kaltimkece.id Musim dingin sebentar lagi menghampiri Kanada ketika Egizo Bianchini terbang ke Busang pada 11 November 1995. Selama enam hari di Kalimantan Timur, analis saham tersebut memeriksa lokasi eksplorasi perusahaan tambang Kanada bernama Bre-X Minerals.
Kehadiran Bianchini disambut gegap gempita para geolog di Busang. Jika penilaiannya bagus, nilai saham Bre-X yang sedang mendaki Himalaya bisa melesat ke puncak Everest.
Bre-X baru saja menemukan kubah emas berbentuk cerutu raksasa ketika kunjungan tersebut. Perusahaan mengumumkan bahwa cadangan emas di Busang sebanyak 6 juta ons. Saham Bre-X yang semula 3 sen atau hanya Rp 412 melesat menjadi 14,9 dollar Kanada atau Rp 149 ribu per lembar. Dunia semakin berdebar-debar menanti kabar akan cebakan emas terbesar yang pernah ditemukan manusia.
Baca Juga: Cerutu Raksasa Penuh Emas
Bianchini adalah pialang saham yang bekerja untuk lembaga keuangan Nesbitt Burns. Pengalaman selama sembilan tahun di industri pertambangan sebagai ahli geologi dan analis riset memberinya status bukan pialang sembarangan. Pendapatnya amat didengar para penghuni lantai bursa.
Di Busang, tepatnya sebelah utara hulu Sungai Mahakam, dua peneliti Bre-X bernama Michael de Guzman dan Cesar Puspos segera menyambut kedatangan Bianchini. Sepanjang di belantara Borneo, dia dijamu dengan istimewa. Perjalanannya bak tur pribadi seperti ditulis dalam naskah gugatan firma hukum Lane McNamara kepada Bre-X pada 2001.
Laporan tentang Busang terbit sepekan setelah kepulangan Bianchini. Busang disebut memiliki cadangan 30 juta ons emas.
"Dalam pandangan kami terhadap hasil pengeboran Bre-X baru-baru ini, Busang sangat mungkin mengandung deposit emas kelas elite," tulis Nesbitt berdasarkan laporan Bianchini.
Busang dinyatakan bakal menjadi lokasi dengan deposit emas terbesar di dunia. Berita itu serentak menambah panas kabar emas Kalimantan. Saham Bre-X kian menggila karena sudah diperdagangkan di angka 53 dollar Kanada atau Rp 530 ribu per lembar.
Mendiang Bondan Winarno, wartawan senior Kompas yang menulis Sebungkah Emas di Kaki Pelangi (1997), menyebut bahwa Bianchini menelan mentah-mentah informasi potensi emas Busang. Sementara menurut gugatan yang diterima Bre-X belakangan, Bianchini bersama lembaga keuangan Nesbitt dituding telah baku atur mengorbitkan nama Busang.
Terlepas dari dugaan itu, kenaikan saham Bre-X semakin menggila. Bre-X benar-benar menggapai puncak dunia pada Mei 1996. Hanya dalam enam bulan, nilai saham Bre-X menembus 286 dollar Kanada atau setara Rp 2,8 juta per lembar!
Pialang saham dari JP Morgan makin menghebohkan suasana. Mereka melansir perkiraan para ahli geologi Bre-X bahwa simpanan emas Busang menembus 200 juta ons. Cadangan sebesar itu setara Rp 2.752 triliun, melebihi APBN 2018 yang hanya 2.220 triliun. Sampai hari ini, tidak satu tempat pun di muka bumi yang disebut memiliki cadangan emas sebanyak itu.
Penemuan Emas Terbesar
Ketika Bre-X berdiri di puncak kedigdayaan pada Mei 1996, David Walsh selaku pendiri perusahaan mengambil langkah stock split. Dia memecah satu lembar saham menjadi 10 sehingga nilainya berubah menjadi 28 dollar Kanada atau Rp 280 ribu per lembar. Namun, secara keseluruhan, nilai saham perusahaan telah menembus USD 6 miliar atau Rp 82,5 triliun.
David Walsh turut kehujanan uang. Hanya dalam tiga tahun, hidupnya berubah. Sebelum kejayaan Bre-X, dia hanya seorang pialang saham yang bangkrut. Uang di tangannya hanya Rp 100 juta sementara 15 tagihan menguntit dengan total Rp 500 juta.
Baca Juga: Dari Makan Malam, Sejarah Gelap Busang Dimulai
Pada akhir 1995, David Walsh bersama Janette, istrinya, melepas sedikit saham. Dia meraup uang tunai 11,4 juta dollar Kanada atau sekitar Rp 114 miliar. Hasilnya adalah sebuah rumah peristirahatan mewah di Nassau, Kepulauan Bahama.
Busang tak ketinggalan gemilang. Media dan bank menamakan desa kecil di pedalaman Kalimantan Timur itu sebagai "deposit emas terbesar yang pernah ada di dunia."
Lehman Brothers Inc menyatakan bahwa Busang adalah "penemuan emas abad ini." Sementara Egizio Bianchini, pialang saham dan analis emas terkemuka Kanada yang mengunjungi Busang, berkata, "Bre-X adalah salah satu penemuan emas terbesar dari generasi kita," seperti dilansir Visual Capitalist dalam artikel bertajuk Bre-X Scandal: A History Timeline (2014).
Petaka, lebih tepatnya kebenaran, mulai tiba ketika kebakaran melanda Busang pada Januari 1997. Musibah itu menghancurkan banyak catatan sampel penelitian. Pada masa yang sama, Presiden Soeharto memutuskan pembagian pengelolaan tambang di Busang secara konsorsium. Pemerintah Indonesia memegang 40 persen saham, Bre-X mendapat 45 persen, dan Freeport McMoRan 15 menerima persen saham.
Kehadiran Freeport membongkar seluruh kebohongan tentang Busang. Menurut uji tuntas Freeport terhadap hasil eksplorasi Bre-X, cadangan emas di Busang tiadalah sebesar seperti yang diberitakan. Pengumuman Freeport disampaikan pada 26 Maret 1997, hanya sepekan setelah pemimpin eksplorasi Busang bernama Michael De Guzman bunuh diri.
Sepekan setelah lansiran Freeport, saham Bre-X melorot dari 286 dollar Kanada menjadi tinggal 2,5 dollar Kanada sepanjang April 1997, tepat 21 tahun yang lalu. Dari puncak Gunung Everest, Bre-X terjerembab ke dasar samudra dalam sekejap mata. (*)
Baca artikel selanjutnya: Tipuan Kelas Dunia lewat Muslihat Sederhana