kaltimkece.id Sejuknya pendingin ruangan ballroom Hotel Bumi Senyiur di Samarinda baru berkurang pada sesi terakhir. Presenter jelita Meutia Hafid, pemandu debat kandidat, mempersilakan setiap pasangan calon bertanya kepada pasangan yang lain. Hawa segera memanas begitu sesi dibuka. Serangan balas serangan pun mengemuka.
Kamis selepas azan isya pada 22 Mei 2008, empat pasangan calon kepala daerah Kaltim bertarung merebut suara publik. Mereka hadir dalam debat yang disiarkan langsung oleh Metro TV.
Tiga kandidat kompak mengenakan setelan jas. Mereka adalah Awang Faroek Ishak-Farid Wadjdy, (mendiang) Achmad Amins-Hadi Mulyadi, dan Jusuf Serang Kasim-(mendiang) Luther Kombong. Hanya almarhum Nusyirwan Ismail yang berpasangan dengan Heru Bambang yang mengenakan batik cokelat malam itu.
Begitu sesi tanya jawab dibuka, pasangan Awang Faroek-Farid dan Amins-Hadi saling lempar kata. Awang Faroek mendapat kesempatan duluan. Kepada Amins-Hadi, Faroek menyinggung perizinan tambang di Samarinda. Waktu itu, Amins masih menjabat sebagai wali kota dan Samarinda sudah dikepung tambang batu bara. Amins menjawab bahwa pembukaan tambang di Samarinda tidak bermasalah.
"Jika tahap eksploitasi selesai, lokasi tambang segera direklamasi dan bisa dimanfaatkan sebagai lahan pertanian," jelas Amins seperti ditulis Kompas dalam artikel berjudul Kandidat Cagub Kaltim Saling Serang (2008).
Terjangan balik yang lebih dahsyat disiapkan Amins-Hadi begitu giliran bertanya tiba. Hadi menyoal kapasitas Awang Faroek sebagai bupati Kutai Timur sekaligus ketua Dewan Pendidikan Kaltim. Di tangan Hadi, sebuah foto berukuran folio telah disiapkan.
"Pak Awang, ini potret SD 005 Singa Gembara Kutim. Atapnya masih rumbia. Sebagai bupati dan ketua Dewan Pendidikan, tolong dijelaskan," tanya politikus Partai Keadilan Sejahtera itu dengan tajam. Foto di tangannya diangkat tinggi-tinggi. Para pendukung di lantai ballroom pun riuh. Faroek segera menjawab bahwa pembangunan sekolah masih dalam proses dan segera dibongkar. Menurutnya, Kutim dulu hanya kecamatan hasil pemekaran Kutai.
"Saya tidak bisa simsalabim. Besok, saya cek di lapangan," katanya seperti ditulis Tribun Kaltim dalam artikel bertajuk Saatnya Warga Memilih (2008).
Sepuluh tahun setelah peristiwa itu, Hadi Mulyadi kembali tampil dalam debat Pilgub Kaltim 2018, Rabu nanti. Jika dahulu mendampingi Amins, Hadi kini berpasangan dengan Isran Noor. Isran adalah penerus Awang Faroek, sosok yang dahulu diserang Hadi, sebagai bupati di Kutai Timur.
Calon wakil gubernur Kaltim 2018 yang lain, Awang Ferdian Hidayat, juga menyimpan rekam jejak dalam debat. Putra Gubernur Kaltim Awang Faroek itu memakai jurus diam dalam debat kandidat Pemilihan Bupati Kutai Kartanegara.
Selasa pada 27 April 2010 di Gedung Putri Karang Meleneu, Tenggarong Seberang, Ferdian maju sebagai calon bupati Kukar didampingi Suko Buono. Pada saat sesi tanggapan atas janji politik pasangan calon yang lain, Ferdian hanya berkata, "No comment."
