kaltimkece.id Riyad Rizki adalah salah seorang yang terkena imbas dari kemunculan Covid-19. Pada Maret 2020, pria yang tinggal di Samarinda itu menutup kios cukur rambut yang menjadi tempatnya mencari nafkah. Langkah ini dilakukannya untuk mematuhi kebijakan pemerintah tentang pembatasan pergerakan orang. Kebijakan tersebut bertujuan menanggulangi pandemi.
Ditutupnya kios tersebut menyebabkan kehidupan Riyad menjadi kacau. Perutnya harus terus diisi namun tak ada pemasukan yang didapat. Di tengah situasi sulit ini, seorang kolega memberikan seperangkat alat cukur kepada Riyad. Bantuan tersebut segera memunculkan ide baru. Riyad memanfaatkan sebuah sepeda motor tua miliknya untuk melanjutkan usaha. Menggunakan kendaraan tersebut, ia keliling kota, keluar-masuk gang, dan mendatangi rumah-rumah. Tujuannya? Mencari siapa saja yang mau potong rambut.
“Saat pandemi, home service sangat menguntungkan karena orang-orang takut keluar rumah. Jadi, orang-orang manggil saya ke rumahnya,” cerita Riyad kepada kaltimkece.id, beberapa waktu lalu.
Keriangan Riyad mencari cuan di rumah-rumah hanya bertahan beberapa bulan. Pada akhir 2020, ia mulai jarang menerima panggilan. Kondisi ini terjadi setelah pemerintah melonggarkan sedikit kebijakan pembatasan pergerakan orang. Walau demikian, masalah tersebut tak terlampau besar. Riyad yang telah mengumpulkan uang dari usaha keliling rumah lantas membuka barbershop di indekosnya di Jalan M Yamin, Samarinda. Mulai beroperasi pada Desember 2020, usaha tersebut diberi nama Bohemian’s Barbershop.
Dalam menjalankan roda bisnis tersebut, Riyad membuat sejumlah strategi. Salah satunya membuat sistem booking. Maksudnya, orang yang hendak potong rambut di Bohemian’s Barbershop diharuskan melakukan pemesanan terlebih dahulu. Jika sudah memesan, maka pemesan tinggal datang pada waktu yang ditentukan dan langsung dilayani.
Riyad menjelaskan, ide sistem booking muncul dari pengalamannya. Ia pernah menunggu lama untuk dipotong rambut. Hal ini, menurutnya, sangat memuakan. Oleh sebab itu, ia tak ingin pelanggannya menunggu terlalu lama. “Orang-orang yang datang tanpa booking kadang ditolak karena full seat,” ucapnya.
Seiring berjalannya waktu, Bohemian’s Barbershop tumbuh pesat. Riyad pun memperkerjakan karyawan. Mengingat indekosnya terlalu sempit, usahanya pindah ke sebuah kios berukuran 4x2 meter di Jalan Hasan Basri, Samarinda, yang mampu menampung dua tukang cukur. Belum puas, ia pindah lagi ke kios yang lebih besar di Jalan Camar, Samarinda. Di kios yang ditempati sampai sekarang ini, ia mempekerjakan empat tukang cukur.
Suasana Bohemian’s Barbershop milik Riyad Rizki di Samarinda. FOTO: ANDIKA PRATAMA-KALTIMKECE.ID
Dalam sehari, sebut dia, pengunjung Bohemian’s Barbershop mencapai 25 orang. Biasanya, rata-rata karyawannya mampu mencukur rambut tujuh sampai delapan orang per hari. Bayarannya, Riyad membuat sistem bagi hasil. Setiap karyawan mendapatkan 30 persen dari pembayaran potong rambut per konsumen. Ongkos memotong rambut di Bohemian’s Barbershop adalah Rp 75 ribu hingga Rp 100 ribu. Itu artinya, jika tak ada libur, rerata pendapatan karyawannya per bulan paling sedikit Rp 4,7 juta.
Tak hanya itu, Riyad juga menyediakan bonus untuk karyawannya seperti uang kontrak dan insentif harian. Dari semua penghasilan ini, Riyad menyatakan bahwa bisnis cukur rambut juga menjanjikan. Dua karyawannya disebut berhenti bekerja dari perusahaan batu bara dan kepala toko demi menjadi tukang cukur rambut.
“Soalnya, pendapatan mereka di sini (Bohemian’s Barbershop) enggak kalah saing juga,” tutur Riyad. Selain menghadirkan jasa pangkas rambut, ia juga menyediakan produk perawatan rambut.
