kaltimkece.id Sudah dini hari ketika Sarkowy V Zahry berjalan ke sebuah panggung di Gedung Bundar, Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman, Samarinda. Setiba di atas mimbar, calon ketua Ikatan Alumni Fahutan, Unmul, itu segera meraih mikrofon.
Ahad, 9 Januari 2021, sekira pukul 01.00 Wita, Sarkowy menyampaikan pengumuman penting kepada seluruh peserta Musyawarah Nasional VIII IKA Fahutan, Unmul. Pemilihan ketua Ikatan Alumni Fahutan disebut sudah selesai dilakukan melalui musyawarah. Hasilnya, ketiga calon ketuanya bersepakat untuk bagi-bagi jabatan. Langkah ini ditempuh untuk menjaga kerukunan Fahutan.
Calon pertama, Zainal, alumnus Fahutan angkatan 1995 sekaligus Kepala Seksi Perbenihan Tanaman Hutan dari Dinas Kehutanan Kaltim, menjadi ketua harian IKA Fahutan. Calon kedua, Hassanuddin Mas’ud, politikus Partai Golongan Karya, diangkat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan IKA Fahutan. Adapun Sarkowy, terpilih sebagai Ketua Umum IKA Fahutan periode 2022-2025.
“Semoga, keputusan ini menjadi yang terbaik bagi kita semua,” ucap Sarkowy yang juga seorang politikus Partai Golkar.
_____________________________________________________PARIWARA
Di Luar Dugaan
Sebelum bermusyawarah, proses pemilihan ketua harian IKA Fahutan disebut berlangsung panas. Robi Johan, alumni Fahutan 2002, yang mengetahui proses pemilihan, mengatakan, ketiga calon ketua saling mencari dukungan melalui pendekatan emosional di setiap angkatan. Ada yang bersosialisasi di grup aplikasi perpesanan, adapula yang langsung menghampiri rumah pemilik suara.
“Setiap calon, memiliki basis suara di beberapa angkatan,” ungkap Robi kepada kaltimkece.id. Berakhirnya pemilihan ketua melalui musyawarah disebut di luar dugaan sejumlah peserta Munas Fahutan.
Dikonfirmasi kaltimkece.id, juru bicara Hassanuddin Mas’ud, Saut Marisi Purba, membenarkan keterangan Robi. Ia menyebut, riuhnya pemilihan ketua IKA Fahutan sebagai dinamika para rimbawan. Semua calon ketua ingin menjadi pimpinan IKA Fahutan. Namun, melalui komunikasi yang baik, ketiga calon memilih bermusyawarah ketimbang pemungutan suara. Konsensus tercapai saat detik-detik akhir sidang pleno IV.
“Karena kalau voting, ditakutkan menciptakan friksi. Jadi, inilah mukjizat itu, tidak ada yang kalah, semua menang,” tutur Saut.
Dekan Fahutan, Unmul, Prof Rudianto Amirta, menyatakan bahwa kesepakatan yang dibuat para calon ketua adalah potret solidaritas para rimbawan. Kompetisi, kata Rudianto, tidak boleh menjadi alasan alumni melupakan rasa kekeluargaan terhadap almamater. Ia yakin, hal ini menjadi awal transformasi IKA menjadi organisasi kealumnian yang modern dan bermanfaat kepada Fahutan.
Ketua harian terpilih IKA Fahutan, Zainal, memastikan, hasil musyawarah adalah yang terbaik bagi IKA Fahutan. “Terlepas siapapun yang berkompetisi, yang menang adalah IKA Fahutan,” ucapnya sambil merangkul Sarkowy.
_____________________________________________________INFOGRAFIK
Kepentingan Politik
Perebutan jabatan ketua IKA Fahutan Unmul diyakini ada kepentingan politik menjelang pemilihan umum 2024. Hal ini disampaikan dua pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unmul, Sonny Sudiar dan Budiman.
Kepada kaltimkece.id, Sonny menyampaikan, terdapat dua unsur penting dalam setiap organisasi. Kedua unsur yakni massa dan jaringan. Hal ini membuat sejumlah figur politik terpacu menguasai jaringan organisasi. Suara-suara dari organisasi dinilai amat berharga di pemilu.
“Semakin banyak organisasi yang diikuti (figur politik), semakin banyak simpul jaringan mendulang suara potensial di pemilu 2024,” jelas Sonny.
Meski demikian, terang dia, menguasi organisasi belum memberikan jaminan kemenangan di pemilu. Setiap politisi juga harus memiliki kemampuan persuasi yang andal. Kemampuan ini terbagi enam hal yakni personal, modal finansial, sumber daya manusia, modal sosial, visi konkret, dan dukungan dari berbagai pihak.
Akademikus Budiman menjelaskan, organisasi kealumnian bukan organisasi membawa keuntungan finansial karena organisasi tersebut sesungguhnya bersifat non-profit. Walau demikian, dia membenarkan, IKA sering ditunggangi menjelang kontestasi demokrasi untuk meraup suara. Hal ini disebabkan kuatnya emosional lulusan almamater tertentu.
Organisasi kealumnian disebut cenderung mengedepankan konsep senioritas. Hal ini membuat keputusan yang dibuat senior akan diikuti junior. Apalagi, jika senior lulusan fakultas memiliki pengaruh secara politik dan finansial. Identitas kealumnian pun kerap dijadikan modal politik yang kuat bagi calon untuk memperkenalkan diri menjelang pemilu.
“Jadi, jangan heran, jika dalam waktu dekat, banyak alumni yang tiba-tiba mengajak reuni. Berbicara ‘2024’ sudah itu,” kata Budiman yang menjabat ketua Prodi S1 PIN, Unmul. (*)
Editor: Surya Aditya