Langkah yang tak biasa itu sempat menimbulkan kebingungan penonton. Namun, Ferdian konsisten diam ketika berkali-kali diberi kesempatan berbicara (Tribun Kaltim: Awang Ferdian Tolak Hak Komentar, 2010). Kepada media selepas debat publik, Ferdian menyatakan, tidak ingin mengungkit kekurangan pasangan yang lain.
"Kami fokus program sendiri. Kami kira, masyarakat bisa menilai pemimpin masa depan Kukar," jelasnya.
Tak Menang
Beragam jurus bisa dipilih dalam debat publik. Menyerang frontal ala Hadi Mulyadi ataupun diam seribu bahasa seperti Ferdian, tidak dilarang. Yang jelas, meskipun berhasil menarik perhatian publik lewat gaya demikian, kedua calon tadi tidak menang di pilkada masing-masing.
Dalam Pilgub Kaltim 2008, Hadi Mulyadi tersungkur di putaran kedua dalam pemilihan gubernur langsung pertama di Bumi Etam. Awang Faroek-Farid kelewat perkasa dengan raihan 57,94 persen suara (Awang Faroek Ishak di Mata Para Sahabat, 2016).
Nasib berbeda diperoleh putra Awang Faroek di Kukar, dua tahun kemudian. Awang Ferdian Hidayat tak berdaya di tangan pasangan Rita Widyasari-Gufron Yusuf. Pasangan Ferdian-Suko Buono hanya meraup 18,21 persen suara, jauh tertingal dari Rita-Gufron yang memperoleh 55,04 persen suara.
Sejarah Debat Kandidat
Debat publik dalam sistem demokrasi, atau sering dipanggil debat politik, bermula sejak zaman Yunani kuno. Di Kota Athena, asal mula demokrasi, majelis rakyat memulai kebiasaan debat untuk mengambil keputusan kira-kira enam abad sebelum Masehi. Anggota majelis harus menyimak seluruh debat tatap muka sebelum memberikan suara dengan mengangkat tangan (The Tradition of Ancient Greek Democracy and Its Importance for Modern Democracy, 2005).
Pada masa modern, debat politik mulai populer pada 1858 di Amerika Serikat. Dua calon senator dari Partai Demokrat, Abraham Lincoln dan Stephen A Douglas, begitu terkenal karena terlibat tujuh kali debat. Mereka beradu argumen dalam tema perbudakan dan warna kulit.
Konsep itu kemudian melahirkan debat presidensial formal di Amerika Serikat. Dialog keduanya diabadikan sebagai Debat Lincoln-Douglas. Jenis adu debat ini berpusat kepada argumentasi nilai, logika, dan penjelasan, ketimbang mengajukan fakta pendukung.
Revolusi dalam debat presiden Amerika Serikat tiba pada 1960. Perangkat televisi yang sudah menyebar luas membuat debat disiarkan langsung dan disaksikan jutaan mata. Calon presiden dari Partai Demokrat, John F Kennedy, melawan Richard Nixon dari Partai Republik, menjadi debat pertama yang disiarkan secara nasional di televisi. Sampai hari ini, 58 tahun kemudian, debat politik masih disiarkan langsung di Amerika Serikat dan disebut sangat memengaruhi pilihan masyarakat.
Di Indonesia, hari bersejarah itu dimulai pada 30 Juni 2004. Lima pasangan calon presiden-wakil presiden mengikuti debat publik selama dua hari. Debat pada hari pertama diikuti Megawati-Hasyim Muzadi dan Amien Rais-Siswono Yudo Husodo. Hari berikutnya adalah Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla, Wiranto-Salahuddin Wahid, dan Hamzah Haz-Agum Gumelar.
Debat calon presiden diadopsi ke seluruh daerah saat pilkada termasuk di Kaltim. Rabu, 25 April nanti, debat Pilgub Kaltim 2018 (seharusnya) akan menentukan pemimpin terbaik Kaltim lima tahun mendatang. (*)