kaltimkece.id Tidak sedikit putra-putri Mahakam Ulu yang menghadapi biaya transportasi besar untuk menuntut ilmu di luar daerah. Padahal, perkembangan pembangunan di daerah sangat dipengaruhi kualitas sumber daya manusia. Untuk meringankan beban tersebut, Pemkab Mahakam Ulu meluncurkan program bernama Beasiswa Gerbang Cerdas Mahulu atau GCM sejak 2016. Setiap tahun, 500 pelajar dan mahasiswa menerima beasiswa tersebut.
“Beasiswa Gerbang Cerdas Mahulu ditujukan untuk masyarakat Mahulu yang kebanyakan dari kalangan tidak mampu agar bisa mengakses pendidikan tinggi. Pemerintah hadir untuk membangun manusia-manusia yang berkualitas,” terang Bonifasius Belawan Geh, bupati Mahakam Ulu.
Beasiswa CGM terbuka bagi seluruh warga Mahakam Ulu. Informasi mengenai pendaftaran hingga pelaksanaan program ini mudah ditemukan bahkan melalui media sosial. Pada 2019, tercatat 19 universitas di Indonesia yang menjalin kerja sama untuk menampung putra-putri Mahakam Ulu.
Bupati berharap, para penerima beasiswa dapat menjadi generasi penerus yang memajukan Mahakam Ulu. Para penerima pun harus bersedia membuat surat pernyataan ikatan dinas dengan pemkab. Empat tahun perjalanan beasiswa GCM, Boni berharap, semakin banyak warga Mahakam Ulu memanfaatkan program ini.
Jenis beasiswa yang diberikan antara lain beasiswa umum bagi pelajar. Beasiswa berikutnya adalah biaya pendidikan yang meliputi beasiswa prestasi dan beasiswa tidak mampu. Kemudian pemberian beasiswa khusus untuk siswa dan mahasiswa Mahakam Ulu. Beasiswa jenis ini dipilih berdasarkan prestasi dan dedikasi membangun Mahulu. Jenis beasiswa ketiga berupa program kerja sama. Dana pendidikan diberikan kepada calon penerima melalui seleksi. Penerima dipilih berdasarkan program kerja khusus satuan pendidikan atau lembaga melalui nota kesepahaman yang telah disepakati pemerintah daerah.
Maria Dewi adalah satu di antara warga Mahakam Ulu yang merasakan manfaat beasiswa GCM. Sejak kecil, orangtuanya selalu mendorong agar ia berpendidikan tinggi. Anak kedua dari tiga bersaudara itu sempat berkecil hati ketika mendapati impiannya terhalang penghasilan orangtuanya yang pas-pasan. Sang ayah sebagai satu-satunya tulang punggung hanya bekerja serabutan sebagai petani dan buruh pendulang emas di sungai dekat kampungnya di Long Penaneh II, Kecamatan Long Apari.
Dewi tak patah semangat. Pada 2018, ia mendaftarkan diri dan diterima sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Luar Biasa di Universitas Negeri Surabaya. Pada tahun pertama, ia sempat merasakan sukar dan mahalnya biaya kuliah dan hidup di kota orang. Belasan juta rupiah harus ia bayar per semester. Belum termasuk biaya hidup bulanan.
Dewi lantas berinisiatif mendaftarkan diri di program GCM untuk meringankan beban orangtuanya. Usahanya tak sia-sia. Mahasiswi ini terpilih menerima beasiswa GCM. Seluruh biaya kuliah dan hidup ditanggung selama setahun.
“Beasiswa GCM sangat membantu saya,” kata Maria yang punya cita-cita melanjutkan jenjang pendidikan S-2 dan kembali mengabdi bagi kemajuan daerah asalnya.
Mahasiswa lain adalah Krimonika Benang dari Kampung Tiong Bu’u, Kecamatan Long Apari. Ia mengakui, kehadiran beasiswa sangat meringankan beban orangtua. Ibunya hanya menyandarkan penghasilan dari usaha kontrakan di kampung. Rumah itu adalah warisan almarhum ayahnya yang berpulang karena kecelakaan saat bekerja sebagai pencari sarang burung walet. Krismonika kini tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Komputer di Universitas Mulawarman, Samarinda, angkatan 2018.
“Bangga sekali, Pemkab Mahakam Ulu ternyata memperhatikan kami,” ujarnya. Krismonika berharap, beasiswa ini terus berlanjut. (*)
Temui kami di Instagram!