kaltimkece.id Samarinda menjadi tuan rumah Dialog Serantau Borneo-Kalimantan XVI (DBSK XVI). Tahun 2025 adalah kali kedua Samarinda menjadi tuan rumah setelah 14 tahun berlalu pada 2011. DSBK ke-16 akan membahas perkembangan bahasa, sastra, dan budaya di Kalimantan.
Kegiatan bertema "Nusantara dan Penguatan Sastra Melayu: Merawat Estetika dan Didaktika" akan berlangsung pada 17-20 Juni 2025 di Harris Hotel, Samarinda. Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, direncanakan hadir membuka acara pada jamuan malam pembukaan, 17 Juni 2025. Jamuan malam juga mengundang Pemprov Kaltim, Pemkot Samarinda, beserta forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda).
DSBK merupakan forum pertemuan sastrawan negara-negara serumpun di Pulau Kalimantan atau Borneo, yakni Malaysia, Brunei Darussalam, dan Indonesia. Forum ini diharapkan menjadi tempat menelurkan ide-ide penguatan dan pemajuan bahasa, sastra, dan budaya. Lebih jauh, DSBK menjadi sarana mengukuhkan jalinan kerja sama bahasa, sastra, dan budaya antara tiga negara.
Forum pertemuan yang digagas Gabungan Persatuan Penulis Nasional (Gapena) Malaysia ini awalnya bernama Dialog Borneo pada 1987, kemudian bertransformasi menjadi Dialog Borneo-Kalimantan pada 1995, dan Dialog Serantau Borneo-Kalimantan pada 2023. Ketua Panitia DSBK XVI 2025, Syafril Teha Noer, mengatakan Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kaltim menjadi motor penggerak rencana kegiatan DSBK XVI 2025.
"Peserta yang mendaftar lebih dari 300 orang, tapi karena kuota terbatas kami melakukan kurasi dan akhirnya tersisa 200 orang. Peserta terdiri dari karyawan (sastrawan), akademisi/pengamat sastra, jurnalis, serta pegiat seni dan budaya. Kegiatan ini didukung Pemprov Kaltim, termasuk DPRD Kaltim," ucap Syafril dalam jumpa pers pada Senin, 9 Juni 2025, di Harris Hotel, Samarinda.
Syafril yang merupakan Ketua DKD Kaltim menjelaskan bahwa narasumber atau pembentang kertas kerja berasal dari Kuala Lumpur, Sarawak, Sabah, Brunei Darussalam, Jakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kaltim sebagai tuan rumah.
Peserta Negeri Jiran dan Brunai Darussalam berasal dari Kuala Lumpur, Selangor, Sarawak, Sabah, Wilayah Persekutuan Labuan, Brunei Darussalam. Mereka mewakili beberapa lembaga, yaitu Gapena Malaysia, Angkatan Sasterawan Sastrawani (Asterawani) Brunei Darussalam, Persatuan Penulis Utara Sarawak (Putera), Badan Bahasa dan Sastera Sabah (Bahasa), Persatuan Penulis Wilayah Persekutuan Labuan (Perwila), Ikatan Penulis Sabah (IPS), serta perseorangan.
Sementara itu, peserta Indonesia, selain Kaltim sebagai tuan rumah, adalah Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Lampung, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat, Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Utara. Beberapa peserta Indonesia yang berasal dari luar Kalimantan adalah peserta pengamat dari kalangan akademisi dan pengurus dewan kesenian.
Wakil Sekretaris Bidang Acara, DSBK XVI 2025, Aminudin Rifai, mengatakan dalam sesi dialog dari kegiatan pertemuan sastra internasional ini diharapkan terkuak jejak estetika dan didaktika dalam sastra yang ditulis di Borneo-Kalimantan dan peran kerajaan Nusantara dalam penguatan sastra, utamanya sastra Melayu.
"Selain itu, diharapkan akan terkukuhkan ulang komitmen para sastrawan Melayu untuk selalu memperkuat aspek estetika di dalam karya yang diciptakannya. Tentu dengan tidak meninggalkan aspek didaktika sebagai spirit yang tidak ditinggalkan oleh falsafah Melayu," ucap pria dengan nama pena Amien Wangsitalaja itu.
Selain dialog sebagai inti kegiatan pada 18 Juni 2025, agenda yang dirancang mewarnai DSBK tahun ini adalah muhibah budaya ke Tenggarong, wisata kapal, dan parade sastra pada 19 Juni 2025, serta pameran buku. (*)