kaltimkece.id Tiga lelaki sibuk memasang baliho berukuran besar di pelataran Convention Hall, Sempaja, Samarinda. Papan ucapan tersebut berisi kalimat selamat bagi kedua mempelai yang akan mengadakan resepsi. Di dalam gedung pertemuan seluas 10 ribu meter persegi itu, puluhan meja dan kursi bersarung putih sudah tersusun rapi.
Sabtu, 21 Maret 2020, Wakil Wali Kota Samarinda, Muhammad Barkati, berdiri di samping pelaminan. Berasitektur beranda rumah Eropa klasik, pelaminan tersebut didominasi warna putih dan emas. Gemerlap cahaya bertabur di antara bunga-bunga mawar yang menghiasi sudut-sudut pelaminan.
Di tengah dekorasi ini, Wawali Barkati terlihat berbicara dengan panitia resepsi pernikahan. Resepsi ini diadakan Ahad, 22 Maret 2020. Putri kedua Barkati yang naik pelaminan. Acara ini menuai kritikan warga. Masalahnya, ketika pandemi Covid-19 tengah merebak, pemkot telah mengimbau untuk tidak mengadakan kegiatan yang melibatkan banyak orang. Barkati, bagaimanapun, adalah orang nomor dua di Pemkot Samarinda. Sudah sepatutnya, segala perbuatannya adalah teladan bagi penduduk Kota Tepian.
Dr Nataniel Tandirogang selaku ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltim adalah orang yang berkeras bahwa acara ini mesti ditunda. Nataniel telah menulis surat terbuka yang ditujukan kepada Wali Kota Samarinda. Surat itu berisi permintaan agar resepsi ini ditunda atau dibatasi demi mencegah penyebaran virus SARS-Cov-2.
"Benar, surat terbuka itu saya yang buat," jelas Nataniel kepada kaltimkece.id melalui sambungan telepon. Wawancara via telepon adalah permintaannya sebagai komitmen menjalankan jarak sosial untuk mengurangi potensi penyebaran Covid-19.
Pernyataan terbuka ini, jelas Nataniel, murni didasari keprihatinan sebagai ketua IDI Kaltim dan akademikus kesehatan. Dia memulai penjelasan dari adanya ketakutan dokter di Kaltim yang sedang berjibaku melawan Covid-19. Tenaga medis menghadapi berbagai keterbatasan. Alat pelindung diri, alat tes kesehatan, dan ruang isolasi, masih sangat kurang.
"Kenapa kami takut? Kami di garda depan (menghadapi pasien Covid-19) sehingga paling berisiko tertular dan menularkan ke orang lain. Kami punya anak, suami, dan istri," jelasnya. Pernyataan ini tak berlebihan karena di DKI Jakarta saja sudah 25 tenaga medis terpapar Covid-19. Satu orang meninggal.
Dia menggarisbawahi paparan Covid-19 di Kaltim terhitung landai. Enam pasien positif di Balikpapan, dua di Kukar, dan satu di Samarinda. Data ini pertanda bahwa masyarakat Kaltim cukup disiplin dan berpatisipasi mengisolasi diri.
"Ketika ada yang berkumpul, tentu berisiko," katanya.
Pentingnya masa isolasi 14 hari disesuaikan dengan durasi virus berinkubasi. Jika imbauan ini tak diindahkan, sementara masih banyak kelemahan di sisi fasilitas medis, Nataniel khawatir, penyebaran virus tak terkendali dan korban jiwa yang jatuh bisa lebih besar lagi.
Penjelasan Lengkap Wawali
Barkati menerima permintaan wawancara jurnalis kaltimkece.id di lokasi resepsi, Sabtu, 21 Maret 2020. Ia memperlihatkan sejumlah pesan pernyataan sikapnya kepada para pejabat dan kolega. Pesan tersebut berisi resepsi pernikahan tetap berlangsung meskipun di tengah pandemi Covid-19.
