kaltimkece.id Albertin bersama suami memutuskan merantau ketika usia putrinya, Uris Alopaa, masih 2 tahun. Dari kampungnya di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, mereka tiba di Balikpapan, 36 tahun silam. Saat itu, Albertin membeli tanah 2 hektare di Jalan Proklamasi, Kelurahan Manggar, Balikpapan Timur. Setelah segel tanah dipegang, Albertin bersama suaminya membangun gubuk kecil. Di situlah, keluarga kecil Albertin berlindung dari siraman panas dan hujan.
Pada 1985 itu, tanah yang dibeli Albertin masih berupa belantara rimba. Mangga, jeruk, rambutan, cempedak, sukun, durian, hingga bambu, tumbuh liar di sana. Albertin dan suami juga menanaminya dengan singkong dan pisang.
Dari hasil alam yang berlimpah ruah itulah keluarga Albertin hidup bahagia. Di hutan yang sunyi, dan gelap selalu menyelimuti tatkala malam datang, Albertin beranak pinak. Hasil alam selalu bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain dikonsumsi pribadi, buah-buahan juga mereka jual.
“Seminggu sekali, pasti ada saja uang yang kami dapat dari jual buah-buhan,” kenang Albertin ditemui repoter kaltimkece.id digubuknya yang kini telah menjadi rumah semi permanen itu, Senin, 23 Agustus 2021. Saat diwawancarai, Albertin didampingi buah hatinya, Uris Alopaa.
Suatu hari, segel tanah pernah mengusik pikiran Albertin. Ia sadar, kekuatan hukum segel tak lebih kuat ketimbang sertifikat. Maka, keluarga Albertin segera menyertifikasi tanahnya. Pada pertengahan era 2000-an, sertifikat tanahnya seluas 2 hektare di Jalan Proklamasi, terbit. Kehadiran sertifikat tersebut membuat Albertin tersenyum bahagia.
Akan tetapi, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Pada 2016, isu pembangunan jalan tol yang akan melahap lahan Albertin kembali mengusiknya. Tahun berikutnya, pihak pamong praja secara resmi mengabarkan kepada keluarga Albertin bahwa sebagian lahannya digunakan membangun tol. Sebagai ganti-ruginya, pemerintah berjanji membeli lahan yang terkena dampak. Mengingat lahannya akan digunakan untuk kepentingan umum, keluarga Albertin tak menolaknya.
“Tapi, tak pernah disebutkan, berapa jumlah ganti-ruginya,” ucap ibu lima anak itu.
Pada 2017 itu, pembangunan Tol Balsam dimulai. Sebagian lahan yang pernah menjadi mata pencaharian Albertin pun telah berganti menjadi tembok dan jalan beton. Namun, sampai suaminya meninggal pada 2018 dan Presiden Joko Widodo meresmikan seksi 2-4 tol yang menghubungkan Balikpapan-Samarinda (Balsam) itu pada 17 Desember 2019, keluarga Albertin belum pernah sidikit pun mencicipi ganti-rugi lahannya.
Albertin mulai cemas. Bersama sejumlah warga yang bernasib sama, ia pernah menggeruduk kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN), kepolisian, Pemkot dan DPRD Balikpapan. Mereka mencari kejalasan atas janji ganti-rugi lahan yang terkena pembangunan Tol Balsam. Namun, jawaban yang diberikan pejabat negara tak pernah memuaskan para pemilik lahan. “Kami seperti dipimpong,” jelas Albertin.
Pantang menyerah, mereka menggelar unjuk rasa, memprotes ganti-rugi lahan yang belum terbayarkan. Sempat mereda, unjuk rasa semakin masif dilakukan ketika pembangunan Tol Balsam hampir rampung 100 persen pada Agustus 2021. Warga menutup ruas jalan tol di seksi 5 di Manggar.
Pemerintah pernah mengabarkan bahwa uang ganti-rugi sudah ada di Pengadilan Negeri Balikpapan. Tapi, sebagian pemilik lahan, terutama yang lahannya terkena pembangunan seksi 5 seperti Albertin, belum bisa mengambil uang tersebut. Pasalnya, kata Albertin, BPN menilai masih ada masalah atas kepemilikan lahan di seksi 5.
“BPN bilang, tanah kami masih bersengketa tumpang-tindih. Ada orang lain yang juga mengklaim tanah kami di sini,” ulasnya.
Bagi Albertin, alasan pemerintah itu tak masuk akal. Sebab, pemerintah tak bisa menunjukkan muka orang yang mengaku memiliki lahan di seksi 5. Bahkan, ketika warga minta dimediasi di kantor Pemkot Balikpapan pada pertengahan Agustus 2021, pemerintah juga tak bisa menghadirkan orang tersebut. Albertin bersama warga kembali berunjuk rasa.
Titik terang muncul setelah warga berdemo seharian penuh pada Ahad, 22 Agustus 2021. Menjelang tengah malam pada hari itu, pihak BPN meminta waktu 12 hari untuk menganti semua lahan warga yang terkena pembangunan tol. Sekitar 50 meter persegi lahan milik Albertin yang terkena pembangunan, dijanjikan diganti pemerintah sebesar Rp 1 miliar lebih. Perjanjian itu dituangkan ke dalam secarik kertas yang ditandatangani sejumlah pejabat negara, termasuk pihak BPN.
“Jika 12 hari nanti masih tidak ada pembayaran, lihat saja, kami akan aksi lagi dengan kekuatan yang lebih besar,” ancam Uris Alopaa yang kini berusia 38 tahun.
