kaltimkece.id Matahari masih di atas khatulistiwa tatkala Hari Irvan, 19 tahun, bersama sepupunya, Yasir, 25 tahun, sedang memenuhi ‘panggilan alam’. Di antara semilir angin, kedua tukang kayu itu buang hajat di dekat bukit kecil yang dilewati Sungai Berenga. Sungai kecil yang bermuara di Teluk Balikpapan itu kurang lebih 500 meter dari batas barat Hutan Lindung Sungai Wain, Balikpapan Utara.
Selasa, 8 Maret 2023, ketenangan Hari dan Yasir tiba-tiba buyar. Sebuah raungan terdengar dari balik hutan yang sunyi. Keduanya saling pandang. Geraman tadi terdengar sekali lagi. Kali ini lebih nyaring. Yasir kemudian melihat kucing besar. Bulunya bercorak oranye dan hitam. Kedua pemuda itu lari tunggang langgang ke gubuk.
“Kenapa kalian? Kayak habis melihat hantu saja,” tutur Maman melihat anak dan kemenakannya tergopoh-gopoh, seperti dituturkan ulang kepada kaltimkece.id, Sabtu, 25 Maret 2023. Maman adalah ayah Yasir. Ia seorang pandai kayu. Maman sedang sibuk dengan palu dan ketam ketika peristiwa itu. Bersama Fuel, ayah Hari Irvan, ia membangun gubuk buat peladang.
Hari dan Yasir yang masih tersengal-sengal segera menceritakan hewan yang mereka lihat. Ayah mereka diam. Maman menduga, anak-anak itu melihat timang atau kuli, sebutan macan dalam bahasa Paser. Maman selaku pimpinan tukang kayu di situ memutuskan melanjutkan pekerjaan. Lokasi munculnya macan akan diperiksa nanti sebelum petang.
Mereka pulang pukul lima sore. Setelah melewati semak belukar, Maman dan kawan-kawan tiba di tanah berpasir. Di situlah Hari dan Yasir buang hajat. Mereka terkejut ketika menemukan jejak binatang. Maman mengukur jejak menggunakan meteran. Panjangnya 7 sentimeter.
“Tidak mungkin anjing. Lebih mirip jejak macan. Sepertinya ada dua ekor yang melintas,” terang Maman. Ia memfoto jejak tersebut kemudian melapor kepada pengelola Hutan Lindung Sungai Wain.
Iriansyah adalah seorang petugas Hutan Lindung Sungai Wain. Ia membenarkan laporan tersebut. Sehari setelah macan terlihat, ia memeriksa jejak pada Rabu, 9 Maret 2023. “Memang jejak macan dahan,” pastinya.
Jejak macan ditemukan kembali dua pekan kemudian. kaltimkece.id bersama Yayasan Pro Natura selaku pengelola hutan lindung memeriksa laporan tersebut pada Sabtu, 25 Maret 2023. Identifikasi yang lebih mendalam memastikan, pemilik jejak adalah macan dahan Kalimantan (Neofelis diardi borneensis). Satwa ini merupakan predator puncak di Kalimantan bersama buaya dan elang.
Macan dahan Kalimantan adalah spesies yang terpisah dari kerabat dekatnya, macan dahan Sumatra (Neofelis nebulosa). The International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyatakan, satwa ini rentan terhadap kepunahan pada 2008. Populasinya cenderung menurun.
Menurut laporan Pro Natura, keberadaan macan dahan tidak lepas dari posisi Hutan Lindung Sungai Wain. Kawasan seluas 11 ribu hektare ini merupakan penghubung hutan daratan dan hutan pesisir. Sebelum keberadaan macan diketahui, hutan tersebut sudah dihuni hewan endemik beruang madu dan orangutan. Pembukaan lahan di sekitarnya menyebabkan satwa-satwa tersebut terdesak ke hutan lindung.
