kaltimkece.id David Han begitu bersemangat ketika berbincang melalui telepon seluler. Seorang kawan di ujung sambungan mengabarkan bahwa telah memesan 15 kilogram ‘Kopi Mahulu’. David yang menerima bukti pembayaran bergegas mencari tumpangan speedboat untuk pengiriman. Perahu motor cepat itu membawa paket dari rumahnya di Kampung Long Kerioq, Kecamatan Long Apari, menuju kediaman adiknya di Kampung Ujoh Bilang Kecamatan Long Bagun.
Dari pusat ibu kota Mahakam Ulu, paket kopi buatan pengurus Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Kampung Long Kerioq itu siap diantar ke tujuan. Paket tersebut dibawa ke Jogjakarta yang memerlukan waktu lima hari.
Kehadiran internet di Kampung Long Kerioq benar-benar dirasakan manfaatnya. David lebih mudah mendapat informasi bahkan mengirim paket antarpulau. Peluang transaksi daring di Mahakam Ulu pun terbuka. Kondisi ini sangat berbeda dibanding beberapa tahun sebelumnya ketika kampung tersebut hanya punya jaringan 2G tanpa internet.
Kisah David tak bisa dilepaskan dari jerih payah dan keuletan Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu mendorong percepatan pembangunan infrastruktur telekomunikasi bagi warga. Sejak dimekarkan dari Kabupaten Kutai Barat pada 2013, kabupaten ini hanya memiliki delapan menara telekomunikasi yang dilengkapi pemancar sinyal (BTS) berbasis 2G di beberapa kampung. Tak mengherankan jika Mahulu termasuk salah satu daerah di Kaltim dengan luas wilayah tak terjangkau sinyal telekomunikasi (blank spot) terluas di Kaltim.
“Pada tahun pertama setelah pemekaran, blank spot mencapai 80 persen,” terang Kepala Dinas Komunikasi, Informasi Statistik, dan Persandian Mahakam Ulu, Nasution Hibau Dja’ang, melalui Kepala Bidang Infrastruktur Teknologi Informatika dan Telematika, Evodius Awang.
Setelah pemetaan, pemerintah bergerak cepat dengan merumuskan strategi pembangunan infrastruktur dan eksekusi di lapangan. Setahun kemudian, dibangun sebuah menara pemancar sinyal telekomunikasi. Disusul enam menara di kawasan perbatasan pada 2015 menggunakan APBD Mahulu. Pembangunan enam tower berpemancar sinyal 2G itu diarahkan ke wilayah blank spot di Kampung Long Pakaq, Muara Nyan, Long Bagun, Ujoh Bilang, Kampung Sirau, dan area perkantoran di Kecamatan Long Bagun. Penambahan pembangunan menara dengan pemancar sinyal 2G terus berlanjut tiga tahun setelahnya.
“Selama menjabat, saya mencoba melobi Kementerian Telekomunikasi dan Informasi sebanyak empat kali untuk pembangunan fasilitas telekomunikasi di Mahakam Ulu. Mereka katakan oke, namun diminta bersabar,” ucap Bupati Mahakam Ulu Bonifasius Belawan Geh.
Perlahan tapi pasti, lobi-lobi ke pusat membuahkan hasil. Pada 2018, tercatat 28 menara dengan pemancar sinyal 2G dibangun. Itu berarti, jumlah menara meningkat lebih dari tiga kali lipat selama lima tahun.
“Sekarang, 90 persen area Mahakam Ulu bebas blank spot,” imbuh Evodius. Itu berarti, tinggal 10 persen titik gelap komunikasi di kabupaten ini.
Peningkatan ke 4G dan ‘Tol Langit’
Komunikasi melalui pesan pendek dan telepon seluler di Mahakam Ulu pelan-pelan terganti internet. Era sinyal 4G dan internet berkecepatan tinggi mulai menembus kabupaten ini. Pada 2018 dan 2019, penyedia jasa telekomunikasi nasional yang beroperasi di pedalaman Mahakam Ulu berlomba meningkatkan pemancar sinyal dari 2G ke 4G.
Dalam kurun itu, sebanyak 23 dari 28 pemancar sinyal 2G ditingkatkan kemampuannya menjadi 4G. Salah satu tower itu di Kampung Long Apari, Kecamatan Long Apari, yang berbatasan dengan Malaysia. Adapun lima pemancar 2G yang tersisa bakal ditingkatkan bertahap hingga 2020 ini. Tertundanya peningkatan kapasitas pemancar ke 4G tahun ini dikarenakan belum terkirimnya mesin generator set untuk daya mesin pemancar yang butuh daya listrik semakin besar.
“Pada awal Oktober 2020, mesin generator set diantar ke Long Apari,” terang Evodius.
