kaltimkece.id Kolam dengan air yang kuning kecokelatan itu terbentuk dari cekungan alami di atas tanah milik keluarga Muhammad Kursani Jawawi, ketua RT 34, Kelurahan Air Hitam, Samarinda Ulu. Airnya berasal dari curahan hujan. Sebagian permukaan kolam itu ditumbuhi eceng gondok. Oleh warga setempat, genangan itu dimanfaatkan untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus (MCK).
Sebanyak 20 pipa berjejer dari kolam menuju rumah-rumah warga. Saluran air ini rupanya sering tersumbat karena kemasukan eceng gondok. Warga pun tak jarang harus membersihkan kolam agar air bisa mengalir dengan lancar. Apabila air sudah mengalir, warga tidak langsung menggunakannya. Air tersebut masih keruh sehingga penduduk harus menambahkan bahan kimia untuk menjernihkannya.
"Air dari kolam ini juga hanya bisa dimanfaatkan untuk MCK," jelas Kursani kepada kaltimkece.id ketika ditemui di kediamannya di Jalan AW Sjahranie, Gang Pandan Mekar, Selasa, 24 September 2024.
Menurut Kursani, air dari kolam tersebut selama sepuluh tahun ini sudah dimanfaatkan 40-an rumah di RT tersebut. Kursani yang sempat berencana menjual lahan itu tidak tega karena warga kerap memanfaatkan kolam tadi. Meskipun tidak layak, kata dia, warga tidak punya pilihan lain. Kolam itu merupakan satu-satunya sumber air karena belum ada sambungan air bersih di wilayah itu.
Sementara itu, untuk air minum, warga disebut membeli air isi ulang seharga Rp5.000 hingga Rp7.000 per kemasan galon. Warga akan membeli air Rp100 ribu hingga Rp120 ribu dengan kapasitas 1.200 liter ketika musim kemarau. Biasanya, air sejumlah itu hanya cukup untuk lima hari.
Kursani mengaku sudah beberapa kali meminta bantuan kepada Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) Tirta Kencana. Namun demikian, ia mengaku tidak mengerti mekanisme pengajuan sambungan pipa air. Permintaannya hanya lisan selama ini.
Sampai akhirnya, Senin, 23 September 2024, Direktur Utama Perumdam Tirta Kencana, Nor Wahid Hasyim, meninjau rukun tetangga yang ia ketuai. Kursani pun diminta membuat laporan resmi. Ia perlu mengumpulkan data warga yang ingin memasang meteran air.
Sampai hari ini, jelasnya, sudah 40 rumah yang menandatangani permohonan pemasangan meteran. Kursani mengatakan, laporan itu segera dikirimkan kepada Perumdam Tirta Kencana. Ia berharap, laporannya segera diproses.
Ditemui di tempat terpisah, staf humas Perumdam Tirta Kencana Samarinda, Taufik, menyambut baik laporan ketua RT. Menurutnya, lebih cepat laporan dimasukkan, lebih cepat juga diproses. Selama ini, kata Taufik, Perumdam tidak pernah menerima surat resmi dari ketua RT tersebut. Setelah laporan diterima, Perumdam dipastikan segera memprosesnya.
"Jika sudah bersurat tapi perumdam tidak menindaklanjuti, itu baru salah," ucapnya.
Taufik menjelaskan bahwa perumdam melalui bidang perencanaan segera memeriksa lokasi yang dimaksud. Bidang ini, kata Taufik, akan menghitung biaya pemasangan untuk pipa sekunder. Dengan demikian, harapan warga setempat untuk mendapatkan layanan air bersih pun bisa menjadi kenyataan. (*)