kaltimkece.id Pada hari ini, Ahad, 27 September 2020, Universitas Mulawarman berusia 58 tahun. Berbagai kemajuan telah diraih perguruan tinggi terbesar di Kalimantan Timur tersebut. Selain mampu bersaing dengan kampus-kampus ternama di Tanah Air, Universitas Mulawarman bersiap memasuki gerbang digital. Sebuah era yang mampu menjawab tantangan besar selama masa pandemi dan setelahnya.
Dies natalis Universitas Mulawarman berjalan dengan cara yang berbeda tahun ini. Festival Mulawarman, wisuda, rapat senat terbuka, hingga sarasehan diadakan secara virtual. Tiga gelombang wisuda pada 19, 20, dan 26 September adalah contohnya. Dari seluruh gelombang tersebut, Unmul meluluskan 2.766 mahasiswa. Perinciannya terdiri dari 39 diploma (D-3), 2.372 sarjana (S-1), 186 magister (S-2), dan 12 doktor (S-3).
Dalam Rapat Senat Terbuka Universitas Mulawarman, 27 September 2020, Wakil Rektor Unmul Bidang Akademik, Prof Mustafa Agung Sardjono, menyampaikan sejumlah kemajuan kampus. Sebelum menuju poin kemajuan, ia menyinggung peringkat Unmul tahun ini yang melorot ke posisi 108 dari 4.500-an perguruan tinggi di Indonesia. Padahal, Unmul berada di posisi 88 pada 2019 berdasarkan pemeringkatan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Upaya evaluasi dilakukan Unmul sejak Agustus 2020. Beberapa catatan ditemukan. Yang pertama, terdapat sejumlah indikator baru yang berbeda dari tahun sebelumnya yang dipakai dalam pemeringkatan. Catatan kedua adalah Unmul masih lemah meng-input data ke sistem informasi. Faktor eksternal juga menjadi catatan yakni kebangkitan perguruan tinggi swasta (PTS). Dari 100 besar kampus di Indonesia, 61 persen adalah PTS.
“Catatan berikutnya, Unmul belum memiliki pengolahan data terpusat. Data capaian yang telah diraih belum ter-input dan terkoordinasi di sistem,” terang akademikus Fakultas Kehutanan ini.
Walaupun demikian, Prof Mustafa melanjutkan, pemeringkatan Kemendikbud bukan satu-satunya indikator. Kemajuan Unmul bisa dilihat dari peringkat Webometrics. Kampus Gunung Kelua berada di posisi 49. Adapun UniRank menempatkan Unmul di posisi 66, sementara Scimago Institution Ranking menaruh Unmul di posisi 34 se-Indonesia.
Kualitas Sumber Daya Manusia Unmul
Sampai semester I 2020, Unmul memiliki 1.013 dosen berstatus PNS dan 151 non-PNS. Sebanyak 381 pengajar atau 37,51 persen di antaranya berpendidikan S-3. Menurut Prof Mustofa, ada kenaikan porsi dosen bergelar doktor. Pada 2015, persentasenya hanya 26 persen.
“Artinya, dosen yang berpendidikan S-3 meningkat 11,51 persen hanya dalam lima tahun,” jelasnya. Persentase ini diperkirakan terus naik dalam waktu dekat. Ada banyak dosen Unmul yang sedang menyelesaikan program doktor di dalam maupun luar negeri.
Adapun dosen dengan jabatan lektor kepala dan guru besar, mencapai 30,2 persen dari seluruh tenaga pendidik Unmul. Jika dibandingkan dengan 26.985 mahasiswa dari 13 fakultas, rasionya adalah 1 dosen berbanding 29 mahasiswa. Perbandingan ini semakin membaik dibanding lima tahun lalu yakni 1:37.
Yang menjadi perhatian utama adalah kinerja penelitian dosen. Meskipun secara jumlah bertambah, persentase antara jumlah penelitian dengan jumlah dosen di Unmul masih rendah. Dari 1.013 dosen, masih ada 410 dosen yang belum terdata di Sinta. Sinta adalah aplikasi milik Kementerian Riset dan Teknologi yang berfungsi sebagai alat pengindeks jurnal, buku, artikel, dan karya ilmiah internasional.
