kaltimkece.id Selain keadaan Kalimantan Timur masih serba terbatas, barangkali karena tidak pernah duduk di bangku kuliah-lah yang menjadi pangkal kegundahan Abdoel Moeis Hasan. Gubernur Kaltim periode 1962-1966 itu secara resmi hanya tamat sekolah setingkat SMP. Maka ketika menjadi gubernur, dia begitu pedulinya kepada dunia pendidikan. Moeis Hasan sangat-sangat mendamba agar provinsi segera memiliki perguruan tinggi.
Kaltim memang belum juga memiliki universitas sampai 17 tahun setelah Indonesia merdeka. Tanpa perguruan tinggi, putra-putri Kaltim yang ingin melanjutkan pendidikan harus merantau ke Banjarmasin, Makassar, dan kota-kota di Pulau Jawa. Keadaan itulah yang membuat Gubernur Moeis Hassan segera berinisiatif mendirikan sebuah perguruan tinggi sejak tahun pertamanya menjabat (Ikut Mengukir Sejarah, 1994, hlm 234).
Moeis tahu siapa yang harus dihubungi. Dia memanggil rekannya bernama Soebrata Yoeda Soebrata yang memahami dunia pendidikan. Kepada Soebrata yang saat itu menjadi penjabat Bupati Paser, Moeis meminta diadakan pertemuan dengan tokoh masyarakat di Samarinda. Majelis digelar untuk meminta pendapat terhadap rencana pendirian perguruan tinggi. Dihasilkan butir-butir kesepakatan dari situ. Hasilnya dirangkum sesuai Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kaltim Nomor 15/PPK/KDH/1962. Keputusan gubernur tersebut mengenai pendirian perguruan tinggi negeri di Samarinda. Pembentukan perguruan tinggi bernama Mulawarman akan dimulai pada 7 Juni 1962.
“Kelak, Perguruan Tinggi Mulawarman adalah embrio Universitas Mulawarman,” kata Profesor Susilo kepada kaltimkece.id. Susilo adalah guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unmul yang ikut menyusun buku berjudul 50 Tahun Universitas Mulawarman (2012).
Setelah berbagai usulan dan pengajuan kepada pemerintah pusat, Menteri Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Thoyib Hadiwidjaja mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 130 Tahun 1962. Surat tersebut terbit pada 28 September. Isinya mengesahkan pendirian Universitas Kalimantan Timur atau Unikat pada 27 September 1962. Nama Unikat diubah menjadi Universitas Mulawarman pada 23 April 1963 setelah dikukuhkan Presiden Soekarno. Sementara tanggal yang tertera dalam surat menteri, 27 September 1962 atau tepat hari ini, 56 tahun yang lalu, ditetapkan sebagai hari kelahiran Universitas Mulawarman.
Rumah Panggung
Pusat kota Samarinda pada 1962 hanyalah di sekitar pelabuhan, masjid raya, dan Pasar Pagi. Sebagaimana umumnya pada masa itu, kampus didirikan di tengah-tengah kota. Namun, tidak mudah mencari lahan bagi sebuah universitas. Kota masih sangat sempit. Kesulitan mencari lokasi itu memusingkan para perintis Unmul seperti Saleh Nafsi (pernah menjadi sekretaris provinsi), Sayid Mochsen (birokrat), serta Aji Pangeran Tumenggung Pranoto (gubernur pertama Kaltim).
Perjuangan mencari lokasi berakhir di Jalan Pulau Flores. Seorang bendahara Yayasan Perguruan Tinggi Mulawarman (waktu itu Unmul belum berstatus negeri) bersedia menghibahkan rumahnya di jalan itu. Dia adalah Dorinawati Samalo atau Nyonya Lo Beng Long, seorang perempuan Tionghoa. Lokasi rumah itu sekarang menjadi Fakultas Ilmu Budaya dan Balai Bahasa.
Rumah yang dihibahkan tersebut bercat putih dan memiliki kolong yang tinggi. Jendelanya besar-besar karena bergaya Eropa. Dindingnya kayu dan bertangkup atap limas yang terbuat dari sirap. Sebuah tangga di depan pintu utama menghubungkan halaman rumah dengan kaki lima. Ketika sudah menjadi kampus, rumah tersebut dilengkapi dua papan nama bertuliskan Perguruan Tinggi Mulawarman.