Upaya membebaskan Mahakam Ulu dari isolasi komunikasi terus berlanjut. Pada 2020-2021, menurut rencana, dibangun 12 menara pemancar sinyal 4G di 12 kampung di empat kecamatan. Beberapa kampung tersebut berlokasi di hulu Sungai Mahakam seperti Long Isun, Long Pakaq, Long Apari, Naha Buan, Naha Tifab, Long Pahangai II, Sungai Nyan, Sungai Ratah, Rukun Damai, dan Danum Paroy. Jika rencana itu terealisasi, Mahulu akan memiliki 40 menara yang memancarkan sinyal 4G.
Peningkatan jaringan internet di Mahulu juga digenjot Badan Aksebilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti), Kementerian Komunikasi dan Informatika. Infrastruktur jaringan internet kecepatan tinggi terdiri dari kabel optik, gelombang mikro, dan menara BTS 4G, sampai antena satelit, dihadirkan di Mahulu dan tersambung ke Palapa Ring. Jaringan internet kecepatan tinggi ini membentang dari Indonesia bagian barat hingga timur. Wakil Presiden Ma’ruf Amin mempopulerkan infrastruktur telekomunikasi modern ini dengan istilah tol langit.
Di pusat ibu kota kabupaten di Kampung Ujoh Bilang, infrastruktur ini tersambung ke stasiun terminal pusat di RT 11. Kecepatan bandwith mencapai 1.000 gigabye per detik. Jumlah sebanyak itu dibagi melewati kabel serat optik ke beberapa kecamatan. Setiap jalur memperoleh 300 megabyte per detik yakni di Kecamatan Long Melaham dan Long Bagun. Sisanya, 100 megbyte per detik dibagi ke beberapa kampung di antaranya Mamahak Besar, Laham, dan Long Hubung.
“Ke depan, kami tambah lagi kapasitasnya,” ucap Evo.
Untuk kampung-kampung yang sulit dijangkau kabel internet serat optik, disediakan antena satelit VSAT berkecepatan 10 megabyte per detik per unit. Gabungan seluruh jaringan internet kabel dan nirkabel menghasilkan 116 titik akses internet di 50 kampung di Mahulu. Akses jaringan ini terpasang di seluruh sekolah di Mahakam Ulu termasuk puskesmas sampai kantor desa. Bentuknya berupa pojok wifi. Menurut rencana, pada 2020 atau 2021, ditambah 34 akses internet publik sehingga total 150 titik.
“Akses internet yang terpasang ini semuanya gratis dan unlimited 24 jam,” ungkapnya.
Subsidi Pancing Investasi
Secara geografis, Badan Pusat Statistik Mahulu mencatat kabupaten seluas 18.390 kilometer persegi ini memiliki tingkat kepadatan penduduk yang rendah. Pada 2019, angkanya hanya 1,49 penduduk per kilometer persegi. Artinya rata-rata hanya 1 sampai 2 orang yang menempati per satuan kilometer.
Dalam dunia bisnis, penyedia jasa telekomunikasi melihat kerapatan penduduk yang jarang seperti ini kurang menguntungkan. Masalahnya, perlu miliaran rupiah untuk membuka menara pemancar dengan akses sinyal 4G. Belum lagi ongkos perawatan. Beberapa perusahaan bahkan punya hitungan minimal yakni 5 ribu penduduk per satu tower berpemancar 4G.
Pemkab Mahakam Ulu tidak berpangku tangan dengan kenyataan itu. Jaringan internet sudah menjadi kebutuhan pokok. Pemerintah daerah akhirnya menyediakan berbagai stimulus untuk merangsang investasi jaringan. Skema hibah lahan dari warga dijalankan untuk mempermudah dan memangkas biaya pembelian tanah pendirian tower. Dari sisi perizinan, pemerintah setempat mempermudah pemasangan pemancar sinyal dengan menggelontorkan berbagai paket subsidi. Sebagai contoh adalah gratis sewa penggunaan menara selama tiga tahun. Sewa menara berikut penggunaan bahan bakar minyak pembangkit daya juga digratiskan. Program ini dimulai sejak 2017 dan berjalan lima tahun.
"Ini ide orisinil dari Pemkab Mahulu," terang Evo.
Pada periode 2020-2025, Pemkab Mahakam Ulu masih berfokus membangun infrastruktur dan peningkatan bandwith. Setelah dirasa cukup dan konsisten, barulah pengkhususan di bidang integrasi jaringan dan penerapan tata pemerintahan berbasis daring melalui aplikasi atau e-government. Proses menuju penerapan kota cerdas mulai dikaji.
"Kami tidak muluk-muluk. Yang paling penting, infrastruktur telekomunikasi merata dan konsisten. Kalau itu terjadi, penerapan e-government dan kota cerdas berbasis aplikasi akan lahir dengan sendirinya," yakin Evo dari Diskominfo Mahulu. (*)
Temui kami di Instagram!