kaltimkece.id Langit Balikpapan sudah gelap ketika ponsel milik Rina Simanjuntak, 32 tahun, berdering pada Maret 2022. Perempuan yang bekerja sebagai penyelenggara acara (EO) itu bergegas menjawab panggilan masuk. Di ujung sambungan, seseorang meminta Rina segera ke Berau. Ia dan timnya dituntut mengurusi acara kunjungan pariwisata dari kementerian. Rina mengiyakannya.
Begitu panggilan tersebut ditutup, Rina, yang baru kelar mengurusi acara di Kota Minyak, lekas mencari tiket penerbangan ke Bumi Batiwakkal secara daring melalui ponselnya. Akan tetapi, ia tak mendapatkan tiket. Seluruh kursi pesawat tujuan Berau pada malam itu disebut telah penuh.
Rina pantang menyerah. Keesokan paginya, ia dan seorang koleganya mencari tiket dengan rute yang sama di Bandara SAMS Sepinggan. “Mana tahu, ada penumpang yang melakukan cancel sehingga tiketnya bisa dialihkan ke kami,” kenang Rina kepada kaltimkece.id, Kamis, 26 Mei 2022.
Namun, harapannya itu tak pernah terwujud. Menunggu sampai pukul 16.00 Wita, setelah berulang kali mengecek penyedia tiket pesawat di bandara dan online, ia tetap tak mendapatkan tiket ke Berau. “Pada akhirnya, saya dan teman saya batal ke Berau,” beber warga Balikpapan itu.
Tanpa kehadiran Rina tentu membuat pekerjaan tim EO-nya semakin berat. Ia mengatakan, tak bisa membeli tiket sejak jauh hari karena pekerjaannya padat. “Mau enggak mau, kerjaanku di-backup sama anggota yang lain,” imbuhnya.
Rina mengaku, sering ke Berau, baik dari Samarinda maupun Balikpapan. Paling tidak, tiga bulan sekali ia ke sana. Kendalanya hampir selalu sama, susah mencari tiket ke kabupaten tersebut. Selain itu, ia juga mengeluhkan harga tiketnya. Rina menyebut, semenjak pandemi Covid-19 melanda Kaltim, harga tiket pesawat ke Berau meroket, dari Rp 600 ribuan kini di atas Rp 1 juta. Baginya, harga tersebut sangat mahal.
“Harganya sudah sama kayak ke Medan atau ke Silangit (daerah di Sumatra Utara),” kritiknya. Walau begitu, ia tetap membeli tiket pesawat karena tujuannya ke Berau untuk pekerjaan. “Kalau lewat darat, lama. Jalannya rusak,” keluhnya.
Jurnalis kaltimkece.id, Robithoh Johan Palupi, terbang ke Berau dari Balikpapan pada Kamis, 26 Mei 2022, tanpa transit. “Harga tiket pesawat saya Rp 1,6 juta,” sebutnya.
_____________________________________________________PARIWARA
Di lokasi berbeda, Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Kelas I Kalimarau, Berau, Bambang Hartanto, memberikan penjelasan soal harga tiket pesawat. Ada dua faktor yang mempengaruhi harga tiket pesawat yaitu tipe pesawat dan naik-turunnya harga avtur. Mengenai harga tiket pesawat ke Berau di atas Rp 1 juta, Bambang memastikan, harga tersebut masih sesuai regulasi tentang angkutan udara.
Saat ini, lanjut dia, hanya Wings Air dari Lion Group yang beroperasi di Bandara Kalimarau. Jenis pesawatnya ATR 72-500. Dalam sehari, pesawat tersebut melayani rute Balikpapan-Berau dan Samarinda-Berau sebanyak lima sampai enam kali. Tingkat keterisian penumpangnya disebut selalu 100 persen.
Bambang mengabarkan, Citilink Indonesia berencana melayani rute Balikpapan-Berau pada 1 Juni 2022. Dengan adanya tambahan maskapai ini diharapkan dapat mengatasi masalah ketersediaan tiket pesawat.
“Dengan kondisi pandemi yang semakin membaik, semoga, gairah perjalanan melalui penerbangan akan lebih berkembang,” ujar Bambang.
Ditemui kaltimkece.id di Samarinda, Selasa, 24 Mei 2022, Wakil Bupati Berau, Gamalis, membenarkan, mulai awal bulan depan, Citilink akan mengudara di langit Berau. Jenis pesawatnya ATR 72-600. Pesawat berkelir hijau-putih itu dijadwalkan melayani penerbangan Balikpapan-Berau dua kali dalam sehari pada Selasa, Kamis, dan Sabtu. Selebihnya, hanya sekali per hari. Untuk harga tiketnya belum diketahui.
“Kami berharap, harga tiketnya bisa jauh di bawah dari yang ada supaya dapat menjadi alternatif atau pilihan untuk masyarakat,” ujarnya.
Kehadiran Citilink di Bumi Batiwakkal tidak terlepas dari usaha pemerintah kabupaten mencari tambahan pesawat. Pemkab Berau disebut mengetahui, tiket pesawat pulang pergi Balikpapan-Berau dan Samarinda-Berau memang mahal dan langka. Oleh sebab itu, Pemkab tiada henti melobi sejumlah maskapi yang lain untuk mau mendarat di Berau. Hingga akhirnya Citilink menyatakan kesediaannya masuk Berau.