Hutan Lindung Sungai Wain memang mulai terkepung aktivitas manusia. Sebelah timur hutan ini sebenarnya Hutan Lindung Sungai Manggar. Kedua kawasan itu dibelah jalan poros Balikpapan-Samarinda beserta jalan tol segmen Kilometer 13-Samboja. Sebelah selatan Hutan Lindung Sungai Wain adalah jalan dua jalur dari Kilometer 13 menuju Kaltim Kariangau Terminal. Sebelah utara hutan kebanyakan berupa ladang.
Tersisa bagian barat hutan. Sisi ini sangat penting karena menghubungkan hutan lindung dengan ekosistem pesisir di Teluk Balikpapan. Sisi itu pun kini terancam. Jalur tol dari ibu kota negara (IKN) Nusantara menuju Balikpapan akan melintasi tepi hutan lindung.
Bersisian Tol IKN-Balikpapan
Menurut rencana pembangunan tol yang diterima kaltimkece.id, jalan sejauh 36 kilometer akan menghubungkan IKN dengan jalan tol Balikpapan-Samarinda di Kilometer 11. Pembangunan jalan bebas hambatan ini dibagi menjadi empat bagian. Segmen 3B adalah jalur yang bersisian dengan tepi Hutan Lindung Sungai Wain. Panjang segmen ini 7,33 kilometer dari Sp Tempadung menuju Kaltim Kariangau Terminal.
Menurut laman Layanan Pengadaan Secara Elektronik, LPSE, nilai kontrak segmen tersebut Rp 1,9 triliun. Pemenang tendernya PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Proyek tersebut dikerjakan dengan sistem kontrak tahun jamak dari September 2022 hingga Juni 2024.
Forest Watch Indonesia (FWI) menghitung bukaan lahan di sekitar segmen jalan tol Kaltim Kariangau Terminal–Sp Tempadung menggunakan citra satelit. Sepanjang Desember 2022 hingga Februari 2023, seluas 707 hektare lahan di sebelah barat Hutan Lindung Sungai Wain telah dibuka. Sementara menurut Yayasan Pro Natura selaku pengelola hutan lindung, setidaknya lima jejak macan dahan ditemukan di sekitar lokasi pembangunan.
Direktur Pokja Pesisir, Mappasele, tidak heran dengan kemunculan macan dahan. Area itu disebut satu-satunya lintasan hutan daratan dan hutan pesisir di Teluk Balikpapan. Keanekaragaman hayati di kedua ekosistem itu sangat tinggi. Makanya, macan dahan bisa sampai ke ekosistem mangrove untuk mencari makan. Bekantan dan kera ekor panjang di hutan bakau merupakan santapan macan.
“Ketika hutan itu habis (dibelah tol), tidak ada lagi hutan daratan di Balikpapan yang tersambung dengan hutan pesisir,” tegasnya.
Pokja Pesisir mendesak pembangunan jalan tol dilengkapi koridor satwa. Jika tidak, Mappasele khawatir, konflik satwa dan manusia dapat terjadi. Menurutnya, kemunculan macan merupakan ancaman serius. Predator puncak itu tak segan memangsa manusia demi bertahan hidup.
Akademikus dari Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman, Rustam mengemukakan pandangannya. Pembangunan jalan tol memang di luar kawasan hutan alias di area penggunaan lain (APL). Jalan tol ini sangat strategis karena merupakan akses bagi Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN.
Walaupun demikian, sambung Rustam, pembangunan jalan itu mepet dengan Hutan Lindung Sungai Wain. Rustam mengatakan, banyak publikasi menunjukkan bahwa pembukaan hutan untuk jalan menimbulkan beragam dampak. Oleh karenanya, Rustam berpendapat bahwa dampak tersebut sangat penting didiskusikan. Ketika jalur migrasi macan dahan terputus oleh pembangunan infrastruktur, dampaknya bisa berupa konflik satwa liar dengan manusia.
“Konflik tak harus ada pertikaian. Kemunculan satwa ke permukiman atau ladang warga sudah merupakan konflik satwa dengan manusia,” jelasnya. “Dengan demikian, jalan yang sangat strategis ini perlu dikelola sedemikian rupa. Dia harus ramah terhadap keselamatan orang, ramah terhadap satwa, dan ekosistem,” sarannya.
