kaltimkece.id Lima perempuan duduk mengelilingi meja kayu persegi sembari membersihkan ikan biji nangka. Di pelataran sebuah rumah di Jalan Cendana, Gang 7, Teluk Lerong Ulu, Sungai Kunjang, Samarinda, mereka memisahkan kulit dan daging ikan sembari bercengkerama. Obrolan ibu-ibu itu rupanya seputar Depo Pertamina Plumpang di Jakarta Utara yang terbakar pada Jumat, 3 Maret 2023.
“Kami juga takut terjadi di sini. Rumah kami dekat sekali dengan depo Pertamina,” tutur Mariyanah, 58 tahun, selaku tuan rumah ketika reporter kaltimkece.id ikut nimbrung dalam obrolan pada Ahad, 5 Maret 2023.
Beberapa tangki milik Terminal BBM Samarinda memang berdiri di belakang rumah Mariyanah. Ia mengaku, telah mendengar kebakaran di Plumpang yang menewaskan belasan warga melalui televisi. Informasi itu menimbulkan kekhawatiran. Rumah Mariayanah dan tangki BBM hanya dipisahkan pagar beton.
“Namanya kami ini orang-orang kampung, ya, pasti takut,” tuturnya seraya melanjutkan, “Ini juga baru-baru saja ditembok, dulu cuma pagar kawat.”
Perempuan empat anak itu menjelaskan bahwa ia bersama suami tinggal di gang tersebut sejak 1983. Mariyanah membantu suaminya mencari nafkah dengan membersihkan ikan biji nangka. Nantinya, ikan itu diolah menjadi amplang, kudapan khas Samarinda.
Dari pengamatan kaltimkece.id, tangki milik Terminal BBM Samarinda bersebelahan dengan deretan rumah di RT 39. Kawasan permukiman ini sudah sesak. Sebuah jalan beton selebar sekitar 1,5 meter adalah pemisah RT 39 dengan RT 37.
Herni Mahrita, 33 tahun, adalah perempuan yang ikut membersihkan ikan di rumah Mariyanah. Herni tinggal di RT 37 atau tepat di seberang rumah tadi sejak lahir pada 1991. Ia masih tinggal di situ sampai berkeluarga sekarang. Herni khawatir peristiwa di Depo Pertamina Plumpang ikut menimpa permukiman tersebut.
“Ini bersebelahan banget. Coba lihat, tangkinya sudah kelihatan dari sini,” tutur dia.
Persoalan lain yang juga mengganggu warga ialah bau tidak sedap dari BBM. Mereka mengatakan, uap yang menyengat itu menyebar sewaktu pengisian tangki. Waktunya tak bisa diprediksi, bisa pagi, siang, atau malam.
Lurah Teluk Lerong Ulu, Anton Sulistiyo, menjelaskan bahwa RT 39 dan RT 37 hanya sebagian kecil rumah yang bersebelahan dengan Terminal BBM Samarinda. Sebenarnya, ada delapan RT yang masuk ring satu depo bahan bakar tersebut. Jumlah warga di ring satu mencapai 500 jiwa.
Anton membenarkan keluhan dan kekhawatiran warga. Ia berharap ada lebih banyak langkah pencegahan agar peristiwa di Plumpang tidak menimpa kelurahan tersebut. Sejauh ini, upaya pencegahan berupa edukasi dan penyediaan keran siaga untuk pemadam kebakaran. Anton berharap, Pertamina meningkatkan prosedur keamanan dan keselamatan kerja agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
“Selama setahun menjadi lurah di sini, saya belum menerima informasi maupun diskusi mengenai wacana pemindahan warga atau depo tersebut,” jelas Anton.
Lurah memastikan, segera berkoordinasi dengan Kecamatan Sungai Kunjang. Komunikasi juga diharapkan terjalin antara Pemkot Samarinda, warga, dan Pertamina untuk mencari jalan keluarnya.
Fasilitas Berusia 74 Tahun
Area Manager Communication, Relations, and CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan, Arya Yusa Dwicandra, memberikan penjelasan. Menurutnya, depo Pertamina di Jalan Cendana merupakan satu-satunya depo di Kota Tepian. Depo itu dibangun pada 1949. Pada awalnya merupakan kantor pemasaran perusahaan minyak. Seiring waktu, lokasi itu difungsikan sebagai depo BBM pada 1986.
Terminal BBM Samarinda melayani penyaluran BBM di wilayah Kaltim dan Kaltara. Depo ini berkapasitas 25.000 kiloliter. Ada 12 tangki di depo tersebut termasuk tangki air untuk pemadam kebakaran.
Arya mengatakan, Pertamina masih mengevaluasi keberadaan depo. Fasilitas berusia 74 tahun itu didirikan ketika belum ada penduduk di sekitarnya. Mengenai opsi pemindahan fasilitas terminal BBM, Arya mengatakan, ada tantangannya. Pasokan BBM harus dipastikan terjamin ketika pembangunan depo yang baru. Pemindahan depo memerlukan waktu untuk pemetaan, kesiapan lahan, dan jalur distribusi.
“Kami akan berkoordinasi dengan masyarakat termasuk warga di sekitar depo. Saat ini, kami masih berfokus kepada pemetaan dan evaluasi,” kata Arya.
Pelaksana Tugas Asisten II, Sekkot Samarinda, Abdullah, menjelaskan bahwa pemkot sudah mengambil langkah. Beberapa surat terdahulu sudah pernah dilayangan. Terbaru, Pemkot Samarinda akan bersurat kepada Pertamina. "Ini suratnya sudah kami buat dan akan dikirim. Mudah-mudahan, hari ini sudah ditandatangani Pak Wali," terang Abdullah, Senin, 6 Maret 2023.
Ia mengatakan, surat tersebut berisi mengenai antisipasi bencana. Satu di antaranya, pemindahan depo ke Palaran sebagaimana pernah dibicarakan. Surat ini dikirim menyusul tidak adanya upaya pemindahan yang telah diiingatkan pemerintah sebelumnya. Abdullah menjelasakan, kondisi ini membuat resah masyarakat yang bermukim di sekitaran Depo Pertamina Samarinda.
"Sejak dulu, pemkot meminta supaya (depo) dipindahkan karena lokasinya tidak layak lagi. Upaya tersebut ada di Pertamina," jelasnya.
Pemerintah daerah disebut berusaha mengambil langkah-langkah agar masyarakat tetap terlindungi. Peristiwa di Depo Pertamina Plumpang merupakan bukti nyata adanya bahaya. "Lagi pula, bangunan itu sudah ada sejak 1950-an jadi tidak layak lagi kalau dari tata lingkungan," tutup Abdullah. (*)