kaltimkece.id Prestasi gemilang baru saja ditorehkan Sekolah Dasar Islam Al Azhar 47 Samarinda. Tujuh pelajar dari kelas 5 dan 6 sekolah itu berhasil meraih juara dua dalam ajang festival tari tradisional berskala internasional. Gelaran ini merupakan rangkaian acara Harmoni Indonesia-3rd Indonesia International Culture Festival (IICF) 2024 di Jakarta, pada 12 hingga 13 Oktober 2024.
Selama dua hari, ketujuh murid SD itu membawakan dua tarian yang berbeda. Pada 12 Oktober, mereka menampilkan tari Kek Catok, tarian khas suku Dayak. Dilanjutkan 13 Oktober, membawakan tari Toyo Bura Daya, tarian khas suku Paser yang menawan.
Kepala SD Islam Al Azhar 47 Samarinda, Muhammad Al Amin, mengatakan ekstrakurikuler tari merupakan salah satu kegiatan belajar nonformal yang terus menorehkan prestasi dari sekolah ini. Selain tari, sekolah di Jalan Manunggal, Kelurahan Loa Bakung, Sungai Kunjang, tersebut, memiliki 14 ekskul.
Beberapa tahun terakhir, lanjut Amin, ekskul tari yang diberi nama Amarilis 47 ini kerap mewakili Samarinda bahkan Kaltim. Terakhir, pada Juli 2024, Amarilis 47 meraih juara satu lomba tari daerah Pesona Tarian Negeri tingkat nasional di Jakarta. Debut mereka di tingkat internasional langsung membuahkan hasil.
"Alhamdulillah, ekskul tari kami berhasil meraih juara dua internasional," ucapnya saat ditemui kaltimkece.id, Senin, 14 Oktober 2024.
Menghadapi festival tari di IICF 2024, kata dia, muridnya hanya membutuhkan waktu tiga bulan. Latihan tersebut berlangsung selama tiga hari dalam sepekan. Mendekati waktu perlombaan, porsinya ditambah menjadi setiap hari.
Khusus untuk tari, sambung dia, sebelum memperdalam di ekskul tari, para murid diajarkan dasar-dasar tarian oleh sekolah. Jika ada murid yang memiliki minat dan bakat dalam bidang tari, sekolah akan berkonsultasi dengan orang tua murid untuk merekomendasikan dimasukkan ke ekskul yang lebih profesional. Tujuannya, kata Amin, agar kemampuan murid dalam tari meningkat dan sekolah bisa mengatur waktu agar tidak mengorbankan proses belajar mereka.
Koordinator Ekskul Tari SD Islam Al Azhar 47 Samarinda, Nurwulan Agustin, mengatakan memilih tari Kek Catok dan Toyo Bura Daya karena legenda tokoh dalam cerita itu dekat dengan masyarakat Kaltim. Menurut Nurwulan, Kek Catok merupakan seorang penduduk dari kampung Banjur Karap (pedalaman Kalimantan). Ia menghilang sekitar seratus tahun silam. Kek Catok diduga berada di alam gaib. Pihak keluarga telah mencari ke mana-mana namun tak kunjung ditemukan.
Sementara itu, Bura Daya artinya darah putih. Istilah ini diambil dari bahasa suku Paser, Kalimantan Timur. Ratu Bura Daya dikenal dengan sebutan Putri Betung oleh masyarakat suku Paser. Ratu ini digambarkan memiliki sifat yang tegas, berwibawa, serta paras yang sangat menawan.
Ditemui terpisah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Samarinda, Asli Noryadin turut memberikan ucapan selamat kepada keenam pelajar itu. Ia juga menyampaikan apresiasinya kepada SD Islam Alzhar 47 Samarinda.
"Patut kita bangga. Sebab, sekolah ini tidak hanya mengharumkan nama Samarinda, juga Indonesia dikancah internasional," kata Asli. (*)