kaltimkece.id Rakan Akbar baru saja menyimpan ponsel pintar miliknya, Senin malam, 17 Desember 2018 malam. Obrolan pesan pribadi di akun Instagram menjadi aplikasi terakhir yang ia lihat malam itu. Lawan bicaranya adalah akun @rrafli_r milik Muhammar Rafli.
Rafli adalah salah satu korban tewas musibah kebakaran di Perumahan KORPRI, Jalan Jakarta Blok CK nomor 4, Loa Bakung, Kecamatan Sungai Kunjang. Musibah terjadi Selasa dini hari, 18 Desember 2018. Satu rumah rata dengan tanah dilahap si jago merah.
Rakan tak menyangka obrolan itu menjadi yang terakhir dengan Rafli. Keduanya merupakan rekan setim di Sekolah Sepak Bola atau SSB Putra LBK. Dalam percakapan tersebut, mereka mengatur janji pergi latihan bersama. Karena sedang masa libur sekolah, latihan SSB dilaksanakan setiap pagi. “Latihan biasa dimulai pukul 07.00 Wita. Rafli meminta saya menjemputnya,” tutur Rakan kepada kaltimkece.id.
Tak ada yang menduga, hanya beberapa jam sejak pesan diterima, si lawan bicara tutup usia. Meninggal dalam musibah kebakaran. Si jago merah melahap habis rumah yang ditinggali Rafli enam bulan terakhir itu.
Di tim sepak bolanya, Rafli adalah pemain yang diandalkan. Sebagai pemain tengah, perannya termasuk krusial dalam performa tim. “Bisa dibilang posisi dia cukup penting untuk mengatur ritme permainan,” ujar Pelatih SSB Putra LBK Agus Rohmat di sela prosesi pemakaman Rafli beserta keluarga.
Selain Rafli, ada enam korban tewas dalam musibah kebakaran tersebut. Semuanya masih keluarga. Yakni ayah-ibu Rafli, Andi Ibrahim Bayu dan Sri Rahayu Panjaitan, serta kakaknya, Nanda. Tiga korban lain yakni Elhamsyah (paman), Ernawati Panjaitan (bibi), Ilda Safira Putri (adik sepupu).
Rumah nahas tersebut baru enam bulan ditinggali. Sebelumnya, Ibrahim dan keluarga menghuni blok sebelah. Tempat tinggal korban memang pindah-pindah belakangan ini. Rumah pribadi di Kelurahan Loa Buah sedang renovasi. “Selain karena rumah renovasi, sekolah Rafli dan Nanda sangat jauh dari Loa Buah. Makanya mereka memilik mengontrak di Loa Bakung,” ujar Aminuddin Panjaitan, adik Ernawati sekaligus kakak Sri Rahayu.
Nanda merupakan siswi SMP 7 Samarinda di Jalan Kadrie Oening. Sedangkan Rafli bersekolah di SD 021, Jalan Meranti, Sungai Kunjang. Adapun paman-bibinya, Elhamsyah dan Ernawati beserta anak, sekadar menginap pada malam sebelum rumah Ibrahim terbakar. Menurut Aminuddin, hal tersebut memang biasa dilakukan keluarganya.
Meski baru menempati kediaman terakhirnya enam bulan lalu, Sri Rahayu terpilih menjadi ketua RT 66 di lingkungan tersebut. Perempuan yang biasa disapa Ayu itupun akrab dipanggil Ibu RT. Ia dikenal supel. Kehadirannya membuat banyak urusan jadi lebih mudah. “Semua diurus dengan cepat,” terang Soni Widyagara, tetangga sebelah korban.
Adapun Ibrahim sehari-hari berkeja sebagai petugas keamanan. Ia bertugas di sebuah pusat kebugaran di Pasar Kemuning, Loa Bakung.
Baru Rayakan Ulang Tahun
Aminuddin menceritakan hari-hari terakhir sebelum sanak keluarganya mengembuskan napas terakhir. Pada Sabtu malam, 15 Desember 2018, keluarga besar berkumpul di rumah tersebut. Rafli merayakan ulang tahun ke-12. Suasana malam penuh kegembiraan. Sekeluarga mendoakan Rafli menjadi anak yang saleh. “Setelah doa kami makan-makan seperti biasa,” tuturnya.
Di tengah keceriaan, tersemat harapan besar cita-cita sang anak menjadi pesepak bola terwujud. Ibrahim bahkan mengungkapkan keyakinan Rafli menjadi gelandang yang andal. “Dia berpesan agar Rafli latihan terus-menerus dan tekun,” ucap Aminuddin lirih.
Rafli menekuni kegemarannya dengan bergabung di SSB sejak dua setengah tahun lalu. Pelajar kelas VI itu dikenal jago menggocek si kulit bundar. Meski berposisi gelandang, ia fans berat striker Borneo FC, Lerby Eliandry Pong Babu.
Oleh SSB-nya, nomor 34 yang selama ini melekat di punggung Rafli, dipensiunkan. “Setelah ini tidak ada lagi pemain nomor punggung 34. Mendiang penyandang nomor 34 yang terakhir,” timpal Agus Rohmat. (*)
Editor: Bobby Lolowang