kaltimkece.id Sungai Mahakam tidak henti-henti berdesis ketika aliran airnya menabrak bebatuan besar di Riam Udang. Keriuhan makin bertambah oleh deru air terjun di beberapa badan sungai di Kecamatan Long Bagun itu. Suara air sungai yang membahana itulah yang memecah kesunyian. Di tepi riam sepanjang kurang lebih 300 meter itu, tidak satu rumah penduduk pun berdiri. Hanya ada pepohonan besar dan semak belukar. Hutan di sekitar Riam Udang memang masih alami.
Sekali-sekali, kapal motor melintas dengan kepayahan menuju arah hulu. Hutan di bagian atas lebih alami lagi. Beginilah sebagian besar wajah Kabupaten Mahakam Ulu. Sebuah daerah di Kalimantan Timur yang masih memiliki hutan hujan tropis teramat luas.
Lebih dari 80 persen wilayah Kabupaten Mahakam Ulu adalah kawasan hutan. Perinciannya yaitu 411 ribu hektare atau 21,82 persen wilayah Mahakam Ulu adalah hutan primer. Sementara itu, 1,27 juta hektare wilayah kabupaten atau 67,34 persen merupakan hutan sekunder. Wilayah hutan primer dan sekunder yang paling besar ada di Kecamatan Long Apari (91 persen) dan Long Pahangai (88 persen). Kedua kecamatan itu terletak di bagian paling hulu Sungai Mahakam (Potensi Pengembangan Kehutanan dan Pertanian Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi Kalimantan Timur, Jurnal Institut Pertanian Bogor, 2017, hlm 120-121).
Hutan alami yang masih sangat luas ini jelas menyimpan potensi tinggi. Rimba-rimba nan lebat ini menyediakan begitu banyak hasil hutan di luar kayu. Ada damar, rotan, madu, sarang burung walet, hingga anggrek. Belum lagi aneka hewan, termasuk spesies langka, yang hidup di dalam hutan. Dari sini saja, potensi sektor kehutanan di Mahakam Ulu muncul dari ekowisata atau wisata berbasis lingkungan. Ada pula pengembangan jasa lingkungan hingga penangkaran flora dan fauna.
Potensi pariwisata di Mahakam Ulu sudah dipetakan oleh pemerintah daerah. Mahulu memiliki banyak lokasi yang cocok untuk wisata alam, wisata sungai, dan wisata budaya. Objek wisata yang cukup dicari para pelancong seperti air terjun, danau, lamin, riam, serta hutan anggrek.
“Selain ekowisata, potensi bentang alam sangat berpotensi sebagai sumber energi terbarukan seperti PLTA (pembangkit listrik tenaga air). Menurut estimasi, potensi PLTA di Kabupaten Mahakam Ulu mencapai 2.700 megawatt,” tulis Omo Rusdiana dan kolega dalam penelitian mereka (hlm 122). Sebagai informasi, daya 2.700 megawatt setara tiga kali kapasitas Sistem Mahakam di Balikpapan, Samarinda, Tenggarong, dan Bontang.
“Dari dahulu, kami masyarakat Mahulu sangat mengandalkan keberadaan hutan. Justru saat hutan rusak, banyak dampak negatif timbul. Sudah banyak contohnya di daerah lain. Saya yakin seyakin-yakinnya, masyarakat Mahulu akan sejahtera selama alamnya terjaga,” terang Bupati Mahakam Ulu Bonifasius Belawan Geh.
Sektor Pertanian
Di luar potensi hutan, Mahulu punya lahan mahaluas yang potensial bagi sektor pertanian. Sebagian besar tanah di kabupaten termuda di Kaltim ini berjenis podsolik merah kuning. Meskipun tingkat kesuburannya relatif rendah, tanah podsolik ini sangat luas. Lahan dengan tanah podsolik bisa dikembangkan sebagai areal pertanian karena Mahulu diuntungkan oleh curah hujan merata sepanjang tahun tanpa bulan kering.
Berdasarkan analisis potensi lahan pada 2014, tim peneliti menemukan 108 ribu hektare lahan di Mahakam Ulu yang cocok dijadikan areal menanam padi ladang. Lahan-lahan tersebut tersebar di lima kecamatan. Sementara itu, areal yang bisa dikembangkan untuk padi sawah sebesar 17.361 hektare.
Apabila produktivitas padi adalah 3,2 ton per hektare, Mahakam Ulu bisa memproduksi 400 ribu ton gabah kering giling setahun jika sekali panen. Produksi padi sebesar itu sudah cukup untuk seluruh masyarakat Kaltim. Produksi padi di Kaltim pada 2019 adalah 253.820 ton gabah kering giling. Sementara itu, produksi padi di Mahulu pada 2016 adalah 9.730 ton. Potensi ini tentu sangat menjanjikan karena Kaltim akan menjadi ibu kota negara.
Masih banyak potensi pertanian yang bisa dikembangkan. Pada 2014, Mahulu punya kebun karet 1.705 hektare, kakao 754 hektare, kelapa 648 hektare, lada 17 hektare, kopi 164 hektare, dan kemiri 9 hektare. Dari kebun-kebun tersebut, diperoleh panen 275 ton karet kering, 64 ton biji kering kakao, 37 ton kopra, dan 3 ton biji kering kopi.
Kabupaten ini juga punya potensi besar dari peternakan. Pada 2014 saja, ternak babi di Mahakam Ulu mencapai 4.724 ekor. Kecamatan dengan populasi ternak babi terbesar adalah Long Hubung. Produksi daging ternak babi menembus 39.897 kilogram setahun. Adapun populasi unggas pada 2014, ayam buras di Mahulu sebanyak 41.916 ekor dengan produksi 11.740 kilogram.
Menurut catatan Badan Pusat Statistik Mahakam Ulu yang dimuat di Mahakam Ulu Dalam Angka 2019, sektor pertanian memang menjadi tulang punggung ekonomi kabupaten. Sebesar 75,62 persen dari PDRB Mahulu sebesar Rp 1,67 triliun pada 2018 disumbangkan oleh sektor pertanian.
Perkebunan Kelapa Sawit?
Adapun perkebunan kelapa sawit, menurut tim peneliti Institut Pertanian Bogor, dianggap tidak berdampak positif kepada peningkatan pendapatan sebagian besar penduduk di sekitar kebun inti. Keterlibatan penduduk masih terbatas sebagai sumber tenaga kerja yang sebagian besar berstatus karyawan harian lepas (KHL). Setidaknya keadaan itu tercermin dari pengalaman perkebunan besar swasta kelapa sawit di Kutai Barat (hlm 126-127).
Bupati Bonifasius Belawan Geh tidak membantah kenyataan tersebut. Menurut Bonifasius, Mahulu secara ekonomi memang masih tertinggal. Tapi, bukan berarti, pemerintah kabupaten harus jor-joran mengeksploitasi sumber daya alam. Mahulu memang terbuka untuk investasi namun tidak berarti “menjual” hutan lewat penerbitan perizinan yang ugal-ugalan.
“Kami memang khawatir, masyarakat bisa kehilangan akses ekonomi dan kehidupan dari hutan. Kalau sudah ada perkebunan skala besar (kebun sawit), itu bagian dari kebijakan saat Mahulu masih jadi bagian dari Kutai Barat,” terangnya. (*)
Temui kami di Instagram!