“Diperlukan insentif positif dan negatif dalam sistem remunerasi sehubungan produktivitas penelitian, pengabdian masyarakat, hak kekayaan intelektual, dan publikasi artikel ilmiah terindeks,” papar Mustofa.
Sejauh ini, publikasi dosen Unmul yang di-sitasi atau dijadikan referensi publikasi ilmiah yang lain sebanyak 8.311 sitasi. Setiap dosen rata-rata menghasilkan 8,2 sitasi. Sementara pada 2019, Unmul menghasilkan 84 paten dan tiga prototipe industri. Unmul berupaya meningkatkan kinerja-kinerja tersebut.
Sementara itu, dari sisi mahasiswa, Unmul mencatatkan kemajuan. Menurut Sistem Informasi Manajemen Pemeringkatan Kemahasiswaan, Unmul sudah masuk 50 besar tahun ini. Peringkat kemahasiswaan tersebut naik 76 peringkat dibanding 2019. Unmul tercatat memiliki 337 mahasiswa yang berwirausaha, 177 mahasiswa berprestasi nasional, dan dua mahasiswa berprestasi internasional.
Masih dari segi mahasiswa, setiap tahun Unmul rata-rata meluluskan 4.500 mahasiswa. Di tengah minimnya alumni melaporkan perkembangan mereka setelah lulus, Unmul berupaya menganalisis. Diperkirakan, hanya 15 persen dari seluruh lulusan S-1 yang mendapat pekerjaan dalam enam bulan setelah kelulusan. Kerja sama dengan ikatan keluarga alumni perlu didorong untuk mendapatkan data yang lebih terpercaya.
“Unmul juga memiliki 172 nota kesepahaman kerja sama aktif saat ini. Sekurang-kurangnya pada 2019, pendanaan dari program kerja sama di Unmul mencapai Rp 30 miliar,” terang Prof Mustofa.
Selain SDM, akreditasi institusi di Unmul juga terus membaik. Sebanyak 14,7 persen dari 96 program studi di Unmul telah menyandang akreditasi A. Sudah waktunya bagi Unmul mendorong program studi tersebut membuka kelas internasional.
Menuju Kampus Awan
Sejak Maret 2020, perkuliahan dan berbagai aktivitas kampus berubah karena pandemi Covid-19. Unmul telah berupaya beradaptasi seperti pembelajaran daring. Sejumlah langkah Kampus Hutan Tropika Lembab ini seperti memfasilitasi kuota internet. Mahasiswa mendapat 10 GB dan dosen 20 GB saban bulan. Di samping itu, bimbingan tugas akhir hingga wisuda telah efektif berjalan secara daring.
Masa pandemi lantas dianggap momen penting meningkatkan kinerja Mulawarman Online Learning System atau MOLS. Sistem ini diperkenalkan pada 2019 dan disebut memerlukan penguatan infrastruktur. “Insya Allah, infrastruktur teknologi informasi di Unmul semakin baik dan modern pada 2021,” sambung Prof Mustofa.
Pandemi adalah tantangan bagi universitas. Unmul telah bertekad bangkit di masa sulit untuk kemenangan menghadapi tantangan. Adaptasi adalah kata kuncinya. Universitas telah menyiapkan konsep cloud university. Cloud, meminjam istilah dari ilmu komputasi, merupakan metafora dari internet. Yang dimaksud Unmul dengan cloud university adalah perpaduan dari perangkat keras dan lunak yang kompleks di perguruan tinggi. Perpaduan tersebut harus disajikan melalui layanan teknologi informasi yang dapat diakses melalui internet oleh masyarakat.
“Intinya, pemanfaatan teknologi informasi adalah suatu keniscayaan,” tutup wakil rektor. (*)
Temui kami di Instagram!