Menurut Barkati, kenduri ini sudah dipertimbangkan matang-matang. Itu sebabnya, lokasi resepsi benar-benar disiapkan demi mencegah penyebaran virus pada saat acara. Dua pintu masuk telah dilengkapi empat wastafel ukir dari batu gunung. Setiap tamu harus mencuci tangan sebelum ke lokasi acara. Setelah membasuh tangan dengan sabun, para undangan melewati pengukur suhu tubuh. Beberapa thermal gun --alat pengukur suhu-- telah disiapkan. Di tempat pengukuran suhu juga disiapkan hand sanitizer.
"Semisal suhu tubuh di atas normal, tamu diminta ke ruang medis. Ada empat dokter dan empat tenaga kesehatan serta ambulans yang siaga sepanjang acara," terang Barkati seraya menunjukkan tenda medis di belakang gedung.
Panitia juga menyusun rangkaian pagar pembatas meliuk-liuk menyerupai labirin seperti konser band-band besar. Labirin ini satu-satunya jalan bagi tamu menuju ruang resepsi utama yang berkapasitas 3 ribu kursi. Seluruh protokol berlaku bagi semua tamu termasuk undangan khusus (VVIP).
"Kami siapkan 500 petugas keamanan dibantu panitia komunitas, Dinas Perhubungan, dan Satpol PP," jelas Barkati sambil mengajak berkeliling ruang resepsi.
Petugas juga akan berkeliling membawa hand sanitizer dan alat pengecek suhu untuk memantau kesehatan tamu. Kedatangan orang, jelas seorang panitia, juga diatur bergiliran. Pagi, siang, dan sore. Resepsi ini dijadwalkan mulai pukul 10.00 Wita hingga 17.00 Wita.
"Malam nanti (Sabtu), seluruh ruangan disterilkan dengan desinfektan," lanjutnya.
Dari seluruh prosedur itulah, Barkati percaya, resepsi pernikahan putri keduanya yang dipersunting seorang polisi berlangsung dengan baik. Lagi pula, sambungnya, hajatan ini sudah disiapkan sejak tiga bulan lalu.
Menurut kabar, ada 30 ribu undangan yang telah disebar. Dikonfirmasi hal itu, Barkati tidak membenarkan juga tidak membantah. Ia hanya menegaskan bahwa seluruh prosedur dan persiapan kesehatan sudah disiagakan. Barkati juga tidak menerangkan dengan jelas ketika ditanya restu Wali Kota Syaharie Jaang terhadap resepsi ini.
"Sebelum merebak isu (Covid-19) ini, saya sudah minta izin," katanya, "Yang penting, protap kesehatan dijalankan."
Mengenai imbauan Pemkot Samarinda untuk tidak mengadakan pertemuan yang melibatkan banyak orang, Barkati memberi tanggapan. "Penyakit itu datangnya dari Allah SWT. Atas izin Allah SWT. Yang hilangkan penyakit Allah. Kita bertawakal. Kita kembalikan kepada Allah," tuturnya seraya menambahkan, "Kalau tidak percaya, itu bukan orang beriman."
Masih Ada Potensi Penularan
Ketua IDI Kaltim, Nataniel Tandirogang, tidak mengomentari prosedur kesehatan yang disiapkan panitia pesta. Ia hanya menjelaskan, virus SARS-Cov-2 menyebar melalui droplet yakni air liur, dahak, dan bersin oleh orang yang terinfeksi. Droplet itu bisa menempel ke benda mati dan menyebar lewat kontak dengan orang lain.
"Ada pihak yang lebih berkompeten seperti Satgas Penanganan Covid-19 yang bisa memastikan apakah prosedur itu menjamin virus tidak menyebar," terangnya. Meskipun demikian, secara medis, Nataniel menilai, potensi penyebaran droplet virus di dalam ruangan masih ada.
"Ketika seseorang menyentuh benda yang terkena droplet virus itu, potensi tertular baginya maupun memindahkan ke orang lain tetap ada," tutupnya. (*)
Editor: Fel GM