• Berita Hari Ini
  • Warta
  • Historia
  • Rupa
  • Arena
  • Pariwara
  • Citra
Kaltim Kece
  • RUPA
  • KESEHATAN
  • Psikosomatis, ketika Kecemasan Berlebih justru Timbulkan Gejala seperti Terinfeksi Covid-19

RUPA

Psikosomatis, ketika Kecemasan Berlebih justru Timbulkan Gejala seperti Terinfeksi Covid-19

Tidak sedikit yang tiba-tiba merasakan gejala terinfeksi Covid-19. Padahal, sebagian mereka sebenarnya hanya mengalami kecemasan yang berlebih. Mengapa begitu?
Oleh Giarti Ibnu Lestari
28 Maret 2020 02:09
ยท
3 menit baca.
Kecemasan berlebih terhadap Covid-19 dapat menimbulkan sindrom psikosomatis.
Kecemasan berlebih terhadap Covid-19 dapat menimbulkan sindrom psikosomatis.

kaltimkece.id Sebagai seorang jurnalis, Arditya Abdul Azis, 28 tahun, tetap bekerja ketika pemerintah menganjurkan social distancing. Wartawan media siber ini meliput sejumlah pemberitaan tentang pandemi Covid-19 di Samarinda. Dalam setiap liputan, Azis tidak pernah lupa mengenakan masker. Hand sanitizer juga selalu ia bawa ke mana-mana.

Meskipun demikian, aktivitas yang padat membuat Azis --sebagaimana jurnalis lain-- rentan terinfeksi virus SARS-Cov-2. Dia juga gelisah dengan risiko tersebut. Sampai akhirnya, pada 24 Maret 2020, tubuhnya merasakan sejumlah gejala. Azis demam, batuk, dan pilek. Ia segera melapor ke fasilitas kesehatan dan diberi status orang dalam pemantauan (ODP).

Azis memilih swa-isolasi. Ia tidak berkumpul bersama istri dan anaknya yang masih balita. Sakitnya hilang tiga hari kemudian. Setelah melapor dan diperiksa kembali, status ODP-nya dicabut. Ia boleh bekerja sebagaimana biasa.

"Beberapa di antara narasumber yang pernah saya temui memang berstatus ODP," terangnya. "Saya lantas tersugesti saking banyaknya meliput Covid-19 dan akhirnya sakit."

Saban menit, setiap jam, dan sepanjang hari, masyarakat disuguhkan perkembangan pademi Covid-19. Orang-orang khawatir terpapar virus tersebut. Di antara mereka itu, ada yang mengalami kecemasan berlebihan. Informasi yang berulang-ulang di kepala otomatis masuk ke dunia bawah sadar.

Keadaan inilah yang dapat menimbulkan sindrom psikosomatis. Ia berasal dari dua kata. Psiko berarti psikis, somatis berarti tubuh. Menurut Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM IV), psikosomatis dikenal sebagai faktor psikologis yang memengaruhi kondisi medis.

Singkatnya, psikosomatis adalah gangguan tubuh yang disebabkan tekanan emosional dan psikologis yang berlebihan dalam mereaksi emosi. Psikosomatis dapat menimbulkan keluhan seperti jantung berdebar, mag, sakit kepala, sesak napas, dan lesu (Mengatasi Gangguan Mental dan Fisik, 2004).

"Dalam ilmu psikologi, psikosomatis merupakan kondisi yang menyebabkan rasa sakit dan masalah kepada fungsi tubuh," demikian Ayunda Ramadhani, psikolog dari Samarinda.

Lantaran penyebabnya adalah kondisi psikis, penyakit atau gangguan tubuh ini tidak terdeteksi. Ketika tubuh diperiksa, tidak akan ditemukan kelainan fisik. Begitu pula hasil pemeriksaan penunjang seperti rontgen dan tes darah, normal-normal saja. 

"Dalam hal pandemi Covid-19, gangguan psikosomatis bisa datang ketika kita seringkali terpapar pemberitaan yang masif. Terkadang, sebagian kita merasakan gejala Covid-19 seperti demam dan batuk, padahal itu disebabkan oleh kondisi psikis kita. Bukan karena terinfeksi virus," sambungnya.

Semakin seseorang merasa cemas, semakin gejala tersebut terasa. Ayunda menganjurkan, orang-orang dengan rasa khawatir berlebih dapat mengurangi intensitas menerima informasi Covid-19. Ia menyebutnya social media distancing agar terhindar dari gangguan psikosomatis virus corona.

"Perbanyak saja aktivitas positif seperti olahraga ringan. Bisa juga menjalankan hobi seperti membaca buku, memasak, atau berkebun untuk menetralkan pikiran sejenak dari virus corona," anjurnya.

Ayunda menambahkan, kekhawatiran berlebih turut disebabkan pemberitaan yang sumbernya tidak jelas. Hoaks yang berseliweran di grup-grup WhatsApp, misalnya, seringkali menyimpangkan fakta sehingga menjadi teror. Pemberitaan yang tidak kredibel ini dapat membuat seseorang hidup dalam kecemasan yang berlebihan. 

"Cari berita yang akurat. Jangan mudah percaya informasi yang sumbernya tidak jelas. Itu salah satu cara kita tetap menjaga kewarasan pada masa krisis seperti ini," tutup Ayunda. (*)

Editor: Fel GM

Baca juga ulasan mendalam kami yang lain:
  • Pembawa Senyap, Kelompok yang 'Membunuh' Orang Lain karena Tak Sadar Terinfeksi Covid-19
  • Penelitian Buktikan Virus Corona Menular Sampai 4,5 Meter di Ruangan Berpendingin Udara
  • Yang Sebenarnya Terjadi di Dalam Tubuh Manusia ketika Virus Corona Menyerang
  • Hilangnya Kemampuan Indera Penciuman, Tanda Bahaya Covid-19 Menginfeksi Sistem Saraf
  • Menyingkap Misteri Virus Corona yang Justru Tak Terlalu Berbahaya bagi Anak-Anak
Editor : Fel GM
corona covid-19 kaltim kaltimkece
Iklan Above-Footer

Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi kaltimkece.id

Gabung Channel WhatsApp
  • Alamat
    :
    Jalan KH Wahid Hasyim II Nomor 16, Kelurahan Sempaja Selatan, Samarinda Utara.
  • Email
    :
    [email protected]
  • Phone
    :
    08115550888

Warta

  • Ragam
  • Pendidikan
  • Lingkungan
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Politik
  • Humaniora
  • Nusantara
  • Samarinda
  • Kutai Kartanegara
  • Balikpapan
  • Bontang
  • Paser
  • Penajam Paser Utara
  • Mahakam Ulu
  • Kutai Timur

Pariwara

  • Pariwara
  • Pariwara Pemkab Kukar
  • Pariwara Pemkot Bontang
  • Pariwara DPRD Bontang
  • Pariwara DPRD Kukar
  • Pariwara Kutai Timur
  • Pariwara Mahakam Ulu
  • Pariwara Pemkab Berau

Rupa

  • Gaya Hidup
  • Kesehatan
  • Musik
  • Risalah
  • Sosok

Historia

  • Peristiwa
  • Wawancara
  • Tokoh
  • Mereka

Informasi

  • Kontak
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Hubungi Kami
© 2018 - 2025 Copyright by Kaltim Kece. All rights reserved.