CATATAN REDAKSI:
Artikel ini memerhatikan secara saksama Peraturan Dewan Pers Nomor 2/Peraturan-DP/III/2019 tentang Pedoman Pemberitaan Terkait Tindak dan Upaya Bunuh Diri. Jangan anggap remeh depresi. Apabila pembaca merasakan keinginan bunuh diri, atau mengetahui teman dan kerabat yang menunjukkan kecenderungan tersebut, sangat dianjurkan berdiskusi dengan psikiater, psikolog, serta rumah sakit dan klinik kesehatan jiwa.
_____________________________________
kaltimkece.id Hari masih pagi saat Riyadi tiba di sebuah rumah bertingkat di Jalan Perjuangan 9, Kelurahan Sempaja Selatan, Samarinda Utara. Segera pria 54 tahun itu mengganti pakaian. Untuk kemudian melanjutkan pekerjaannya sebagai tukang bangunan.
Kamis, 16 Desember 2022, sekira pukul 08.00 Wita, saat masih mengganti pakaian, Riyadi terperanjat ketika menoleh pemandangan luar. Ia melihat seorang pria paruh baya tergantung dari balkon lantai tiga rumah tersebut. Posisi pria itu menghadap jalanan. Tali hitam mengikat lehernya sampai kaki dudukan tandon. Jarak dari kaki korban hingga tanah sekitar 14 meter. Riyadi lantas melaporkan temuan tersebut kepada ketua RT setempat.
_____________________________________________________PARIWARA
Adalah Amir Machmud, 55 tahun, selaku pemilik rumah tersebut. Kepada kaltimkece.id, ia mengaku mendapat kabar kasus ini dari seorang tetangga via telepon. Setelah memastikan sendiri, Amir mengadukan kasus tersebut kepada kepolisian. Polisi pun berdatangan mengevakuasi korban yang sudah tak bernyawa.
Dijelaskan Amir, rumahnya itu adalah tempat singgah penyiar agama. Adapun pria yang ditemukan gantung diri itu, berinisial W, 45 tahun. Asalnya dari Kutai Kartanegara. Di rumah singgah milik Amir, W tinggal sekitar dua tahun. Ia berprofesi sebagai ustaz dan guru mengaji. Di samping itu, ia juga dagang obat herbal.
“Semasa hidup, almarhum dikenal sebagai sosok yang ceria dan baik,” jelasnya.
Amir tidak mengetahui apa yang menyebabkan W gantung diri. Hanya saja, saat Idulfitri 1442 Hijriah, W mengaku kepada Amir memiliki masalah keluarga karena anaknya bercerai. Kemudian, beberapa pekan sebelum meninggal, W mengaku sedang sakit namun tak disebutkan penyakitnya. Sejak saat itulah prilaku W berubah, dari periang menjadi pendiam.
“Perubahan tingkah laku almarhum sejak lebaran lalu,” ungkap Amir Machmud.
Kepala Kepolisian Sektor Kota Sungai Pinang, Komisaris Polisi Irwanto, juga belum bisa menyimpulkan penyebab kematian W. Hanya saja, berdasarkan pemeriksaan Unit Inafis Kepolisian Resor Kota Samarinda, beber Kompol Irwanto, tidak ditemukan bekas-bekas kekerasan di tubuh korban.
“Perkiraan kematiannya tidak lebih dari empat jam. Diperkirakan, korban meninggal pada pukul 05.30 Wita,” sebut Kompol Irwanto.
_____________________________________________________INFOGRAFIK
Kepala Sub Unit Inafis Polresta Samarinda, Ajun Inspektur Polisi Dua Harry Cahyadi, menambahkan, evakuasi W berlangsung cukup lama. Posisi korban yang tergantung dan menempel tembok di ketinggian 14 meter, menjadi kendalanya.
“Kurang lebih dua jam baru kami bisa mengevakuasi korban,” beber Aipda Harry Cahyadi. Jenazah W kemudian dibawa ke RSUD Abdul Wahab Sjahranie, Samarinda, untuk diperiksa. Setelah itu dikirim ke rumah duka di Kukar untuk dikebumikan.
Dalam kasus ini, sebut Aipda Harry, timnya mengamankan sebuah tas berisi uang tunai Rp 700 ribu dan kartu identitas milik korban. Saat ditemukan, W menggunakan kemeja cokelat dan celana panjang kain krem. “Diduga, dia gantung diri setelah selesai salat subuh,” tutupnya. (*)
Editor: Surya Aditya