• Berita Hari Ini
  • Warta
  • Historia
  • Rupa
  • Arena
  • Pariwara
  • Citra
Kaltim Kece
  • WARTA
  • SAMARINDA
  • Miringnya Turap Karang Mumus

WARTA

Miringnya Turap Karang Mumus

Turap yang miring di segmen eks Jembatan Gang Nibung dikarenakan empat sebab. Apa saja penyebabnya dan akankah turap itu ambruk?
Oleh Muhammad Al Fatih
23 Februari 2023 04:02
ยท
4 menit baca.
Turap Sungai Karang Mumus miring di Jalan Dr Sutomo. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KALTIMKECE.ID
Turap Sungai Karang Mumus miring di Jalan Dr Sutomo. FOTO: MUHAMMAD AL FATIH-KALTIMKECE.ID

kaltimkece.id Normalisasi Sungai Karang Mumus yang merupakan bagian dari pengendalian banjir Samarinda telah berjalan. Upaya normalisasi terdiri atas membebaskan badan sungai dari permukiman, pengerukan dasar sungai, hingga penurapan. Khusus pekerjaan penurapan, telah berjalan di beberapa titik. Sayangnya, sebagian turap itu miring, seperti hendak menerkam sungai. 

Turap Sungai Karang Mumus yang miring itu berlokasi di segmen Jalan Dr Soetomo, eks Jembatan Gang Nibung, ke arah Jembatan Ruhui Rahayu. Persisnya, turap di belakang Masjid Al Khair. Sebagai informasi, pekerjaan turap di Sungai Karang Mumus merupakan kewenangan pemerintah pusat melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) Wilayah IV Kalimantan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 

kaltimkece.id menemui Arman Effendi, kepala Seksi Pelaksanaan, BWS Wilayah IV Kalimantan, pada Senin, 20 Februari 2023, untuk mengetahui penyebab miringnya turap. Menurut Arman, turap tersebut bergeser 7,8 sentimeter setiap hari. Padahal, jelasnya, pekerjaan ini sudah sesuai perencanaan. Progres pembangunannya juga sudah 100 persen pada Januari 2023. 

Dalam perjalanan, Arman melanjutkan, ditemui kendala. Pergerakan tanah menimbulkan lengkungan di satu sisi turap sungai. Ia mengakui, hasil pekerjaan tersebut tidak sesuai harapan. “Kami sebenarnya tidak ingin ini terjadi,” ucapnya. 

Beberapa faktor yang menyebabkan turap di bibir sungai itu miring. Pertama adalah kondisi tanah. Struktur tanah  disebut lunak. Posisi tanah keras juga jauh di kedalaman. Kedua, cuaca yang kurang bersahabat memperparah kondisi tersebut. Arman melanjutkan, hujan yang terus-menerus menyebabkan tanah bergerak. Struktur turap pun melenceng dari desain perencanaan. 

kaltimkece.id memeriksa curah hujan ketika proyek ini dikerjakan pada Desember 2022. Dari 31 hari di bulan tersebut, hujan hadir di 15 hari di antaranya. Total curah hujan dalam sebulan mencapai 132 milimeter yang berarti sangat tinggi. Data tersebut dicuplik dari Buletin Cuaca dan Iklim 2022, Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika Samarinda. 

Selain cuaca, penyebab kemiringan turap yang ketiga yaitu lalu lintas alat berat. Arman mengatakan, wilayah kerja proyek turap Sungai Karang Mumus sempit. Sementara itu, pergerakan alat berat untuk pembangunan turap memerlukan lahan minimal 20 meter persegi. 

“Ada dua crane. Satu unit beratnya 50 ton,” sebut Arman. Beban besar di atas tanah dekat turap disebut menambah pergerakan tanah. Pada saat proyek berjalan, sambungnya, alat-alat berat tersebut berdiam dekat turap sungai.

Faktor waktu menjadi penyebab keempat. Proyek ini sebenarnya sudah harus dimulai pada Maret 2022. Waktu pekerjaan adalah delapan bulan kalender. Akan tetapi, kontraktor pelaksana tidak bisa bekerja karena lahan belum dibebaskan Pemkot Samarinda. Sebagai informasi, pembebasan lahan di sekitar eks Jembatan Gang Nibung berjalan cukup panjang. Pada akhirnya, kontraktor pelaksana baru bisa bekerja pada Juni 2022. Target penyelesaian pun diundur dari November ke Desember 2022.

Sampai 31 Desember 2022, Arman mengatakan bahwa progres belum 100 persen. Beberapa segmen masih belum diturap. Kontraktor diberi perpanjangan waktu kerja hingga 20 Januari 2023. Pada peninjauan, 25 Januari 2023, beberapa bagian turap ditemukan miring. Arman menegaskan, kontraktor sudah diminta memperbaikinya. 

