kaltimkece.id Segala keterbatasan akses transportasi menyebabkan perjalanan menuju Mahakam Ulu terbilang mahal dan melelahkan. Hal ini menyebabkan biaya pengiriman barang kebutuhan pokok, orang, dan material pembangunan, sangat tinggi. Keadaan tersebut menyebabkan pembangunan Mahulu tertinggal dibanding daerah lain. Sebagai gambaran, jarak dari ibu kota Kaltim yaitu Samarinda menuju kecamatan terjauh di Mahakam Ulu yakni Kecamatan Long Apari, memerlukan 19 jam via sungai dengan biaya Rp 1,7 juta per orang sekali jalan.
Perinciannya adalah perjalanan darat dari Samarinda ke Tering, Kutai Barat, sejauh 350 kilometer. Rute ini memerlukan delapan jam perjalanan dengan biaya Rp 350 ribu per orang. Dari Tering ke ibu kota Kabupaten Mahulu di Ujoh Bilang sejauh 150 kilometer, dilanjutkan menggunakan speedboat selama tiga jam dengan biaya Rp 350 ribu orang. Rute terakhir adalah Ujoh Bilang ke Long Apari sejauh 200 kilometer menggunakan long boat. Perjalanan sungai selama delapan jam tersebut membutuhkan biaya Rp 1 juta per orang.
Bupati Mahakam Ulu Bonifasius Belawan Geh telah menyadari hal ini sejak hari pertama menjabat. Ia juga mengetahui, tidak mungkin APBD Mahulu saja yang menjadi sumber pembiayaan infrastruktur. Untuk mengatasi keterbatasan anggaran tersebut, bupati berkali-kali menemui pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Sejumlah dana bantuan pun meluncur dan dipakai untuk membuka dan meningkatkan jalan serta bandara. Gotong royong pembangunan ini diharapkan mempercepat akses Mahakam Ulu terbuka.
Pemerintah pusat melalui Balai Pelaksana Jalan Nasional XII Balikpapan pun secara bertahap meningkatkan jalan penghubung batas Kutai Barat-Ujoh Bilang sepanjang 134 kilometer. Kerja ini berkolaborasi dengan Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Permukiman Kaltim. Di sejumlah ruas jalan itu, rencananya, dibangun beberapa jembatan penghubung. Di antaranya jembatan Sungai Ratah dan Laham.
“Ketika akses terbuka, pengiriman material pembangunan, pergerakan orang, hingga arus bahan pokok semakin ekonomis,” jelas Bonifasius.
Pemkab Mahakam Ulu juga berupaya membuka akses jalur udara. Secara geografis, Mahakam Ulu berada di persimpangan Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, dan Malaysia. Kondisi ini memberikan banyak keunggulan jangkauan yang paling efisien pada masa depan dengan menempuh jalur udara.
Perencanaan pembangunan Bandara Ujoh Bilang pun disusun. Untuk tahap pertama yang dimulai pada 2018, lahan 90 hektare telah dibebaskan dari total 250 hektare keperluan lahan. Sumber dana pembebasan dari APBD Mahakam Ulu. Diupayakan untuk pembangunan fisik dari pemerintah pusat. Dalam perencanaan awal, bandara memiliki panjang landasan pacu 1.600 meter. Panjang runway sedemikian membuatnya mampu didarati pesawat berbadan menengah sekelas ATR-72. Landasan pacu ini dapat diperpanjang menjadi 2.400 meter pada masa mendatang karena pemerintah telah menyiapkan lahan yang luas.
“Pemkab Mahulu berfokus membangun jalan, jembatan, dan bandara dulu. Jika keterisolasian daerah teratasi, ekonomi cepat tumbuh, investor tertarik masuk, pariwisata pun hidup,” ucap Bupati. Ia menegaskan, lewat pembangunan infrastruktur, Mahulu bisa menjemput harapan menjadi kabupaten yang setara dengan daerah-daerah lain di Indonesia.
Merintis Jaringan Listrik dan Air Bersih
Kondisi Mahakam Ulu sebelum dimekarkan dari Kabupaten Kutai Barat begitu tertinggal. Warga di banyak penjuru kampung hanya mengandalkan listrik dari mesin generator yang berbiaya mahal. Gambarannya adalah untuk menerangi rumah selama 12 jam, warga harus mengeluarkan biaya pembelian bahan bakar 3 liter per hari. Dengan harga eceran solar dan premium Rp 10 ribu per liter, dibutuhkan Rp 30 ribu per hari. Saban bulan, warga harus mengeluarkan Rp 900 ribu hanya untuk menikmati terang saat malam.
Persoalan ini juga disadari betul oleh Bupati Mahulu. Selain infrastruktur untuk akses transportasi, kebutuhan dasar masyarakat seperti listrik dan air terus diperhatikan sepanjang era kepemimpinan Bonifasius Belawan Geh. Bupati telah memerintahkan pembangunan jaringan kelistrikan sekaligus membeli mesin pembangkit daya. Program ini dimulai dari kampung-kampung di pusat ibu kota kabupaten di Kecamatan Long Bagun. Dilanjutkan sebagian kampung di daerah perbatasan. Listrik yang awalnya hanya menyala 6 sampai 12 jam sehari kini telah mengalir 24 jam di pusat ibu kota.
“Kami berupaya agar di setiap ibu kota kecamatan, listrik mengalir 24 jam. Kalau di kampung, sementara 12 jam, yang penting tidak gelap lagi pada malam hari,” ucap Bonifasius.
Pemkab Mahulu juga mendorong pembangunan sistem penyediaan air minum (SPAM). Di ibu kota kabupaten, Ujoh Bilang, dibangun SPAM dengan debit air 5 liter per detik. Instalasi air bersih adalah pipa penyalur sepanjang 1,2 kilometer dan telah selesai dipasang berikut mesin penyedot air. Selain ibu kota, pada 2020 ini, dua SPAM juga dibangun di Kampung Datah Bilang dan Mamahak Besar dengan kapasitas 5 liter per detik.
Bupati Mahakam Ulu juga melobi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Jakarta. Dalam paparannya, Bupati Bonifasius menjelaskan bahwa kondisi kelistrikan dan sarana air bersih di Mahakam Ulu masih tergolong rendah. Pada 2019, rasio elektrifikasi di Mahakam Ulu baru 65,14 persen atau masih ada 2.166 kepala keluarga yang belum menikmati aliran listrik.
Dari upaya mengetuk pintu-pintu instansi pusat, Bupati Mahulu mendapatkan sejumlah hasil. Salah satunya adalah Badan Litbang Kementerian ESDM yang menawarkan program lampu serta hemat energi (LTHSE). Mereka akan mendampingi penyusunan usulan permohonan kepada Kementerian ESDM agar masyarakat Mahakam Ulu bisa mendapatkan berbagai program. Mulai sumur bor, BBM satu harga yang telah beroperasi di perbatasan di Kecamatan Long Apari, dan pembangunan infrastruktur sektor energi yang lain.
“Selama empat tahun ini, kemajuan infrastruktur di Mahulu dapat dilihat dengan jelas karena sudah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” tutup Bupati Bonifasius. (*)
Temui kami di Instagram!