kaltimkece.id Kementerian Perhubungan memaparkan usulan konsep transportasi di ibu kota negara (IKN) baru di Kaltim. Slogan yang diusung ‘Smart City and Smart Mobility’. Dijabarkan pula dua usulan skema konektivitas daerah khusus ibu kota dengan empat kabupaten/kota lainnya. Yakni Samarinda, Balikpapan, Penajam Paser Utara, dan Kutai Kartanegara.
kaltimkece.id menelaah dokumen usulan konsep transportasi ibu kota negara yang dirancang dan dipaparkan Kementerian Perhubungan. Dokumen tersebut dipresentasikan dalam diskusi kelompok terarah di Balikpapan, Kamis, 19 September 2019.
Skema pertama yang diusulkan adalah menjadikan Kelurahan Mentawir di Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU), sebagai stasiun terintegrasi. Di sini bakal terhubung pelabuhan transit. Persisnya di hulu Teluk Balikpapan. Saat ini terdapat pelabuhan stockpile perusahaan batu bara di sana.
Dari pelabuhan transit Mentawir, disambung ke pelabuhan dekat Jembatan Pulau Balang. Dilanjutkan ke Pelabuhan Kariangau dan berhulu di Pelabuhan Utama Semayang Balikpapan.
Di darat, stasiun tersebut terintegrasi usulan jalur lintas rel terpadu atau LRT, commuter line, atau jalur cepat bandara yang menghubungkan Samarinda dan Balikpapan. Jalur yang diusulkan memakan waktu pembangunan hingga 2030. Direncanakan terhubung dengan Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan.
Skema konektivitas stasiun terintegrasi di Mentawir memiliki tiga keuntungan. Pertama, topografi datar yang memudahkan transportasi selama pembangunan IKN. Kedua, dekat Jalan Trans Kalimantan yang mengelilingi empat kabupaten dan kota sekitar. Ketiga, dekat rencana jalur kereta api Samarinda dan Balikpapan.
Adapun kelemahannya, jauh dari Bandara APT Pranoto dan SAMS Sepinggan. Berada di tengah-tengah. Persisnya Sepaku yang didapuk jadi calon lokasi IKN. Juga jauh dari jalan tol Samarinda-Balikpapan.
Skema konektivitas usulan kedua kurang lebih dengan skema pertama. Bedanya, stasiun terintegrasi berada di Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara. Plus, usulan pembangunan pelabuhan transit di perairan Samboja.
Usulan jalur konektivitas kedua tersebut memiliki empat keunggulan. Selain dekat jalur Trans Kalimantan dan tol Samarinda-Balikpapan, ada kemudahan untuk mendekat dengan dua bandara besar di Kaltim. Selain itu, dekat dengan rencana jalur kereta api. Satu-satunya kelemahan adalah kontur topografi. Praktis pengiriman logistik pembangunan IKN makin menantang. Maka, pembangunannya diprediksi memakan waktu mulai 2020 hingga melewati 2045.
Gantian di sisi udara. Kementerian Perhubungan menganalisis Bandara di Samarinda dan Balikpapan berperan strategis. Keduanya berada di pusat kepulauan Indonesia. Melayani Sabang sampai Merauke. Bahkan, diusulkan pengembangan bandara kelas very very important person atau VVIP.
“Jaraknya 15—20 kilometer dari istana negara. Di samping untuk VVIP, untuk emergency kepentingan militer bisa juga,” tutur Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Kementerian Perhubungan, Sugihardjo, dalam diskusi kelompok terarah bertema Menggali Potensi Konektivitas Ibu Kota Baru tersebut.
Mengacu dokumen yang sama, Kementerian Perhubungan juga mengusulkan konsep jaringan pusat transportasi publik di pusat ibu kota. Berbasis maket yang dibuat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Centrum bangunan adalah monumen Pancasila. Diapit istana negara dan monumen Soekarno-Hatta.
Pusat ibu kota terbagi dalam empat ring. Dari pusat ke luar. Ring pusat atau 1 dihuni 242,369 jiwa. Berturut-turut ring II, 1.379.359 jiwa; ring III 3.139.637; dan ring IV 2.738.261 jiwa. Jarak antar ring mencapai 5 kilometer.
Tahap awal pembangunan pusat pemerintahan berada di ring 1 dan 2. Berisi sejumlah fitur transportasi. Di antaranya jalur pejalan kaki, sepeda, bus, dan skuter elektronik. Tak ketinggalan autonomous rail rapid transit atau ART. Kereta tersebut tidak berjalan di rel. Melainkan dengan ban karet khusus di jalan raya bergaris dengan sensor dan tanpa masinis.
