kaltimkece.id Alvino Dava Raharjo hanya duduk tercenung di depan pintu. Tatapannya tak bergerak dari jejeran pot-pot bunga berbahan plastik di pekarangan rumah. Dulu, ibunya sering merawat tanaman hias itu. Kini Vino sudah tak bisa melihat pemandangan itu. Ibunya, juga ayahnya, baru saja wafat setelah terpapar Covid-19.
Kamis, 22 Juli 2021, di teras rumah Vino yang beralas semen, sudah ada bungkusan berisi makanan yang ditinggalkan oleh beberapa tetangga. Murid kelas tiga SD yang merupakan anak tunggal itu juga terpapar Covid-19. Ia menjalani isolasi mandiri di rumahnya di RT 4 Kampung Linggang Purworejo, Kecamatan Tering, Kutai Barat. Rumah Vino beratap seng, berdiri dekat jalan kampung. Ada jembatan kayu yang terdiri dari empat buah papan yang menghubungkan jalan dengan pekarangan rumahnya.
Kisah sedih yang Vino alami bermula pada pembuka Juli 2021. Ayahnya, Kino Raharjo, adalah seorang penjual pentol keliling yang tiba-tiba jatuh sakit. Kino waktu itu mual dan sering muntah setelah makan. Ketika dibawa ke rumah sakit pada 11 Juli 2021, lelaki itu diketahui terpapar Covid-19. Kino pun diminta isolasi mandiri di rumah.
Sehari kemudian, 12 Juli 2021, ibu Vino, Lina Safitri, juga dinyatakan positif Covid-19 melalui tes usap. Lina yang mengandung lima bulan dibawa ke rumah sakit setelah mengeluhkan sesak napas. “Ibunya memang punya riwayat asma,” demikian Slamet Dullah, Petinggi (setara kepala desa) Kampung Linggang Purworejo, kepada kaltimkece.id, melalui sambungan telepon.
Perempuan 31 tahun itu dirujuk ke Rumah Sakit Harapan Insan Sendawar (HIS). Sempat dirawat inap, Lina mengembuskan napas terakhir pada 19 Juli 2021, sehari sebelum Iduladha 1442 Hijriah. Beberapa hari sebelumnya, kondisi Kino yang sedang isolasi mandiri di rumah juga makin menurun. Kino juga dibawa ke rumah sakit. Hanya berselang jam setelah kepergian Lina, Kino menyusul ke rahmatullah pada pukul tiga dini hari, tepat hari Iduladha.
"Sekarang, tinggal Vino yang di rumah. Dia memang tidak bergejala," terang Slamet. Masyarakat yang mengetahui kabar ini, sambung Slamet, bergantian menunggui murid SD 003 Tering itu di depan rumah.
Isolasi mandiri Vino baru selesai 28 Juli 2021. Ia disebut dalam keadaan sehat. Setiap hari selama isolasi, Vino berdiam di ruang tengah. Ia tidur di atas kasur di depan televisi berteman kipas angin. Vino sesekali memainkan telepon genggam untuk mengusir bosan.
Mengadu Nasib dari Sragen
Kedua orangtua Vino, Kino dan Lina, datang ke Kutai Barat pada 2000. Berasal dari Sragen, Jawa Tengah, pasangan suami istri tersebut merantau ke Kubar untuk mengadu nasib. Mereka membeli tanah kavelingan di Tering yang kemudian dibangun rumah. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Kino berjualan pentol keliling.
“Mereka sudah lama tercatat sebagai warga di sini," jelas Slamet.
Kino dikenal sebagai orang yang ramah dan baik. Menurut Slamet, saking baiknya, seorang petinggi dari sebuah kampung di Kubar langsung mendatangi Vino dan memberikan bantuan. Kepada Slamet, petinggi itu mengatakan, ayah Vino begitu ramah. Di kampung petinggi tersebut, Kino sering mangkal untuk menjual pentol. Tak jarang Kino memberi pentol gratis kepada anak-anak di kampung itu.
Mengenai masa depan Vino, Slamet mengatakan, ada kerabat jauh yang berencana merawatnya. Sepupu dua kali dari almarhum ayah Vino masih berkomunikasi dengannya. Belum diputuskan, apakah Vino menetap di Kubar atau pulang ke Sragen.
"Masih dirundingkan,” terang Slamet.
Pemerintah kampung setempat telah membuka rekening bank atas nama Vino. Nomor rekening Simpanan Pelajar dari Bankaltimtara 0115329791 atas nama Alvino Dava Raharjo tersebut akan dipakai untuk menerima bantuan dari para dermawan. (*)
Editor: Fel GM