Rustam mengaku kemunculan macan dahan di sekitar pembangunan tol IKN menimbulkan tanda tanya. Menurutnya, hal itu bisa jadi pertanda ada perencanaan infrastruktur yang tidak benar. Ketika belum ada bukaan lahan, macan dahan tidak ditemukan. Bukan tidak mungkin, sambungnya, bukaan lahan untuk jalan tol justru mengubah rute migrasi macan dahan sehingga menyebabkan pertemuan dengan manusia.
Siapkan Koridor Satwa
Kepala Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Kaltim, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Junaidi, memberi tanggapan ihwal pembangunan tol IKN segmen Kaltim Kariangau Terminal–Sp Tempadung. Menurutnya, pembangunan jalur di tepi Hutan Lindung Sungai Wain sudah melalui studi kelayakan. BBPJN akan menggunakan beberapa konstruksi yang ramah lingkungan. Selain terowongan bawah tanah (cut and cover), sebagian jalan tol dibuat ‘berkolong’.
“Kalau mau murah, untuk apa pakai pancang? Mending ditimbun saja. Akan tetapi, kami mempertimbangkan dampak lingkungan tadi,” jelas Junaidi ketika ditemui kaltimkece.id, Senin, 4 Maret 2023. Metode cut and cover bertujuan sebagai jalur satwa. Selain itu, bentang jalan memang melewati medan yang terjal.
Junaidi menerangkan alasan jalan tol dibangun di tepi Hutan Lindung Sungai Wain. Menurutnya, keputusan itu sesuai dengan studi kelayakan. Sebelumnya, jalur tol ini hendak dibangun membelah hutan lindung. Pilihan tersebut urung diambil karena mempertimbangkan faktor lingkungan.
Ia juga menanggapi tudingan bahwa kemunculan macan dahan disebabkan perencanaan yang kurang tepat. Junaidi mengatakan, pembangunan telah mengacu studi kelayakan. Kajian menyimpulkan bahwa akses ke IKN harus berupa jalan tol yang dilengkapi koridor satwa. Jalan bebas hambatan dipilih ketimbang jalan biasa supaya warga terlindungi sekaligus mencegah permukiman di sekitar jalan.
“Satu-satunya cara, kami wajib secepat mungkin membuat kanal supaya di atasnya ditanam hutan lagi,” kata Junaidi. Pembangunan cut and cover untuk jalur satwa itu diperkirakan selesai dalam enam bulan.
Deputi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam, Otorita IKN, Myrna Asnawati Safitri, memberikan penjelasan tambahan. Pembangunan jalan telah melewati kajian termasuk dokumen amdal. Otorita IKN disebut telah mendapatkan arahan untuk menyusun rencana induk koridor satwa. Masterplan itu telah dibahas dengan sejumlah akademisi untuk memilih koridor satwa yang cocok.
“Kami juga memahami, namanya di lapangan, ada hal-hal tertentu seperti yang disebutkan teman-teman. Perlu mitigasi selanjutnya,” kata Myrna.
Myrna Asnawati Safitri, Deputi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam, Otorita IKN, melayani wawancara secara daring. FOTO: MUHIBAR SOBARY ARDAN-KALTIMKECE.ID
Otorita IKN telah berbicara dengan penanggung jawab tol IKN. Pada prinsipnya, Kementerian PUPR siap menyesuaikan desain pembangunan jalan sesuai koridor satwa alami. Otorita IKN dan Kementerian PUPR telah sepakat bahwa pembukaan lahan tidak di hamparan besar dan di luar penggunaan. Hanya seperlunya. Area yang melampaui garis yang ditentukan akan direforestasi.
“Pembangunan jalan sebenarnya di luar kawasan hutan sehingga tidak ada larangan. Walaupun demikian, kami tetap menerapkan prinsip kehati-hatian. Jangan sampai pembukaan lahan justru membahayakan,” tegasnya. (*)