kaltimkece.id Langkanya air bersih menjadi keluhan sebagian warga di Kota Tepian. Di Samarinda Utara misalnya, untuk aktivitas mandi, cuci, dan kakus (MCK), warga menggunakan air hujan dan air dari sumur bor. Sementara untuk minum dan memasak, mereka harus membeli dari tukang air keliling. Masalah serupa juga dirasakan sebagian warga di Sungai Pinang.
Ketua RT 37 Sempaja Utara, Samarinda Utara, Sutrisno, mengatakan, meski telah terpasang pipa sekitar lima tahun lalu, fasilitas air bersih belum sepenuhnya dirasakan oleh warganya. Ia menyebut, setelah pemasangan pipa, warganya saat itu beramai-rama memasang meteran air. Namun demikian, karena air bersih tak kunjung mengalir, sebagian meteran tersebut dibongkar secara mandiri oleh warga.
"Bahkan ada satu orang menghibahkannya untuk Langgar Araudhoh," ucapnya saat ditemui di kediamannya, Jalan Batu Besaung, Gang Sabar, pada Rabu, 6 November 2024.
Sutrisno menuturkan, untuk aktivitas sehari-hari seperti MCK, ia dan sebagian warga lainnya hanya mengandalkan air hujan atau air dari sumur bor. Air sumur ini harus disedot menggunakan mesin khusus agar bisa mengalir ke penampungan. Agar bisa dimanfaatkan, air tersebut harus diberikan bahan kimia untuk menjernihkannya.
Sementara itu, untuk kebutuhan minum dan aktivitas memasak, ia harus membeli air hingga Rp120 ribu dengan kapasitas 1.200 liter. Air ini kata Sutrisno, bertahan hingga tiga hari dengan dimanfaatkan empat anggota keluarga.
Kurangnya layanan air bersih ini turut dirasakan oleh Suryani, 69 tahun. Warga Gang Haji Mar'i, Jalan D.I Panjaitan, Sungai Pinang ini hanya menikmati air bersih setiap dua hari sekali. Sebetulnya, layanan dari Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) Tirta Kencana telah masuk di wilayahnya. Namun demikian, air tersebut, kata Suryani, masih mengalir secara bergantian dengan wilayah lain.
Suryani mengungkapkan, air dari Perumdam hanya dimanfaatkan oleh Suryani dan anggota keluarganya untuk MCK. Sedangkan untuk kebutuhan minum dan memasak, Suryani harus membeli dari air isi ulang seharga Rp5 ribu hingga Rp7 ribu per galon. Ia tidak mengonsumsi air Perumdam karena tidak suka dengan rasanya.
"Meski sudah direbus, tapi masih terasa," ucap Suryani.
Ditemui terpisah, Direktur Utama Perumdam Tirta Kencana, Nor Wahid Hasyim, mengatakan, untuk mengatasi kelangkaan air bersih pada sebagian wilayah Samarinda Utara dan Sungai Pinang, perusahaan yang ia pimpin telah membangun instalasi pengolahan air (IPA) Bumi Sempaja sejak April lalu. IPA ini berada di Jalan Bukit Timur, Samarinda Utara.
Nor Wahid mengatakan, progres pembangunan dari proyek itu telah mencapai 85 persen. Ia menyebut, beberapa pekerjaan yang tersisa adalah pembuatan tempat pompa air, pemasangan pipa dari pompa menuju intake, pembangunan pagar keliling, dan pembuatan jalan di dalam kawasan IPA. "Bangunan dan listriknya sudah siap. Jika tidak ada kendala, akhir November atau awal Oktober 2024 sudah bisa diresmikan," ucapnya.
Nor Wahid mengungkapkan, IPA berkapasitas 50 liter per detik itu akan mengaliri air bersih di sejumlah rumah di Samarinda Utara dan Sungai Pinang. Rumah-rumah itu berada pada kawasan Jalan P.M. Noor, Jalan D.I. Panjaitan, Jalan Wahid Hasyim 1, Jalan Wahid Hasyim 2, Batu Cermin, serta Batu Besaung. Untuk awal pemasangan, IPA tersebut diperkirakan menjangkau sebanyak tiga ribu rumah. Sebagai informasi, IPA Bumi Sempaja dibangun diatas lahan seluas 2.019 meter persegi. Lahan tersebut merupakan hibah dari pengembang Perumahan Bumi Sempaja.
Jumlah penduduk Samarinda pada 2024 diperkirakan mencapai 868.499 jiwa. Berapakah sebenarnya jumlah kebutuhan air bersih? Pada 2006, Kementerian Pekerjaan Umum melakukan survei kebutuhan air bersih melalui Direktorat Pengembangan Air Minum, Direktorat Jenderal Cipta Karya. Survei itu mencatat kebutuhan air ideal berdasarkan tipologi warga per wilayah, dari perdesaan hingga kota metropolitan.
Dengan kondisi Samarinda yang diklasifikasikan sebagai kota besar, kebutuhan air per orang adalah 130 liter per hari . Dari 130 liter ini, 40 persen atau setara dengan 60 liter digunakan untuk kebutuhan kebersihan tubuh. Kebutuhan lainnya 30 persen untuk kakus, dan sisanya digunakan untuk mencuci, makan atau memasak. (*)