Tahap kedua, pembangunan LRT/ART yang terhubung pusat pemerintahan. Disambung tahap ketiga pembangunan kereta bawah tanah dikombinasi kereta moda raya terpadu atau MRT seperti di Jakarta. Dan, rute bus yang mengelilingi ring paling luar.
Sugihardjo mengklaim konsep transportasi publik di ibu kota baru bakal lebih indah ketimbang Orchard Road di Singapura. Bahkan 75-80 persen terintegrasi. Mudah diakses dengan jalan kaki. Lebih ramah lingkungan. Digadang-gadang menggunakan bahan bakar listrik sebagai penggerak roda transportasi. “Harus smart mobility dan ecofriendly. Apalagi Kalimantan sebagai paru-paru dunia,” katanya.
Meski demikian, usulan konsep tersebut harus diperkaya. Didiskusikan lintas kementerian serta masyarakat. Dihitung matang jumlah jalan dan sarana pendukung lainnya. Jangan sampai tata kota malah merusak hutan Kalimantan sebagai penghasil oksigen dunia.
“Kota baru ini contoh upaya cerdas. Jadi, kota tidak semrawut lagi. Tapi, tertata rapi,” tambah Direktur Bina Penataan Bangunan Direktorat Jendral Cipta Karya, Kementerian PUPR, Diana Kusumastuti, pada kesempatan sama.
Dalam lawatannya ke Balikpapan, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berkesempatan keliling lokasi IKN. Ditempuh lewat jalur laut dan udara. Persisnya adalah Samboja, Sotek, dan Sepaku. Budi terbang dengan helikopter didampingi Gubernur Kaltim Isran Noor. Gubernur meyakini pembangunan IKN bakal mematuhi kaidah-kaidah lingkungan.
Disebutkan Budi, jajarannya masih mengumpulkan data soal IKN. Hasil kajian dibuat kerangka acuan dan dibawa ke forum diskusi kelompok terarah bersama kementerian lainnya. “Kami berikan kerangka acuan konektivitas seperti apa. Disayembarakan,” katanya.
Habitat Satwa Langka dan Nelayan
Di sisi lain, rencana pembangunan IKN dikhawatirkan pecinta lingkungan. Ekosistem Teluk Balikpapan rawan terganggu. Kawasan tersebut habitat bagi satwa langka. Macam dugong dan pesut. Termasuk hamparan mangrove yang belum pulih setelah petaka tumpahan minyak tahun lalu.
Sekretaris Pokja Pesisir, Husain Suwarno, mengistilahkan Teluk Balikpapan sebagai sumber protein laut bagi ribuan masyarakat Balikpapan dan Penajam Paser utara. Mereka mencatat 2.417 nelayan tangkap tradisional yang sangat bergantung hasil air Teluk Balikpapan. Baik kepiting, udang, sampai teripang.
Kebanyakan bermukim di daerah aliran sungai Riko, Sepan, Sotek, Bulu Minung, dan Gersik Jenebora. Husain khawatir keberadaannya bakal tergerus. Dimulai dari banyaknya kapal lalu lalang membawa material pembangunan ibu kota di Teluk Balikpapan. Terlebih, saat ini perairan tersebut banyak dilewati kapal berbadan jumbo. Mengangkut batu bara, migas, sampai hasil perkebunan.
“Ketika negara dan pemerintah daerah tidak mengakomodasi peran penting ekosistem Teluk Balikpapan secara benar, maka tak ada kata selain bencana ekologis yang akan diterima,” kata Husain, Kamis, 19 September 2019.
Peneliti Utama Yayasan Rare Aquatic Species of Indonesia, Daniella Krib, juga menaruh kekhawatiran sama. Kapal berukuran besar sangat tidak layak melewati daerah Tanjung Batu ke hulu, Sungai Riko dan Kariangau yang merupakan jalur penting pesut hingga dugong.
Pesut Mahakam yang juga mendiami Teluk Balikpapan, dalam kondisi terancam punah. Tersisa 70 individu saja. Kalaupun pemerintah kukuh mengirim logistik ibu kota, Daniella menyarankan jalur darat yang sudah ada. “Tapi, tidak membuat jalan darat baru yang menebang hutan dan mangrove,” tandasnya. (*)
Editor: Bobby Lolowang