kaltimkece.id Sejumlah pedagang eks Pasar Pagi di Samarinda yang kini berusaha di Segiri Grosir Samarinda (SGS) mengeluh. Pendapatan mereka di SGS turun drastis ketimbang berjualan di Pasar Pagi. Mereka mengharapkan renovasi Pasar Pagi rampung tepat waktu walau diragukan sejumlah pihak.
Salah seorang pedagang eks Pasar Pagi yang menyampaikan keluhan adalah Herman, 35 tahun. Ditemui pada Senin, 5 Agustus 2024, ia mengaku, omzetnya berkurang sangat jauh sejak pindah dari Pasar Pagi, tujuh bulan lalu. Rata-rata, ia hanya mendapatkan Rp500 ribu per hari di SGS.
"Sementara di Pasar Pagi, dalam sehari bisa dapat hingga Rp 2 juta," sebut Herman. Ayah dua anak itu berharap, pemerintah dapat menyelesaikan proyek Pasar Pagi tepat waktu. "Biar pendapatan kami pedagang bisa normal lagi," imbuhnya.
Kondisi tak jauh berbeda dialami Mery, 48 tahun. Ia menyebut, pendapatannya di SGS hanya Rp100 ribu sampai Rp150 ribu per hari. Pendapatan itu tidak setiap hari ia dapatkan. Kadang-kadang malah di bawah jumlah tersebut.
"Sedangkan di Pasar Pagi, saya bisa dapat hingga lebih Rp 1 juta setiap hari," ucapnya.
Melihat kondisi tersebut, Mery mengumpamakan berjualan di SGS sama seperti berjualan pada masa pandemi Covid-19 beberapa tahun silam. Ia pun pesimistis pembangunan Pasar Pagi selesai tepat waktu. Kalau pun bisa kelar sesuai target, ia khawatir dengan kualitas bangunannya. Biasanya, kata Mery, pembangunan yang dikerjakan cepat tidak memerhatikan kekuatan bangunan.
Para pedagang Pasar Pagi direlokasi secara bertahap sejak akhir 2023. Selain di SGS, sebagian dari mereka ditempatkan di Mall Mesra Indah. Pada Januari 2024, Pasar Pagi dibongkar. Pemerintah berencana merenovasi pasar tersebut. Proyek ini ditarget rampung pada akhir tahun ini.
Anggota Komisi III DPRD Samarinda, Shamri Saputra, meyakini, pembangunan Pasar Pagi tidak selesai sesuai target. Ia mengaku sudah menengok pembangunannya.
"Secara akal sehat, pembangunan pasar itu tidak akan selesai pada Desember. Kalau pun dipaksakan, saya yakin, hasilnya tidak bagus," ucapnya.
Menurutnya, pembangunan yang molor adalah tanda perencanaan proyeknya tidak matang. Oleh sebab itu, ia meminta pemerintah mematangkan perencanaan setiap proyek. Apalagi proyek yang bersentuhan dengan banyak masyarakat, ada banyak orang yang mengharapkan proyek tersebut cepat selesai.
"Kalau terlalu lama, kasihan para pedagang bisa mengalami kerugian," tutupnya. (*)