kaltimkece.id Pasar Seni sedang ramai-ramainya. Tampak setiap kafe dan usaha kuliner di kawasan tersebut disibukkan pelanggan yang silih berganti memesan makan maupun minum. Di sisi lain, meja-meja dan kursi yang telah tersusun rapi, tampak terisi pengunjung.
Beginilah suasana hari-hari Pasar Seni di Tenggarong, Kukar, yang kembali hidup setelah bertahun-tahun sepi aktivitas. Namun di tengah kebangkitan tersebut, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Pemkab Kukar) berencana melakukan pembongkaran. Bermaksud menata ulang kawasan legendaris tersebut.
Kepada kaltimkece.id, Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Kukar, Sunggono, mengatakan bahwa pembangunan ulang pasar seni merupakan bagian dari rencana Pemkab dalam penataan kota. "Agar pemilik usaha di lokasi itu merasa nyaman untuk berdagang. Dan hal sama juga dirasakan oleh para pengujung yang datang," ucap Sunggono, ditemui Kamis, 18 Maret 2021.
Disebutkannya, Pamkab Kukar pada 2021 ini mengagendakan identifikasi, inventarisir, dan menyiapkan anggaran penataan ulang kawasan Pasar Seni. Para pemilik kafe dan usaha kuliner lainnya dalam area tersebut, akan dikumpulkan untuk bermusyawarah membahas kegiatan tersebut. Yang mau tak mau, harus merelokasi aktivitas usaha di sana untuk sementara waktu.
Sebagai pengganti sementara, para pelaku UMKM di kawasan Pasar Seni ditawarkan lokasi berjualan baru untuk ditempati selama Pasar Seni direnovasi. "Insya Allah, Central Business District (CBD) kemungkinan menjadi salah satu lokasi yang ditawarkan kepada para pengusaha tersebut untuk berjualan sementara, sebelum kembali lagi ke Pasar Seni," terang Sunggono.
Bila rencana itu benar terealisasikan, maka sekitar 28 unit usaha harus sementara waktu meninggalkan Pasar Seni. Rencana itu sontak memicu banyak penolakan. Mayoritas dari para pengusaha setempat. Kebijakan tersebut dinilai sangat merugikan.
Salah satu pengelola kios di Pasar Seni adalah Ima Isnawati. Dirinya menegaskan keberatan meninggalkan Pasar Seni walau hanya dalam waktu singkat. Wanita 45 tahun itu meyakini pendapatannya sehari-hari akan menurun. Sebab pelanggan tetapnya mayoritas bermukim dekat Pasar Seni. "Kalau di CBD kan jauh jaraknya dari pemukiman warga," ucapnya.
Saat ini Pasar Seni memang menjadi pusat keramaian baru di Tenggarong, khususnya bagi kawula muda Kota Raja. Mengemuka semenjak lapak-lapak di sana terisi pengusaha kedai kopi dan kuliner kekinian lainnya.
Ibu dua anak itu pun mempertanyakan kebijakan pemerintah melakukan pembangunan kembali saat Pasar Seni sedang ramai-ramainya. Padahal pada tahun-tahun sebelumnya, kedai makanan dan minuman di sana masih belum banyak dan pengunjungnya masih bisa dihitung jari.
Pasar Seni kembali menjadi daya tarik baru dalam dua tahun belakangan. Tak lepas dari gerakan para usahawan di sana berinovasi dan mengeluarkan modal untuk merenovasi serta membeli alat untuk berjualan di lokasi tersebut.
Rizki, pemuda berusia 25 tahun ini, salah satu yang kesehariannya bergantung aktivitas ekonomi di Pasar Seni. Ia juga keberatan dengan kebijakan yang digulirkan Pemkab Kukar tersebut. "Pemerintah harus melakukan sosialisasi maupun diskusi dengan pihak pengusaha di lokasi kuliner ini," ucapnya kepada kaltimkece.id.
Meski demikian, ia menyadari jika renovasi Pasar Seni yang bergulir bakal bermanfaat baik ke depannya. Namun jika ia dan pemilik kedai lainnya mesti relokasi sementara waktu, ia sangat berharap mendapat kompensasi dari pemerintah. Apalagi para pengusaha setempat telah banyak mengeluarkan biaya untuk membuat lokasi yang saat ini tempati menjadi bagus dan menarik.
"Tidak sedikit biaya pribadi yang telah kami keluarkan untuk merenovasi dan mempersiapkan fasilitas di tempat itu," tegasnya.
Di satu sisi, Rizki agak menyesalkan mengapa wacana relokasi datang belakangan. Padahal dulu Pasar Seni sempat begitu sepi. Namun niatan revitalisasi baru mencuat selepas kawasan tersebut kembali ramai.
Riwayat Pasar Seni
Pasar Seni, sesuai namanya, dahulu fungsinya adalah tempat berkesenian dan menjual karya seni lokal. Saat pemerintahan Kukar yang tengah dipimpin Bupati Said Sjafran pada 1989, tahun pertamanya menjabat, mengusulkan untuk membangun Pasar Seni sebagai tempat para seniman di Tenggarong berkumpul dan membuat karya.
Pada 1990 Pasar Seni diresmikan dan memulai fungsinya sebagai pasar yang menjual hasil karya dan tempat hiburan rakyat. Setelah lebih dua dasawarsa, Pasar Seni pun meredup. Bahkan sempat tidak memiliki aktivitas sama sekali.
Sekitar awal 2020, sejumlah pemuda berinisiatif membangun kawasan tersebut. Mengisi sejumlah kios yang telah lama kosong menjadi bermacam kafe dan usaha kuliner lainnya. Hingga kini, Pasar Seni tidak lagi pernah sepi pengunjung. (*)
Editor: Bobby Lolowang