“Perbaikan berjalan selama masa pemeliharaan,” terang Arman. Masa pemeliharaan itu selama enam bulan. Selama waktu tersebut, kontraktor akan mengembalikan kondisi turap sesuai desain awal. Lagi pula, sambungnya, ada jaminan pemeliharaan sebesar 5 persen yang diwajibkan kepada perusahaan konstruksi. Mekanisme itu diatur dalam Perpres 16/2018. 

“BWS Kalimantan IV bertanggung jawab penuh memastikan kondisi turap sungai sesuai desain. Kami usahakan secepatnya. Kami tidak ingin (ini) jadi proyek gagal,” tegasnya.

Pembangunan turap di Karang Mumus menggunakan crane. FOTO: ISTIMEWA
 

Agus Susilo dari PT Muanindo Prima selaku kontraktor pelaksana, mengaku menemui kendala selama pekerjaan. Kondisi tanah di luar dugaan. Padahal, pekerjaan sudah sesuai prosedur. Agus menjelaskan, wilayah yang dipasangi tiang pancang selebar 14 meter. 

“Kami akan perbaiki. Kami pastikan, kembali pulih,” jelas Agus ketika dihubungi kaltimkece.id melalui sambungan telepon, Kamis, 23 Januari 2023. Masa pemeliharaan selama beberapa bulan ke depan, pastinya, akan dimaksimalkan. 

Bukan yang Pertama

Turap yang miring bukan kejadian yang pertama di Samarinda. Sewaktu Tepian Sungai Mahakam diturap, ada beberapa bagian yang miring. Informasi itu disampaikan Tumingan, akademikus teknik sipil dari Politeknik Negeri Samarinda. 

Menurut Tumingan, proses penurapan bibir sungai memang selalu disertai tantangan. Keadaan tanah di bawah permukaan tak bisa diketahui persis. Walaupun sudah diuji, jelasnya, tidak bisa mewakili kondisi tanah keseluruhan. 

Ia menilai, ada beberapa hal yang menyebabkan pergeseran tanah tidak bisa diperkirakan sejak awal. Pertama, persepsi jenis tanah kurang tepat sebelum pekerjaan dimulai. Yang kedua, konstruksi tidak mencapai tanah keras. Hal itu menyebabkan bangunan tidak mampu menahan beban karena berpijak di tanah lunak. Ketiga adalah faktor cuaca. Curah hujan tinggi mengurangi kekerasan tanah. 

Mengenai solusi dari kemiringan turap, Tumingan mengatakan, ada beberapa alternatif. Sebagai contoh, menggunakan anchor atau jaring pengait buat menarik fondasi turap hingga kembali tegak. Adapun upaya pencegahan pergerakan tanah, bisa memakai metode geotekstil. Metode ini berupa pembangunan sekat antara air dan tanah.

“Kalau di tepi sungai, air pasang surut. Separator (pemisah) geotekstil akan mencegah tanah terbawa air. Pergerakan tanah bisa dikurangi,” jelasnya. Tumingan berpesan, pekerjaan sipil memerlukan ketelitian dan perhitungan yang tepat. Tanpa keduanya, hasil pekerjaan bisa tidak sesuai walau sebagus apapun perencanaan dan desainnya. (*)

Editor : Fel GM
Iklan Above-Footer

Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi kaltimkece.id

Gabung Channel WhatsApp
  • Alamat
    :
    Jalan KH Wahid Hasyim II Nomor 16, Kelurahan Sempaja Selatan, Samarinda Utara.
  • Email
    :
    [email protected]
  • Phone
    :
    08115550888

Warta

  • Ragam
  • Pendidikan
  • Lingkungan
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Politik
  • Humaniora
  • Nusantara
  • Samarinda
  • Kutai Kartanegara
  • Balikpapan
  • Bontang
  • Paser
  • Penajam Paser Utara
  • Mahakam Ulu
  • Kutai Timur

Pariwara

  • Pariwara
  • Pariwara Pemkab Kukar
  • Pariwara Pemkot Bontang
  • Pariwara DPRD Bontang
  • Pariwara DPRD Kukar
  • Pariwara Kutai Timur
  • Pariwara Mahakam Ulu
  • Pariwara Pemkab Berau

Rupa

  • Gaya Hidup
  • Kesehatan
  • Musik
  • Risalah
  • Sosok

Historia

  • Peristiwa
  • Wawancara
  • Tokoh
  • Mereka

Informasi

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Hubungi Kami
© 2018 - 2025 Copyright by Kaltim Kece. All rights reserved.