kaltimkece.id Mengenakan jaket warna abu-abu bercampur hitam, Jiari tak kuasa membendung air matanya saat berada di Mushola Ar-Raudhah, Kompleks Balaikota Samarinda. Jumat, 13 Desember 2024, ayah dari Ikmal Akbar itu datang bersama lima keluarga korban relawan lainnya untuk menerima santunan. Keenam relawan itu adalah para relawan kebakaran dari Griya Mukti Sejahtera (GMS) yang meninggal dunia akibat kecelakaan tunggal di Jalan Abdul Wahab Sjahranie, Samarinda.
Kepada kaltimkece.id, pria berusia 55 tahun itu mengatakan bahwa semasa hidupnya, mendiang Ikmal sangat berbakti kepada orang tua. Jiari menyebut, saat menempuh pendidikan tinggi, Ikmal tidak ingin merepotkan dia dan ibunya. "Ikmal menyambi jadi tukang ojek untuk memenuhi kebutuhan kuliahnya," ucap Jiari ditemui selepas menerima santunan.
Jiari mengatakan, tidak ada tanda-tanda khusus yang ditunjukan Ikmal sebelum meninggal dunia. Hanya saja, kata dia, sepekan setelah kembali dari Tenggarong, Ikmal menjadi pendiam, tidak seperti biasanya. Kendati demikian, dirinya tak menaruh curiga atas perubahan sikap anaknya tersebut.
Jiari menuturkan, malam itu, Ikmal berpamitan hendak menonton laga bola Indonesia melawan Myanmar yang tidak jauh dari rumah. Ikmal lalu kembali ke rumah dan berpamitan kepada ibunya untuk berangkat ke lokasi kebakaran. Tidak lama berselang, Jiari mendapat kabar bahwa putranya tersebut tengah berada di rumah sakit akibat kecelakaan.
Ia mengaku tidak menyangka bila anaknya meninggal dunia saat menjalankan tugas sebagai relawan. Jiari mengatakan, putranya tersebut memang sering berbagi kepada sesama. selain itu, Ikmal juga aktif dalam berbagai kegiatan kemanusiaan, sehingga banyak warga sekitar kediamannya yang merasa kehilangan.
Ikmal Akbar menjadi satu di antara tiga korban yang meninggal dunia dalam kecelakaan nahas, pada Senin malam, 9 Desember 2024. Dua korban meninggal lainnya adalah Yudha dan Ronal. Selain itu, tiga korban lainnya mengalami luka-luka, yaitu Dodi, Dede, dan Khairul Anam.
Sedianya, para keenam relawan kebakaran GMS itu hendak menuju lokasi kebakaran di Pasar Harapan Baru, Kecamatan Loa Janan. Menurut keterangan dari beberapa relawan, kecelakaan terjadi karena pengemudi menghindari seekor kucing yang tiba-tiba menyeberang jalan. Sedangkan hasil olah tempat kejadian perkara, kepolisian menyebut kondisi jalan yang menurun dan menikung membuat pengemudi kehilangan kendali karena mengemudi dengan kecepatan tinggi, lantas menabrak pohon.
Asisten Satu Sekretariat Kota Samarinda, Ridwan Tassa, mengatakan, santunan sebesar Rp47,5 juta telah diserahkan kepada keluarga relawan yang menjadi korban kecelakaan tersebut. Adapun rinciannya, tiga korban meninggal dunia, masing-masing Rp10 juta, dua korban luka-luka, masing-masing Rp5 juta, dan seorang korban yang masih dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Sjahranie mendapatkan santunan sebesar Rp7,5 juta.
Selain itu, pemkot juga memberikan santunan sebesar Rp55,5 juta bagi korban kebakaran di Jalan Lambung Mangkurat yang terjadi pada 26 Oktober lalu. Sebanyak 16 kepala keluarga yang statusnya sebagai pemilik rumah dalam musibah itu masing-masing mendapatkan Rp3 juta. Sementara itu, sebanyak lima kepala keluarga lain sebagai penyewa rumah mendapatkan Rp1,5 juta per kepala keluarga.
"Jumlahnya tidak banyak, namun kami berharap santunan ini dapat memberikan manfaat," ujarnya. (*)