Hal serupa juga dialami Walem Salinding Kala, pensiunan salah satu badan usaha milik negara. Sisa hidup pria 61 tahun ini, sebagian besar dihabiskan untuk mengelola kebun seluas 15.760 meter persegi.
Lahan yang dikelola itu kini telah sebagian berubah menjadi jalan Tol Balikpapan-Samarinda. Tepatnya di kilometer 6, Seksi V atau Jalan Proklamasi, RT 37, Kelurahan Manggar Balikpapan. Ganti rugi lahan pun belum diterimanya.
"Kalau saya punya tanaman tahunan. cempedak, rambutan, ada juga durian, macam-macam. Namanya di kebun, kan kita tinggal di situ," terang Salinding kepada kaltimkece.id, Senin, 23 Agustus 2021.
Kini, luasan lahan milik Salinding berkurang. Ia menjelaskan, tanahnya yang terkena pembebasan lahan seluas 1.719 meter persegi. Seluruhnya pun belum mendapatkan ganti rugi lahan juga ganti tanam tumbuh.
"Kalau penggantinya lahan saya belum terima, sampai saat ini satu persen pun belum ada yang saya menikmati," tegas dia.
Kepada media ini, Salinding menunjukan bukti kepemilikan lahan. Sertifikat tanah tersebut dengan nomor 2453 atas nama Monika Toyang--istri dari Salinding. Tanah itu dibeli pada tahun 2003 dan mendapatkan sertifikasi tahun 2006.
Dengan kepemilikan itu, ia tidak tahu pasti kenapa lahan yang dimiliki tidak mendapatkan ganti rugi. Salinding mengatakan, pada prinsipnya kami mendukung dan menyepakati harga yang telah ditentukan. Yang terpenting, kata dia, lahan itu dibayarkan.
Proses pembebasan lahan ini beruntung panjang. Lahan yang dimiliki Salingding justru dikonsinyasi pada 26 Oktober 2017. Adapun detailnya dengan nomor 125/konsinyasi/2017/PN BPP. Salinding menilai, harusnya lahan itu diganti mengingat kepemilikan miliknya.
"Kenapa kita dipermasalahan seperti ini, satu kebun nya habis" imbuhnya.
Tanggapan Otoritas Terkait
Kepala BPN Balikpapan Herman Hidayat belum mau bicara banyak soal kasus tersebut. Hanya saja, dia membenarkan uang ganti-rugi lahan yang terkena dampak pembangunan Tol Balsam sudah diserahkan pemerintah kepada PN Balikpapan. Pengadilah lah yang nanti akan membagikan uang tersebut sesuai mekanisme yang berlaku.
“Kalau sudah dikonsinyasi, sudah selesai (bukan tanggungjawab BPN),” kata Herman pada kesempatan berbeda.
Pernyataan BPN itu dibenarkan Arif Wicaksono dari biro Hubungan Masyarakat PN Balikpapan. Menurut Arif, sebagian uangnya telah diserahkan kepada para pemilik lahan yang terkena pembangunan Tol Balsam. “Memang benar sudah dititipkan kepada kami. Tapi, pengeluarannya harus ada persyaratannya, ‘kan, sesuai Perma (Peraturan Mahkamah Agung) Nomor 3 Tahun 2016,” jelas Arif.
Saat ini, uang ganti rugi lahan yang ada di PN Balikpapan sekitar Rp 9 miliar. Uang tersebut untuk diberikan kepada lebih 20 orang pemilik lahan yang terkena pembangunan tol seksi 5 di Manggar. Namun belum bisa diberikan karena ada syarat yang belum bisa dipenuhi warga. Mengenai penyelesaian masalah syarat tersebut, PN Balikpapan menyerahkan sepenuhnya kepada BPN.
“Kami hanya dititipkan, doang. Yang menghitung semuanya dari panitia BPN,” ucap Arif.
Jeritan untuk Jokowi
Presiden Joko Widodo atau Jokowi dijadwalkan tiba di Balikpapan pada Selasa pagi, 24 Agustus 2021. Ada sejumlah agenda yang akan dituntaskan Presiden di kota ini. Salah satunya meresmikan seksi 1 dan 5 Tol Balsam. Mengantisipasi ancaman kehadiran penguasa, pihak keamanan menerjunkan kekuatan penuh.
Senin pagi ini, Kepolisian Daerah Kaltim dan Komando Daerah Militer VI/Mulawarman menggelar apel pasukan di seksi 5 Tol Balsam. Ratusan personel kepolisian dan tentara berbaris rapi di depan gerbang Tol Manggar.
“Pastikan keamanan di tempat anda bertugas. Laporkan setiap perkembangan situasi kepada Pimpinan” pesan Kepala Polda Kaltim, Inspektur Jenderal Polisi Herry Rudolf Nahak, saat mengisi sambutan apel tersebut.
Sementara itu, Kepala Bidang Humas Polda Kaltim, Komisaris Besar Polisi Yusuf Sutejo, menyebut, ada 1.480 personel TNI-Polri dikerahkan untuk menjamin keselamatan Jokowi selama kunjungan di Bumi Etam.
Mengetahui Jokowi akan meresmikan seksi 1 dan 5 Tol Balsam, Albertin dan Uris Alopaa akan memberikan persebahan khusus. Mereka berencana membenatangkan sepanduk bertuliskan: tanah ini belum dibayar, sambil menjerit: “Pak Jokowi, lahan kami belum dibayar”.
“Lebih baik saya berkeras daripada hak saya dirampas. Tembak saya kalau mau tembak,” tandas Albertin yang kini telah memasuki usia senja. (*)
Ditambahkan oleh: Muhibar Sobary
Editor: Bobby Lolowang