kaltimkece.id Tanaman kelapa dengan nama latin Cocos nuficera merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting di Indonesia. Dijuluki pohon kehidupan, karena hampir semua bagian tanaman kelapa dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia.
Sebagai contoh, batang pohonnya dapat digunakan sebagai papan atau balok untuk pembuatan rumah, daunnya untuk pembuatan atap rumah atau bahan pembungkus ketupat, tangkai anak daunnya menghasilkan lidi atau sapu, tangkai bunganya menghasilkan cairan nira yang dapat diolah menjadi gula kelapa.
Tak kalah penting dan bernilai paling ekonomi adalah buah kelapa yang mampu menghasilkan daging buah muda, santan, minyak kelapa, bungkil kelapa, tepung kelapa, kopra, hingga cairan bahan pembuat nata de coco.
Di acara Bincang Komoditas Perkebunan Lestari (Bingka) Kalimantan Timur yang bertajuk Potensi Diversifikasi Usaha Tanaman Kelapa untuk Peningkatan Pendapatan Petani, Kepala Dinas Perkebunan Kaltim, Ence Achmad Rafiddin Rizal, mengatakan bahwa di Kaltim, tanaman kelapa termasuk komoditas perkebunan unggulan yang penting, setelah kelapa sawit dan karet. Namun perkembangan dari tahun ke tahun menunjukkan tren menurun.
"Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik), dalam kurun waktu 15 tahun terakhir, produksi kelapa menurun siginifikan. Yaitu dari 20.382 ton pada 2008 menjadi 7.843 ton pada 2023," urai Ence di Hotel Mercure Samarinda, Selasa, 22 Oktober 2024,
Penurunan produksi ini, kata Ence, sejalan dengan berkurangnya luas areal tanaman kelapa karena alih fungsi. Seperti beralih menjadi perkebunan kelapa sawit dan peruntukan lainnya.
Sentra produksi kelapa di Kaltim yang berpotensi dikembangkan, pertama, Kutai Kartanegara (Kukar). Tepatnya di Kecamatan Muara Jawa dengan luas lahan 1.799 hektare (ha) dengan produksi 486 ton; Samboja seluas 2.414 ha dengan produksi 994 ton; dan Marangkayu seluas 1.676 ha dengan produksi 586 ton.
Kedua, Balikapapan, tepatnya Kecamatan Penajam yang luas lahan 3.198 ha dengan produksi 741 ton dan Balikpapan Timur seluas 902 ha dengan produksi 440 ton. Ketiga, Penajam Paser Utara (PPU) dan Berau.
Sementara pembicara lainnya, Rusni Febriyanti dari PPU, yang merupakan salah satu pengusaha yang memproduksi beberapa jenis karajinan dari sabut kelapa. Dari serabut kelapa utuh, diproduksi menjadi pupuk organik, cocopeat, dan coco fiber. Dari situ dikreatifkan menjadi produk, seperti pot dari sabut kelapa, lampu tidur, tas, vas bunga, sandal hotel, dan sepatu.
"Dengan 7.200 butir sabut kelapa, saya mampu mempekerjakan 25 orang per hari," ucap Rusni yang juga Ketua Koperasi Produsen Kriya Inovasi Mandara.
Berbagai tantangan dihadapi Rusni dalam mengembangkan industri sabut kelapa. Seperti keterbatasan infrastruktur, pelatihan untuk keterampilan tenaga kerja, serta terbatasnya kerja sama dengan institusi atau instansi dalam pengembangan research and development, dan persaingan pasar yang kompetitif.
Untuk memasarkan hasil kreativitasnya, Rusni melakukan berbagai strategi pemasaran. Memamerkan produknya melalui aplikasi dan media sosial di pasaran lokal; kolaborasi antardaerah, terutama untuk produk pupuk dan tanaman; serta melakukan pemasaran yang lebih luas lewat expo, pameran daerah, baik lokal maupun internasional. (*)