kaltimkece.id Kerap melihat Masjid Jami’ Adji Amir Hasanoeddin disesaki jemaah pada 1980-an membuat Bupati Kutai Ahmad Maulana Sulaiman gundah. Kondisi ini terjadi karena masjid berusia satu abad itu menjadi satu-satunya rumah ibadah umat muslim di Tenggarong, Kutai Kartanegara. Menyikapi keadaan tersebut, Bupati Sulaiman mengusung rencana besar.
Suatu hari pada 1989, Bupati Sulaiman mengumpulkan para pengurus Masjid Jami’ Adji Amir Hasanoeddin. Bersama beberapa tokoh agama, Bupati memerintahkan untuk membangun masjid yang lebih besar sekitar 100 meter dari Masjid Jami’ Adji Amir Hasanoeddin. Perintah tersebut disambut antusias para pengurus dengan segera mendirikan masjid kedua di pusat Tenggarong. Empat tahun berselang pada 1993, masjid tersebut rampung dan diberi nama Masjid Agung Sultan Sulaiman. Masjid ini dipastikan yang terbesar di Kukar.
“Masjid agung ini dibangun dan dibiayai Pemerintah Kutai,” cerita ketua takmir Masjid Agung Sultan Sulaiman, Djuremi, kepada kaltimkece.id di sekretariat masjid, Jumat, 8 April 2022.
_____________________________________________________PARIWARA
Berdiri di antara Jalan Monumen Barat, Jalan Kihajar Dewantara, dan Jalan Mayjen Panjaitan, Masjid Agung Sultan Sulaiman tampak megah dengan warna utama hijau muda berpadu hijau tua. Luas bangunannya sekitar 3.500 meter persegi. Adapun luas lahannya mencapai 27.000 meter persegi. Dengan luasan tersebut, masjid ini memiliki halaman yang sangat luas.
Di sisi kanan dan kiri Masjid Agung Sultan Sulaiman, berdiri dua menara dengan ketinggian sekitar 50 meter. Ada 20 kubah di bagian atapnya. Tiga kubah di antaranya memiliki ukuran yang sangat besar yakni 500 meter persegi. Masjid ini juga punya 19 pintu geser berkelir cokelat khas. “Daya tampungnya sekitar 6.000 orang,” sebut Djuremi.
Masjid Agung Sultan Sulaiman punya budaya sendiri saat Ramadan tiba. Djuremi mengatakan, setiap malam, tarawih dilaksanakan sebanyak 23 tiga rakaat dan membaca satu juz ayat Alquran. Kegiatan ini berlangsung selama 30 hari masa puasa atau sampai khatam Alquran. “Ciri khas tersebut sudah ada semenjak masjid ini berdiri,” ungkap pria berusia 70 tahun itu.
_____________________________________________________INFOGRAFIK
Uniknya lagi, Masjid Agung Sultan Sulaiman memiliki sirene sebagai tanda berbuka puasa dan sahur. Alat penghasil bunyi yang merupakan hibah dari Pemadam Kebakaran Kukar ini diletakkan di menara masjid. Sriene dibunyikan pada masa imsak dan dua menit sebelum azan magrib berkumandang. “Suaranya terdengar hingga radius lima kilometer dari masjid,” tutup Djuremi. (*)
Editor: Surya Aditya