“Kami tidak berpuas diri atas masuknya Citilink. Mudah-mudahan, kedepan, pesawat berbadan besar juga bisa masuk agar harga tiketnya bisa lebih murah dan daya angkutnya lebih banyak,” tutur Wabup Gamalis.
Kondisi Jalur Darat
Jalan darat ke Berau dari Balikpapan memang ada. Ada dua jalur yang bisa digunakan. Jalur pertama, Balikpapan-Samarinda-simpang Muara Wahau (Kutai Timur)-Tanjung Redep (kecamatan di Berau). Dari kantor Gubernur Kaltim, Samarinda, jarak tempuhnya lebih kurang 613 kilometer. Jika menggunakan mobil, waktu tempuh normalnya dari Samarinda sekitar 15 jam 30 menit.
Jalur keduanya dari Samarinda ke Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara. Dari kecamatan tersebut, perjalanan dilanjutkan ke simpang Muara Wahau lalu Tanjung Redep. Jarak tempuhnya sekitar 546 km dari kantor Gubernur Kaltim. Sedangkan durasi perjalanannya sekitar 14 jam.
Akan tetapi, tidak semua jalannya mulus. Beberapa pekan lalu, sebuah media televisi nasional mengabarkan, pengemudi truk terjebak selama seminggu di Jalan Poros Km 35 Berau-Kutai Timur akibat jalannya rusak parah. Sejumlah pengendara harus bahu-membahu untuk mengeluarkan kendaraan dari kubangan lumpur di jalan tersebut.
Dikonfirmasi pada kesempatan yang berbeda, Kepala Satuan Kerja 2 Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Kaltim, Andre Sahat Tua Sirait, tak menampik adanya kerusakan jalan tersebut. Kerusakan disebut karena curahan hujan tinggi disertai longsor selama tiga hari berturut-turut. Andre mengatakan, longsor terjadi karena adanya kerusakan lingkungan. Biasanya, tebing dan lereng yang mengalami kelongsoran di sana.
“Bisa lihat sendiri, kiri kanan Sangatta-Perdau itu dulunya hutan sekarang jadi tambang. Berarti, ada alih fungsi lahan,” ungkapnya kepada kaltimkece.id pada Selasa, 24 Mei 2022. Ia pun memastikan, kerusakan jalan tersebut telah diperbaiki. Biaya perbaikannya disebut cukup besar.
“Alhamdulillah, satu hari kami selesaikan dan sudah bisa dilintasi kembali,” katanya.
Meski demikian, Andre menyadari, perbaikan jalan tersebut belum permanen sehingga longsor masih bisa terjadi. Maka dari itu, Balai Pelaksana Jalan Nasional masih memperbaiki dan membangun jalan dari Samarinda sampai perbatasan Kaltim-Kaltara, termasuk Berau, secara bertahap. Pengerjaannya menggunakan sistem multi year contract. Total panjang jalan yang diperbaiki mencapai 801 km. Pengerjaannya terbagi dalam 12 kontrak kerja dengan nilai pagu keseluruhan sekitar Rp 591 miliar. Berikut perinciannya:
_____________________________________________________INFOGRAFIK
Secara umum, sebut Andre, persentase kemantapan jalan Kaltim mencapai 81 persen. Dengan adanya perbaikan jalan, ditargetkan pada akhir 2024 persentasenya bisa bertambah menjadi hampir 90 persen. Andre optimistis target tersebut bisa tercapai lantaran Kaltim telah ditetapkan sebagai ibu kota negara.
“Dengan menjadi IKN, pelan-pelan jalan akan menjadi prioritas karena sebagai jalur logistik dan penujang IKN,” ucapnya. Ia menambahkan, kendala paling besar membangun jalan adalah hujan. Selain itu batu yang menjadi material bangunan. Batu di Kaltim disebut minim.
“Tapi, masalah ini bukan kendala besar karena kami masih bisa mengambil batu dari Sulawesi,” katanya seraya melanjutkan, “Mohon dukungannya saja.”
Kondisi jalan ini membuat Wakil Bupati Berau, Gamalis, merasa prihatin. Ia menyebutkan, dari Danau Lenggo di Berau menuju Kutai Timur, jalannya dipenuhi lumpur. Walau begitu, Pemkab Berau tidak bisa berbuat banyak karena sebagian besar jalan yang rusak disebut berstatus jalan nasional. Oleh karena itu, Wabup meminta, pemerintah pusat turun tangan mengatasi masalah ini.
Permintaan tersebut bukan tanpa dasar. Gamalis menyebut, Kaltim merupakan salah satu provinsi yang menyumbang pemasukan terbesar buat negara. Dengan begitu, Kaltim seharusnya pantas mendapat perhatian yang lebih.
“Kami tidak menuntut banyak. Cukup infrastruktur Kaltim terhubung dengan baik. Syukur-syukur kalau bisa diaspal,” pintanya.
Ia pun memberikan apresiasi kepada BBPJN yang tengah memperbaiki jalan Samarinda-Berau. Baginya, upaya tersebut sudah termasuk jawaban dari pusat untuk menangangi masalah infrastruktur di Bumi Etam. “Semoga, target 90 persen pada tahun 2024 dapat tercapai. Kalau ada yang membutuhkan kerja sama dengan daerah, kami, Insyaallah, siap bekerja sama,” kuncinya. (*)
Editor: Surya Aditya