugas wali kota, Zairin Zain merevitalisasi Pasar Merdeka dan Pasar Baqa. Kehadiran Andi Harun disebut menyempurnakan proyek di kedua pasar tersebut.

"Untuk Pasar Baqa, saya sempat rem saat itu karena berbagai masalah keuangan. Akhirnya diselesaikan Andi Harun," jelasnya.

Pasar Baqa di Samarinda Seberang diresmikan pada 15 Mei 2024. Sementara itu, di bawah kepemimpinan Andi Harun, Pasar Merdeka sempat meraih predikat Pasar Rakyat Berstandar Nasional Indonesia (SNI) pada 2022. Pasar ini juga dikunjungi Presiden Joko Widodo dalam lawatannya ke Samarinda pada pertengahan 2023.

Zairin Zain mengaku, tidak berharap banyak dalam pemilihan kepala daerah serentak. Ia saat ini berfokus dengan jabatannya sebagai ketua DBON Kaltim. Jika diberi kesempatan menjadi calon wali kota maupun wakil wali kota, ia menyerahkannya kepada mekanisme di partai politik.

Pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, Samarinda, Jumansyah, menilai bahwa pilihan Zairin cukup realistis. Kukar dan Samarinda, sebutnya, memiliki karakter pemilih yang berbeda. Pemilih Kukar disebut lebih homogen.

"(Sehingga) politikus di Kukar yang terpilih (sebagai bupati) cenderung berasal dari suku tertentu," terangnya. Zairin, meski lahir dan besar di Tenggarong, berasal dari keluarga transmigran sehingga bisa memengaruhi elektabilitasnya.

Samarinda, di sisi lain, memiliki kecenderungan sebaliknya. Penduduk Kota Tepian lebih beragam. Jumansyah menilai, peluang Zairin di Pilawali Samarinda terbuka lebar. Lebih-lebih jika Zairin mampu menjaga suara yang memilihnya empat tahun silam. Selebihnya, jelas Jumansyah, tinggal langkah-langkah politik Zairin yang akan menentukan bisa maju kembali atau tidak di Pilwali Samarinda. (*)