kaltimkece.id Jalan-jalan di Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Berau, padat merayap pada Ahad malam, 15 September 2024, sekira pukul 20.00 Wita. Para penduduk berlarian meninggalkan kediaman mereka. Gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,6 baru saja mengguncang kecamatan di "hidung" Pulau Kalimantan itu.
"Getarannya seperti truk yang lewat di depan rumah," kata Kurniawan Adi, warga Batu Putih, dikutip dari mediakaltim.com (jaringan kaltimkece.id).
Gempa tersebut bukan yang pertama. Satu jam sebelumnya atau pukul 19.28 Wita, berdasarkan catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Batu Putih diguncang gempa magnitudo 4,1. Gempa ini menjalar hingga Tanjung Redeb, Sambaliung, Teluk Bayur, Tanjung Selor (kecamatan di Berau), serta Kota Tarakan dan Kabupaten Bulungan (Kalimantan Utara). Sebagian besar warga Kutai Timur dan Bontang turut merasakannya.
"Goyangannya kayak ayunan. Bikin pusing," cerita Mariam, warga Kelurahan Loktuan, Bontang.
Menurut laporan BMKG, episenter gempa di koordinat 1,33 derajat Lintang Utara dan 118,44 derajat Bujur Timur atau 143 kilometer tenggara Berau di kedalaman 11 kilometer. Kampung Batu Putih, Berau, diduga menjadi titik pusatnya. Bencana ini juga memiliki intensitas II-III modified mercalli intensity.
Kepada kaltimkece.id, Kepala Stasiun Geofisika, BMKG Balikpapan, Rasmid, menjelaskan bahwa gempa bumi tersebut berjenis gempa dangkal yang diduga disebabkan aktivitas sesar Mangkalihat. Sesar ini memiliki panjang sekitar 100 kilometer dan melewati Berau.
"Sesar Mangkalihat adalah salah satu sesar aktif di Kalimantan Timur," sebutnya.
Rasmid mengatakan bahwa gempa tersebut tak memakan korban dan tak berpotensi menimbulkan tsunami. Walau demikian, ia meminta penduduk Berau dan sekitarnya tetap bersiaga. Gempa susulan diperkirakan masih bisa terjadi. Hingga Senin pagi, 16 September 2024, BMKG mencatat, telah terjadi 18 kali gempa susulan di kabupaten tersebut.
Gempa tersebut mengingatkan Daryono, kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, tentang peristiwa 103 tahun silam. Pada 14 Mei 1921, di daratan yang sama, gempa berkekuatan magnitudo 6,9 mengguncang Kecamatan Sangkulirang, Kutai Timur. Getarannya mencapai skala maksimum yakni VII-VIII MMI atau kategorinya kerusakan berat.
"Gempa disusul terjangan tsunami," jelas Daryono melalui keterangan tertulis BMKG, Senin, 16 September 2024.
Sebagian besar wilayah Sangkulirang dilaporkan porak-poranda. Pulau Rending di Teluk Sangkulirang mengalami kerusakan paling parah. BMKG mencatat, setidaknya sepuluh kali gempa pada waktu itu. Aktivitas Sesar Sangkulirang ditengarai sebagai pemicunya.
Bencana tersebut menimbulkan lubang yang menyemburkan air. Ada pula rekahan-rekahan tanah sepanjang 10 meter dengan kedalaman 2 meter yang menyemburkan air, pasir, dan tanah liat. Gempa tersebut juga memicu likuefaksi. Sungai Sangkulirang disebut terbentuk dari bencana terbesar sepanjang sejarah Kaltim ini. Selain merusak bangunan, korban jiwa juga berjatuhan.
"Gempa besar pada 1921 itu mencapai radius 250 kilometer," tutup Daryono. (*)