Lebarkan Sayap Usaha
Sebelumnya, Riyad mengaku, tak pernah mendapatkan pendidikan menata rambut. Ilmu mencukur rambut diperolehnya secara autodidak. Kondisinya mulai berubah setelah ia menempati kios di Jalan Camar. Dibantu sejumlah investor yang menanamkan modal di Bohemian’s Barbershop, Riyad mengikuti sertifikasi dan kursus cukur rambut di dua daerah.
Tempat pertama Riyad menuntut ilmu menata rambut adalah Hairnerds di Jakarta. Tempat berikutnya yakni Thanks for Solution di Yogyakarta. Semua kegiatan ini ia lakukan selama dua pekan pada Januari 2023. Riyad mengaku, mendapatkan banyak ilmu baru dari mengikuti semua kursus tersebut. Salah satunya mengenai gaya rambut yang disesuaikan dengan bentuk kepala seseorang.
“Ternyata, kepala orang juga bisa ngasih efek berbeda ke gaya rambut yang diinginkan si pelanggan,” bebernya.
Riyad Rizki, pemilik Bohemian’s Barbershop di Samarinda. FOTO: ANDIKA PRATAMA-KALTIMKECE.ID
Selain untuk menambah jam terbang, sambung dia, menutut ilmu di kota orang juga sebagai langkah awalnya melebarkan sayap usahanya. Sepulang dari kursus, ia membuka sekolah cukur rambut. Salah satu tujuan sekolah ini adalah memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) lokal. Ketimbang mahal-mahal mendatangkan tukang cukur dari luar daerah, kata Riyad, lebih baik mengandalkan lulusan sekolah yang dibuatnya untuk diperkerjakan di Bohemian’s Barbershop.
Sekolah cukur rambut yang digagas Riyad terbagi menjadi dua kelas yakni beginner dan advance. Riyad menjelaskan, perbedaan kelas tersebut terletak di materi-materi pelajarannya sehingga biayanya juga berbeda. Biaya mengikuti kelas beginner, yang dilengkapi dengan seperangkat alat cukur, adalah Rp 5 juta. Sedangkan kelas advance, biayanya Rp 1,5 hingga 2 juta.
Kuota tiap kelas tersebut adalah sepuluh orang. Pembelajarannya dilakukan secara luring dan daring dengan ketentuan delapan kali pertemuan dan 22 kali pengamatan. Kelas pertama yang sudah terlaksana, kata Riyad, diikuti lima peserta. Mereka berasal dari beri berbagai daerah di Kaltim, paling jauh dari Penajam Paser Utara.
Setelah membuka barbershop, Riyad Rizki mantap membuka sekolah cukur rambut. FOTO: ANDIKA PRATAMA-KALTIMKECE.ID
Perbedaan Barbershop dan Pemangkas Rambut
Barbershop dan pemangkas rambut disebut memiliki sejumlah perbedaan. Riyad menjelaskan, salah satu perbedaannya terletak di pelayanan. Berdasarkan pengamatannya, pemangkas rambut hanya menawarkan jasa cukur rambut saja. Sementara barbershop kerap mengajak pelanggannya berkomunikasi tentang karakter rambut, bentuk kepala, dan cara-cara merawat rambut yang baik dan benar.
“Pelanggan juga punya kemauan untuk menentukan karakter rambutnya. Tugas barber adalah menemukan jalan tengah itu,” ujarnya.
Memberikan pelayanan terbaik adalah hal utama yang diterapkan Riyad di Bohemian’s Barberschool. Hal ini agar orang-orang bisa terus kembali ke kios cukur rambutnya. Ia mengaku, tak jarang muncul kedekatan-kedekatan personal antara dirinya dan pelanggan. Dari perbedaan pelayanan itu, harga ongkos potong rambut jadi ikut berbeda. Harga di barbershop disebut lebih mahal.
“Selisih harganya jauh, dari 25 ribu sampai 100 ribu,” bebernya.
Riyad mengibaratkan barber seperti salon pria. Dari tempat tersebut, lelaki bisa mendapatkan perawatan yang mumpuni sebagaimana perempuan ketika bertandang ke salon kecantikan. “Sekarang, kita (lelaki) enggak bisa lagi tampil urak-urakan. Kita juga bisa merawat diri, ya, lewat barber,” tutupnya. (*)