kaltimkece.id Semerbak aroma daging berpadu wangi kecap dan minyak sayur yang dipanggang menyeruak ketika Suryadi, 64 tahun, membalik potongan ayam di atas tungku. Lelaki paruh baya itu sesekali mencelupkan daging yang masih setengah masak ke wadah berisi bumbu cair. Setelah matang sempurna, potongan ayam tersebut ditata di atas nampan enamel di etalase kaca. Itu berarti, ayam panggang itu sudah siap dijual.
Kamis, 7 April 2022, Suryadi sibuk melayani pembeli yang mencari makanan berbuka puasa. Ia sudah lima hari berjualan di Samarinda Wisata Ramadan, halaman parkir GOR Segiri, Kelurahan Bugis, Samarinda Kota. Hanya mereka yang telah divaksin yang boleh berjualan di situ. Stan Suryadi bernama Ayam Panggang Kai. Posisinya di sebelah kanan panggung. Jika dari pintu masuk, kedai ini paling ujung kanan.
“Sepanjang Ramadan, setiap hari saya memesan 100 ekor ayam,” jelasnya kepada kaltimkece.id. Pemasok langganannya sudah menyiapkan ayam yang telah disembelih dan dibersihkan. Setiap ekor ayam potong beratnya kira-kira 2 kilogram. Satu ayam kemudian Suryadi belah menjadi empat potong. Ia dibantu dua anak dan empat cucu untuk memotong ayam dan meracik bumbu.
_____________________________________________________PARIWARA
Setiap potong ayam yang sudah dipanggang dijual Rp 30 ribu. Suryadi mengaku, hampir setiap hari dagangannya ludes. Saking larisnya, ayam panggang biasanya sudah habis terjual sebelum pukul 17.00 Wita. "Saya memang tidak pakai daging ayam yang dibekukan. Saya jual (daging) yang masih segar," terangnya membongkar sedikit rahasia dapur.
Omzet Suryadi pun mencapai Rp 12 juta sehari. Jika ia berjualan 28 hari penuh selama Ramadan, omzet maksimalnya bisa menembus Rp 336 juta. Adapun modal di luar membeli ayam dan bumbu, Suryadi harus menyewa stan Rp 1,3 juta untuk 28 hari. Sewa itu sudah termasuk aliran listrik.
Berjualan di pasar Ramadan bukan pertama kali bagi Suryadi. Sebelum pasar Ramadan wajib di halaman parkir GOR Segiri, dia menjual ayam panggang di atas trotoar GOR Segiri selama delapan tahun. Setelah ada penataan, ia pun ikut menyewa stan.
Ada 120 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang turut serta di Samarinda Wisata Ramadan. Pasar ini buka mulai pukul 14.00 Wita. Sekitar 90 persen UMKM bergerak di sektor kuliner yang kebanyakan menjual takjil. Sisanya menjual pakaian, kosmetik, keperluan rumah tangga, dan aneka kue kering untuk Idulfitri.
Setelah bulan puasa usai, Suryadi akan kembali berjualan di depan Masjid An-Nuur, Jalan AM Sangaji, Kelurahan Bandara, Sungai Pinang. Menu di sana lebih lengkap. Selama Ramadan, Suryadi hanya berjualan ayam panggang. Sementara pada hari biasa, tersedia nasi dan minuman sehingga bisa makan di tempat.
_____________________________________________________INFOGRAFIK
Kembali ke Suryadi, ayah empat anak dan lima cucu ini mengaku, resep masakannya diperoleh turun-temurun dari keluarga di Kalimantan Selatan. Ia memang berasal dari Kecamatan Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalsel.
"Kalau di Banjar (Kalimantan Selatan), warung keluarga saya bernama Warung Desa. Kami menjual itik dan ayam panggang," jelasnya.
Suryadi merantau ke Samarinda pada 1972 tak lama setelah menikah. Di Kota Tepian, Suryadi menyewa lapak kecil di Pasar Pagi untuk berjualan ayam panggang. Suryadi pindah ke Jalan KH Agus Salim, Sungai Pinang Luar, Samarinda Kota, setelah usahanya makin berkembang. Ia menyewa sebuah bangunan tua untuk berjualan. Ia pindah beberapa kali sampai kini menetap di Jalan AM Sangaji. (*)
Editor: Fel GM