kaltimkece.id Matahari mulai condong ke barat ketika Heri, 24 tahun, dikagetkan teriakan pria. Dari kamar kontrakannya di sebuah bangsalan di Jalan Adam Malik II, Kecamatan Sungai Kunjang, Samarinda, ia lekas mencari sumber suara. Betapa kagetnya pemuda tersebut saat tiba di depan kamar bernomor 59. Ia melihat dua pria dewasa sedang baku hantam di ruang dapur kamar itu. Salah seorang di antaranya memegang pisau. Melihat senjata tajam membuat nyali Heri ciut.
Jumat, 4 Maret 2022, pukul 15.00 Wita, Heri lari keluar bangsal sambil berteriak-teriak. Teriakan tersebut memicu puluhan warga berdatangan. Akan tetapi, warga juga tak bisa berbuat banyak. Mereka hanya mendengarkan jeritan seseorang mengerang kesakitan dan minta tolong dari kamar 59.
“Ada yang berteriak, ‘Allahuakbar, Allahuakbar’. Tapi tidak ada yang berani masuk. Warga takut karena ada sajam,” ungkap Heri kepada kaltimkece.id di kediamannya.
Tak lama kemudian, seorang pemuda datang menggunakan skutik. Pria bernama Ramadhan, 19 tahun, itu langsung masuk kamar 59. Ramadhan adalah adik ipar seorang pria berinisial MF, 31 tahun, yang berkelahi di kamar tersebut. Lawannya adalah sang kakak ipar, inisial Bm, 32 tahun. Sekitar 10 menit kemudian, Ramadhan keluar dari bangsalan. Luka sayatan tampak di telapak tangan kanannya.
“Dia mengaku, hendak mengambil pisau dari tangan Bm. Tapi gagal dan malah melukai tangannya,” urai Heri.
_____________________________________________________PARIWARA
Teriakan dari kamar 59 baru berhenti pada sekira pukul 15.20 Wita. Ketua RT setempat dan beberapa warga kemudian masuk kamar tersebut. Mereka melihat Bm terduduk lemas sambil bersandar ke dinding di ruangan tengah. Baju dan tangannya berlumuran darah. Sebatang rokok yang belum terbakar menempel di bibirnya.
“Ada korek, kah?” ketus Bm bertanya kepada warga seperti ditirukan Heri.
Setelah permintaan Bm dipenuhi, warga beranjak ke dapur. Di situ, mereka menemukan MF terbujur tak bernyawa. Darah segara memenuhui tubuhnya. Ketua RT 03, Didi Hariyanto, membenarkan seluruh keterangan Heri tersebut. “Setelah membunuh korban, Bm hanya merokok,” jelasnya.
Ditemukan 35 Luka
Sejumlah polisi tiba di kediaman Bm pada pukul 16.00 Wita. Mereka mengevakuasi jenazah MF ke RSUD Abdoel Wahab Sjahranie (AWS) untuk di-visum et repertum. Kepada kaltimkece.id, Kepala Sub Unit Inafis, Satuan Reserse dan Kriminal, Kepolisian Resor Kota Samarinda, Ajun Inspektur Polisi Satu Harry Cahyadi, membeberkan hasil visum.
Disebutkan ada 35 luka bekas tusukan di tubuh MF. Dua luka ditemukan di bagian kepala, 19 luka di tubuh depan, dan 14 luka di tubuh belakang. Luka-luka tersebut dipastikan yang membuat korban tewas di tempat.
Sementara itu, Kepala Satreksrim, Polresta Samarinda, Komisaris Polisi Andika Dharma Sena, mengatakan, Bm kini ditahan di Markas Polresta Samarinda. Dia dijerat pasal berlapis yakni pasal 338 KUHPidana tentang Penghilangan Nyawa dan pasal 340 KUHPidanan tentang Pembunuhan Berencana. Dalam peraturan tersebut, ancaman hukuman paling berat bagi pelaku pembunuhan adalah penjara seumur hidup atau mati.
Kompol Andika Dharma Sena menduga, motif kasus ini dilatarbelkangi permasalahan pribadi. Namun ia belum membeberkannya secara rinci. “Sepertinya ada faktor ketersinggungan. Dalam waktu dekat, akan kami kabari (detailnya),” katanya.
_____________________________________________________INFOGRAFIK
Dugaan Motif Pertengkaran
Bm adalah adik kandung Eka Mayasari, 33 Tahun. Sedangkan MF suaminya Eka. Kepada kaltimkece.id, Eka mengaku, sewaktu kejadian dirinya sedang bekerja di sebuah pabrik roti, sekitar lima menit dari kontrakannya. Ia mengetahui suaminya dianiaya saat anak perempuannya datang ke kantor dengan baju berlumuran darah. Sang anak memberikan laporan setelah menyaksikan ayahnya dibunuh secara sadis.
“Anak saya bilang, ‘Ayah ditusuk, Mah, tapi nyawanya masih ada’,” ucap Eka ditemui di RSUD AWS.
Dia menjelaskan, MF bekerja sebagai buruh bangunan yang diupah harian. Pekerjaan MF yang tak tentu membuat Eka menjadi tulang punggung keluarga. Sedangkan Bm berasal dari Banjarmasin dan tiba di Samarinda pada 27 Februari 2022. Kepada keluarga, Bm mengaku kabur dari rumah. Di Kota Tepian, Bm hidup lontang-lantung. Sesekali ia berkunjung ke kontrakan Eka.
Saat ke kekontrakan, Bm sering mendapat nasihat dari MF. Nasihat inilah yang diduga memicu konflik. Namun Eka tak menyebutkan secara rinci nasihat apa yang disampaikan suaminya. “Saya menduga sepertinya dia tidak terima dinasihati. Jadinya dendam,” katanya.
Eka mengaku, sudah mengomunikasikan kasus ini kepada keluarganya dan keluarga MF. Keluarga MF dipastikan sudah mengikhlaskan kematian MF. Meski demikian, peristiwa ini masih menyisakan pilu bagi Eka. Ia mengaku masih syok dan tertekan setelah kepergian suaminya. “Apalagi, saat ini saya sedang berbadan dua,” ucapnya.
Ia lantas menceritakan momen mengharukan ketika putri semata wayangnya tiba di depan ruang autopsi RSUD AWS pada Sabtu siang, 5 Maret 2022. Waktu itu, ia bertanya kepada anaknya, apakah mau menengok jenazah ayahnya. Si kecil menjawab, “Enggak, aku mau bertemu Ayah kalau luka Ayah sudah sembuh, Mah.” (*)
Editor: Surya Aditya