Unmul hanya memiliki empat fakultas ketika mulai berdiri. Keempatnya adalah Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan, Fakultas Pertanian, Fakultas Kehutanan, dan Fakultas Pertambangan. Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan (nantinya dipecah menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik; serta Fakultas Ekonomi) adalah jurusan pertama yang dibuka. Fakultas non-eksakta ini berdiri di Jalan Flores dan Jalan Barito. Sementara untuk jurusan eksakta yakni Fakultas Pertanian dan Fakultas Kehutanan, berlokasi di Sidomulyo atau Jalan Rumbia (50 Tahun Universitas Mulawarman, 2012, hlm 13).
Fakultas Pertambangan terberai sendirian. Ia didirikan di Kota Minyak Balikpapan dan hanya berusia delapan tahun. Fakultas ini ditutup pada 1970 karena kesulitan mencari staf pengajar (Awang Faroek Ishak di Mata Sahabat Edisi III, 2016, hlm 129).
Menurut Prof Susilo selaku penyusun buku tentang masa-masa awal Unmul, kampus pertama kali dipimpin sebuah presidium. Sayid Mochsen, tokoh yang ikut berjuang mendirikan kampus, adalah ketua presidium yang pertama. Mochsen pernah menjadi bupati kepala daerah tingkat II Kaltim. Dia diangkat pada 29 November 1962, kemudian diangkat lagi pada 1 Januari 1963. Tidak diketahui penyebab Mochsen diangkat dua kali dalam waktu hanya berselang bulan.
Setelah Mochsen, tiga presidium berikutnya diketuai para gubernur. Mereka adalah Abdoel Moeis Hasan (1965-1966), Kolonel Soekadijo (1966-1968), dan Abdul Wahab Syahranie (1968-1972). Setelah 10 tahun di bawah presidium, Unmul akhirnya dipimpin rektor. Perubahan ini tidak lepas dari peran Gubernur Syahranie. Sebagai ketua presidium, Syahranie menugaskan tiga dosen untuk studi banding sekaligus safari mencari calon rektor Unmul. Ketiga dosen mendatangi empat kota yakni Banjarmasin, Bogor, Jakarta, dan Bandung.
Tiga calon rektor diperoleh dari safari tersebut. Mereka adalah Dr Edi dari Institut Teknologi Bandung, Dr Wahid Salhan dari Universitas Jayabaya Jakarta, dan Dr Sambas Wirakusumah dari Institut Kehutanan Bandung. Hasil rapat senat pada 1971 kemudian memutuskan Sambas menjadi rektor Unmul. Dia diangkat pada 13 Juli 1972.
Menuju Gunung Kelua
Pada era Sambas, Unmul mulai kebanjiran mahasiswa. Mau tak mau, kampus harus diperluas. Lewat tangan Gubernur Syahranie, sebuah lahan di Gunung Kelua yang masih berupa hutan lebat kemudian dipilih. Pembangunan kampus berjalan 10 tahun dan selesai pada 1985. Kampus-kampus di Jalan Barito dan Sidomulyo dipindahkan ke Gunung Kelua. Dalam ingatan mantan rektor Unmul Zamruddin Hasid yang merupakan mahasiswa angkatan pertama kampus, Gunung Kelua adalah tempat yang terpencil. Hanya jalan setapak sebagai jalur satu-satunya ke kampus. Jalan itu tak bisa dilalui pada saat hujan.
Seturut kepindahan Unmul ke Gunung Kelua, lahir fakultas-fakultas baru. Unmul sudah mempunyai Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Fakultas Pertanian, Fakultas Kehutanan, dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Jumlah fakultas bertahan sampai sembilan fakultas baru berdiri pada 2000 (Sejarah Singkat Universitas Mulawarman, 2017, artikel laman resmi Unmul).
Pada masa kini, Gunung Kelua bak sebuah kota. Kawasan yang disebut Kampus Hijau itu bersanding dengan ramainya Jalan Pramuka, kampungnya mahasiswa. Unmul telah memiliki 14 fakultas dengan 92 program studi, sedari program diploma hingga doktoral. Sebanyak 30 ribu mahasiswa diampu 938 dosen, 50 di antaranya adalah guru besar. Kampus ini juga telah meluluskan sekurang-kurangnya 80 ribu alumni. Dari sebuah rumah panggung berukuran kecil di Jalan Flores, Unmul telah menjadi perguruan tinggi terbesar di Kalimantan Timur. (*)
Dilengkapi oleh: Fachrizal Muliawan
Ralat: Artikel ini telah diperbaiki pada 28 September 2018 karena terdapat kekeliruan dalam penulisan nama Dorinawati Samalo (sebelumnya tertulis Samali). Melalui ralat ini, kesalahan telah diperbaiki.
-Redaksi-