kaltimkece.id Ratusan orang memadati lapangan beralaskan aspal di depan GOR Segiri Samarinda. Mereka berpindah dari satu tenda ke tenda yang lain yang menjadi stan pedagang Pasar Ramadan. Ngabuburit pada sore yang terik itu, Sabtu, 16 Maret 2024, adalah pemandangan yang berulang setiap tahunnya di lokasi tersebut.
Satu dari antara ratusan pengunjung adalah Krisantus Lung, 25 tahun. Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda ini tinggal tak jauh dari GOR Segiri. Ia pemeluk Katolik yang datang ke Pasar Ramadan untuk membeli makanan ringan. Ia ingin menikmati kudapan-kudapan yang biasanya hanya dijual pada bulan puasa.
Lung membeli bingka dan amparan tatak pisang sore itu. Harga kedua makanan itu Rp 50.000 pas. Meskipun tidak berpuasa, Lung mengaku, hampir setiap tahun datang ke Pasar Ramadan. Selain momen berbuka bersama, jalan-jalan dan berbelanja di Pasar Ramadan adalah yang dinanti Lung setiap bulan puasa tiba.
"Memang tidak setiap hari. Seminggu sekali, lah. Saya suka kue-kuenya di sini," ucap alumnus SMA Katolik St Fransikus Asisi Samarinda itu kepada kaltimkece.id.
Dari pengalamannya berburu takjil di Pasar Ramadan, Lung punya tips. Bagi yang tidak berkantong tebal dan tidak sedang berpuasa, ada waktu yang bagus untuk berbelanja di Pasar Ramadan.
"Saya sering berbelanja dengan teman-teman tepat sesaat setelah azan magrib atau berbuka puasa. Biasanya, harga makanan dan minuman jadi lebih murah. Malah bisa dapat separuh harga," tuturnya lalu terkekeh.
Pendapatan Pedagang Meningkat
Sebelum meninggalkan Pasar Ramadan, Lung singgah sebentar di kios Kai Ayam Panggang. Penjualnya adalah seorang lelaki berusia 68 tahun. Ia meminta namanya dipanggil Kai saja. Kai menjual ayam panggang di Pasar Ramadan mulai pukul 10.00 Wita hingga pukul 16.00 Wita. Akan tetapi, kepada kaltimkece.id, ia mengaku dagangannya sudah habis sejak pukul 14.30 Wita.
Kai setiap hari menyediakan 400 porsi ayam panggang. Ia memasak ayam tersebut di dapur di dalam stan. Sebelum Ramadan, Kai berjualan di Jalan AM Sangaji di Kelurahan Bandara. Khusus bulan puasa, ia hanya menjual ayam panggang tanpa nasi. Seporsi ayam panggang dijual Rp 30 ribu. Ada empat potong ayam setiap porsinya. Jika 400 porsinya habis, omzet Kai mencapai Rp 12 juta hari itu.
"Hari ini, harga daging ayam Rp 55.000 per ekor. Jadi, untuk modal membeli ayam sudah Rp 5,5 juta. Modal tersebut belum termasuk bahan sambal seperti cabai, bawang merah, kacang tanah, dan lain-lain. Kalau omzet dan pendapatan, ya, masih menutupi," jelasnya.
Para pedagang di Pasar Ramadan ini harus membayar sewa. Besarannya antara Rp 1,7 juta sampai Rp 2 juta selama Ramadan. Makin besar tendanya, makin tinggi biaya sewanya. Demikian informasi yang kaltimkece.id peroleh dari sejumlah pedagang.
Linda, 45 tahun, adalah pedagang yang menjual bingka, pisang ijo, kue lapis, dadar gulung, dan aneka kue tradisional di situ. Kue-kuenya dijual mulai Rp 5.000 hingga Rp 25.000. Modalnya disebut jutaan rupiah sehari tetapi sesuai dengan pendapatan. Sebelum Ramadan, Linda mengaku berjualan di halaman Masjid Islamic Center dan di Taman Olah Bebaya.
Nurul Farida, 40 tahun, juga berjualan di halaman GOR Segiri. Ia sebelumnya berjualan kue keroncong di Jalan Siradj Salman, Samarinda. Sekarang, Farida berjualan minuman dingin dengan beragam rasa. Ada jus alpukat, mangga, jeruk, hingga es teler. Ia mengaku, pendapatannya di Pasar Ramadan sudah sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Modal per hari lebih dari Rp 1 juta. Kalau omzet, lebih besar dari itu," urainya. (*)
Dilengkapi oleh: La Hamsah