kaltimkece.id Gemuruh tepuk tangan terdengar sewaktu Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Nina Sulistyowati, menggoreskan tinta emas di atas batu granit hitam. Prasasti yang ditandatangani pada 28 November 2019 itu menjadi penanda peletakan batu pertama pembangunan Terminal Terpadu Palaran.
Luas lahan tersebut 10 hektare di tepi Jalan Trikora, beberapa meter dari Jembatan Kuning di Kecamatan Palaran, Samarinda. Bagian belakangnya menghadap Sungai Mahakam. Di lahan itulah, fasilitas depot BBM, LPG, dan aspal akan dibangun. Terminal Terpadu berfungsi meningkatkan jaminan ketersediaan pasokan BBM dan LPG di Samarinda.
Dalam groundbreaking, Nina menjelaskan bahwa depot tersebut memiliki daya tampung 24.000 kiloliter. Terdiri dari empat tangki BBM dengan kapasitas tiap-tiap tangki 6.000 kiloliter. Terminal Terpadu Palaran inilah yang direncanakan sebagai pengganti Terminal BBM di Jalan Cendana. Menurut informasi dari Pemkot Samarinda, perusahaan pelat merah itu akan mengalokasikan Rp 1 triliun untuk membangun Terminal Terpadu Palaran.
Beberapa bulan kemudian memasuki 2020, perseroan mulai mengebut proses pembangunan. Dimulai dengan pematangan lahan, pembangunan fasilitas, diteruskan pemasangan fondasi. Selanjutnya adalah pembuatan workshop alat berat serta pengiriman dan pemancangan sheet pile.
Perseroan juga membangun tembok setinggi 4 meter dari batako di atas fondasi yang mengelilingi seluruh areal Terminal Terpadu Palaran. Akses masuknya yang persis di depan Jalan Trikora dibangun pagar dan pos jaga. Dua pagar besi yang mengapit pos itu terkunci ketika kaltimkece.id datang pada Selasa, 7 Maret 2023.
Sudah tiga tahun lebih sejak pertama kali pembangunannya dimulai. Saat ini tak terlihat lagi aktivitas proyek tersebut. Beberapa alat berat terparkir di dalam bangunan panjang yang menyerupai garasi. Hanya seorang petugas keamanan berjalan di dalam sebuah bangunan yang dikelilingi ilalang setinggi pinggang orang dewasa.
Kepada kaltimkece.id, Wali Kota Samarinda, Andi Harun, menjelaskan bahwa ia meminta Terminal BBM di Jalan Cendana, Teluk Lerong Ulu, Sungai Kunjang, dipindah ke Palaran. Permintaan sejak 2021 itu ditujukan kepada PT Pertamina Patra Niaga sebagai pemilik dan operator depo.
"Mereka (PT Pertamina Patra Niaga) sudah ajukan izin lokasi pemindahan depo Pertamina. Saya sudah setujui dan menandatangani izin lokasinya. Tapi, saya tidak tahu mengapa belum pindah sampai sekarang," sebut Andi Harun, Selasa, 7 Maret 2023, selepas menutup Musabaqah Tilawatil Quran di Masjid Siratal Mustaqiem, Samarinda Seberang.
Wali kota mengatakan, telah mengundang PT Pertamina Patra Niaga. Andi Harun mempertanyakan alasan depo di Jalan Cendana belum dipindahkan. Ia tak ingin kejadian ledakan TBBM Plumpang di Jakarta Utara yang merenggut belasan jiwa terjadi di Samarinda. Masalahnya, lokasi depo berdekatan dengan permukiman.
Menurut Wali Kota, Terminal Terpadu Palaran tidak akan dipadati permukiman penduduk pada masa mendatang. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Samarinda, wilayah tersebut masuk kawasan industri. Terlebih lagi setelah peristiwa di depo Plumpang, Menteri BUMN menganjurkan jarak aman permukiman dan pagar pembatas depo minimal 50 meter. Pemkot memastikan menuruti aturan jarak aman tersebut.
Muhtari Aryf, warga Jalan Kesatuan, RT 25, Kelurahan Handi Bhakti, Palaran, mengaku tak masalah apabila rumahnya terkena sterilisasi kawasan di sekitar Terminal Terpadu Palaran. Akan tetapi, ia berharap rumah berdinding beton yang diplester itu dihargai pantas. Muhtari menukangi sendiri pembangunan rumahnya pada 2011. Dananya dikumpulkan dari berjualan keliling di pasar malam.
"Kalau cocok, mau ganti rugi tak masalah," terang Muhtari yang juga pernah terkena relokasi lahan pembangunan Tol Balikpapan-Samarinda.
Rumah miliknya berdiri di sebidang tanah berukuran 7 meter x 13 meter. Jaraknya sekitar 6 meter dari tembok Terminal Terpadu Palaran. Tanah itu berstatus hak pakai yang disahkan Pejabat Pembuat Akta Tanah. Di pintu masuk lahan terminal di Jalan Trikora, sedikitnya lima rumah yang berdiri di sebelah pagar tembok.
Belum Ada Kepastian
Area Manager Communication, Relations, and CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan, Arya Yusa Dwicandra, memberikan tanggapan. Menurutnya, jajaran Pertamina masih menunggu keputusan pusat mengenai kelanjutan pembangunan Terminal Terpadu Palaran.
"Belum ada kelanjutan proses pembangunan baru maupun relokasi karena belum ada keputusan dari Jakarta," terang Arya, Selasa 7 Maret 2023.
Untuk depo BBM di Palaran, ia menyebut statusnya masih menyewa dari PT Sarana Abadi Lestari. Ada dua tangki dengan kapasitas 3.000 kiloliter. Sebagai gambaran, Arya menjelaskan, pembangunan depo baru hingga relokasi memerlukan waktu lima sampai enam tahun. Contohnya adalah TBBM Tegal Baru di Jawa Tengah.
"Upaya-upaya untuk masyarakat sekitar sudah kami lakukan. Termasuk membentuk tim relawan yang sudah dibekali pengetahuan pemadaman dengan alat pemadam api ringan," katanya.
Sembari menunggu relokasi depo BBM, Ketua Umum Asosiasi Profesi Jasa K3 Nasional (APJK3N), Isradi Zainal, menyarankan Pertamina memperkuat langkah mitigasi bencana. Di antaranya menginspeksi internal dan eksternal mengenai pengawasan jalur distribusi bahan bakar. Selanjutnya ialah memperkuat sistem pencegahan dan peringatan dini potensi kebocoran dan api serta petir di sekitar tangki.
"Tangki timbun harus diperiksa dan disertifikasi setiap tahun. Kalau sistemnya terpelihara bagus, saya rasa aman," terang Isradi.
Ia menyarankan Pertamina melibatkan masyarakat dan relawan dalam menghadapi potensi kebakaran dan ledakan di sekitar depo. Warga harus terlatih untuk mengungsi dan menyelamatkan diri apabila insiden terjadi. Relawan juga dibekali cara memadamkan api dan merawat korban.
Latihan ini sebaiknya rutin, tiga atau enam bulan sekali. Isradi menyarankan disediakan jaringan hydran, sirene, serta petunjuk untuk migitasi bencana. "Depo di Samarinda dan Plumpang memang dekat permukiman. Kalau terjadi ledakan, efeknya bisa ratusan meter," ingatnya. (*)